Liana Yasmin (26) sudah dua tahun memeluk Islam. Perjalanannya panjang. Berawal saat masih duduk di bangku SMP, Liana sering ditinggalkan teman-teman sekelasnya untuk ke masjid, membuatnya bertanya-tanya tentang Islam.
“Saya dulu sekolah di sekolah umum. Kebetulan sekolah saya pas berdampingan dengan masjid. Pas kelas 2 SMP, saya masuk siang. Tapi setelah sampai di kelas, kok teman-teman saya nggak ada. Ternyata mereka salat di masjid,” ujar Liana.
Hal ini disampaikan Liana saat ditemui di sebuah restoran di kawasan Condongcatur, Sleman, Sabtu (27/6/2015).
Hingga suatu saat Liana memberanikan diri untuk ikut ke masjid. Dia bertanya kepada salah seorang temannya, apakah boleh dia ikut masuk ke masjid. Akhirnya dia duduk di serambi masjid sambil mengamati teman-temannya beribadah.
“Saya lihat mereka wudhu, lalu salat. Saya bertanya (kepada temannya), kenapa sih kalau mau shalat harus dibasahi semuanya? Kemudian dijelaskan mereka sedang bersuci,” kisahnya.
Berbagai pertanyaan soal Islam terus tertanam di pikirannya hingga kelas 1 SMA. Sampai pada suatu saat seorang temannya mengatakan kepadanya, bahwa semua agama itu sama saja, mengajarkan kebaikan.
“Saya jadi berpikir apakah saat ini banyak yang seperti teman saya itu. Padahal seharusnya mereka menjelaskan dan menjawab pertanyaan saya tentang Islam, menyebarkan kebaikan dan kebenaran Islam,” ulasnya.
Setelah mendapat jawaban itu, Liana kemudian mencoba fokus beribadah sesuai dengan agamanya saat itu. Dia menyibukkan diri dengan kegiatan keagamaannya.
“Tapi saya tetap merasa ada yang kurang. Teman saya banyak, saya sibuk, tapi di hati ini masih ada yang kurang,” tutur Liana.
Liana seperti sudah jatuh hati pada Islam, tapi dia masih belum tahu banyak tentangnya. Setelah dia bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah perusahaan asing, Liana memiliki relatif banyak waktu luang untuk mencari tahu soal Islam.
Melalui internet, dia banyak membaca berita-berita soal mualaf. Tak hanya itu, dia membaca banyaknya ilmu-ilmu alam yang ternyata sudah tertulis di dalam Alquran.
Dia juga menyadari keajaiban Alquran, kitab yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu ini tetap relevan bagi kehidupan manusia hingga saat ini.
“Mulai tahun 2011, saya membandingkan kitab saya begini, Alquran begini. Dan saya sadar isi Alquran jauh lebih lengkap dan rasional,” ujarnya.
Hingga akhirnya dia mengenal seorang pria muslim bernama Amru yang menjelaskan isi Alquran kepadanya. Keduanya berkomunikasi melalui email.
Pada tahun 2013, Liana mantap mengucapkan syahadat dan memeluk Islam. Dia bersyahadat di rumahnya di Tangerang.
“Ayah saya kaget. Tapi Alhamdulillah beliau mengizinkan dan menjadi saksi saya saat bersyahadat,” tuturnya sambil tersenyum.