Sepenggal kisah nyata ukhuwah Risa Cristabela (mualaf mantan Guru Sekolah Minggu) dan ibu Zainuna (fakir miskin pedagang kaki 5)
Setelah dihajar, dipukuli ketika sholat, di sekap dan dikurung di Medan, karena di ancam dibunuh oleh ayah kandungnya (lebih baik kamu mati daripada kamu masuk Islam) saudari kita Risa (mualaf) berhasil melarikan diri naik bus dari Medan menuju Jakarta (perjalanan 3 hari 3 malam) sampai di Jakarta jam 00.30 WIB, turun di Masjid At-Tien Taman Mini.
Saat itu kondisi Risa lapar, bingung, ketakutan dan tidak punya siapa - siapa.
Alhamdulillah Risa dipertemukan Allah dengan ibu Zainuna di masjid At Tien ini.
Ibu Zainuna adalah pedagang kaki 5 jualannya hanya pop mie, aqua dan kopi seduh di masjid At-Tien setiap ba'da Isya sampai ba'da Subuh yang tidak pernah khawatir mengenai rejekinya, tanpa ragu memberi uang, makanan dan minuman selama Risa tidur di masjid At-Tien.
Sambil menangis Risa bersyukur ada yang menemani dan memberinya makan minum, ibu Zainuna seorang fakir yang tidak mau menjadi kafir, lebih percaya kepada Allah daripada apa yang ada di tangannya. Tidak khawatir habis harta bendanya untuk membantu sesama, karena rejekinya sudah di atur oleh Allah..
Berapa keuntungan menjual aqua dan pop mie? Berapa aqua dan pop mie yang harus beliau jual untuk menutupi modal belanjanya yang telah digratiskan untuk orang lain? Beliau memberi bantuan bukan hanya kepada Risa, tetapi semua yang tidak punya uang untuk makan dan minum maka di gratiskan oleh beliau.
Ma syaa Allah, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mencintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala melebihi diri kita sendiri? Sudahkah kita mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam? SUdahkah kita mencintai saudara - saudari kita seiman seperti diri kita sendiri?
Sungguh besar kebencian disisi Allah jika kita mengatakan apa= apa yang tidak kita lakukan..
Apakah kita memberi kalau ada sisa kembalian? Beramal shalih karena mengharapkan pujian? Ibu Zainuna memberi dalam kekurangannya, membaca Alquran disela - sela waktu berdagangnya... Banyak teman - temannya yang kafir mencoba mengajak bu Zainuna murtad untuk mendapat kemudahan dunia tetapi ditolaknya karena cintanya kepada dienul Islam.
Fakir tidak akan bisa membuat seorang muslim sejati Kafir, saya jadi teringat hadits:
Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). (HR Bukhari dan Muslim)
Kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat. (HR. Ath-Thabrani)
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (QS ar-Rahmaan:4)
Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat
Kesusahan dan penderitaan yang dialami manusia dalam kehidupan dunia sangat kecil, bahkan tidak ada artinya, jika dibandingkan dengan dasyatnya kesusahan pada hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih, oleh karena itu, barangsiapa yang diringankan baginya kesulitan di hari kiamat maka sungguh dia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.
Ah... sungguh penghuni surga itu miskin dari keterikatan duniawi….
Mari kita buktikan kata - kata kita dalam perbuatan dan pengorbanan nyata:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al An'am:162)
Islam adalah Rahmatan lil'Alamin, Saat ini Risa bersama kami, dan in syaa Allah kami siap berkorban harta, jiwa dan raga melawan kejahatan dan kezaliman terhadap siapapun yang menghalangi saudara - saudari kami meninggalkan thagut untuk beribadah dan menyembah hanya kepada Allah Tuhan semesta alam.
Allahu Akbar !
Setelah dihajar, dipukuli ketika sholat, di sekap dan dikurung di Medan, karena di ancam dibunuh oleh ayah kandungnya (lebih baik kamu mati daripada kamu masuk Islam) saudari kita Risa (mualaf) berhasil melarikan diri naik bus dari Medan menuju Jakarta (perjalanan 3 hari 3 malam) sampai di Jakarta jam 00.30 WIB, turun di Masjid At-Tien Taman Mini.
Saat itu kondisi Risa lapar, bingung, ketakutan dan tidak punya siapa - siapa.
Alhamdulillah Risa dipertemukan Allah dengan ibu Zainuna di masjid At Tien ini.
Ibu Zainuna adalah pedagang kaki 5 jualannya hanya pop mie, aqua dan kopi seduh di masjid At-Tien setiap ba'da Isya sampai ba'da Subuh yang tidak pernah khawatir mengenai rejekinya, tanpa ragu memberi uang, makanan dan minuman selama Risa tidur di masjid At-Tien.
Sambil menangis Risa bersyukur ada yang menemani dan memberinya makan minum, ibu Zainuna seorang fakir yang tidak mau menjadi kafir, lebih percaya kepada Allah daripada apa yang ada di tangannya. Tidak khawatir habis harta bendanya untuk membantu sesama, karena rejekinya sudah di atur oleh Allah..
Berapa keuntungan menjual aqua dan pop mie? Berapa aqua dan pop mie yang harus beliau jual untuk menutupi modal belanjanya yang telah digratiskan untuk orang lain? Beliau memberi bantuan bukan hanya kepada Risa, tetapi semua yang tidak punya uang untuk makan dan minum maka di gratiskan oleh beliau.
Ma syaa Allah, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mencintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala melebihi diri kita sendiri? Sudahkah kita mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam? SUdahkah kita mencintai saudara - saudari kita seiman seperti diri kita sendiri?
Sungguh besar kebencian disisi Allah jika kita mengatakan apa= apa yang tidak kita lakukan..
Apakah kita memberi kalau ada sisa kembalian? Beramal shalih karena mengharapkan pujian? Ibu Zainuna memberi dalam kekurangannya, membaca Alquran disela - sela waktu berdagangnya... Banyak teman - temannya yang kafir mencoba mengajak bu Zainuna murtad untuk mendapat kemudahan dunia tetapi ditolaknya karena cintanya kepada dienul Islam.
Fakir tidak akan bisa membuat seorang muslim sejati Kafir, saya jadi teringat hadits:
Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). (HR Bukhari dan Muslim)
Kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat. (HR. Ath-Thabrani)
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (QS ar-Rahmaan:4)
Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat
Kesusahan dan penderitaan yang dialami manusia dalam kehidupan dunia sangat kecil, bahkan tidak ada artinya, jika dibandingkan dengan dasyatnya kesusahan pada hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih, oleh karena itu, barangsiapa yang diringankan baginya kesulitan di hari kiamat maka sungguh dia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.
Ah... sungguh penghuni surga itu miskin dari keterikatan duniawi….
Mari kita buktikan kata - kata kita dalam perbuatan dan pengorbanan nyata:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al An'am:162)
Islam adalah Rahmatan lil'Alamin, Saat ini Risa bersama kami, dan in syaa Allah kami siap berkorban harta, jiwa dan raga melawan kejahatan dan kezaliman terhadap siapapun yang menghalangi saudara - saudari kami meninggalkan thagut untuk beribadah dan menyembah hanya kepada Allah Tuhan semesta alam.
Allahu Akbar !