Tenda untuk para tamu walimah (resepsi pernikahan) sudah terpasang di rumah Sisi, warga Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo. Namun pada Sabtu sore (21/10), Sisi yang semestinya bahagia duduk di pelaminan, justru harus bersedih karena sehari sebelum hari bahagianya itu, dia kehilangan Muhammad Ismail, suaminya.
Raut wajah wanita berhijab itu masih terlihat sedih dan lemas. Ia lebih banyak terdiam, dan hanya membalas salam sekenanya dari para pentakziah yang melayat ke rumahnya.
Dia masih tak percaya dengan kejadian yang menimpa suaminya, Jumat (20/10) siang lalu.
Keluarga Sisi juga tak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Padahal, undangan sudah tersebar kemana-mana. Bahkan kue-kue untuk para tamu juga sudah dibuat.
Rencana walimah akhirnya batal dilaksanakan setelah Ismail, suami Sisi, terlindas bus di Jalan Raya Rejoso Kabupaten Pasuruan.
Sisi dan keluarga besarnya mendapat kabar bahwa M Ismail, suaminya, mengalami kecelakaan di jalan raya Rejoso, tepatnya di daerah Arjosari.
Seluruh saudara dan kerabat seakan masih tak percaya dengan kabar itu, mereka berharap kabar duka tersebut adalah hoax.
Namun takdir ada di tangan Allah, Keluarga Sisi harus mengikhlaskan. Di rumah itu, Dwiyan Zakaria, kakak Sisi. Lelaki yang menjadi kakak ipar M Ismail itu, juga terlihat menerima tamu undangan yang tujuannya untuk bertakziah. Tamu semakin ramai, usai seluruh keluarga pulang dari acara pemakaman Ismail di Desa Kregenan, Kraksaan.
“Undangan sudah disebar, kami tetap terima tamu dan melaksanakan tahlilan. Besok (Minggu, 22/10) hari ketiga meninggalnya adik saya,” terang Dwiyan Zakaria.
Sisi sendiri sejatinya sudah menikah dengan M Ismail, pada tanggal 2 bulan Dzulhijjah atau Agustus 24 Agustus lalu. Pernikahan itu baru berupa akad nikah. Belum sampai mengadakan walimah atau resepsi.
Setelah menikah, Sisi dan Ismail layaknya pasutri umumnya. Keduanya sama-sama bekerja. Ismail bekerja di sebuah koperasi. Sementara Sisi merupakan salah satu karyawan sebuah pabrik konveksi di Probolinggo.
Setelah menikah, keduanya juga disibukkan dengan pekerjaan mereka. Sisi dan Ismail juga masih sering berkunjung ke rumah orang tua mereka. Baik itu di Kregenan maupun di Pilang.
Ini juga diakui Maksum, 55, ayah M Ismail. Dia masih ingat saat anaknya mengucap akad nikah, di rumah Sisi.
“Akad nikah anak saya sudah dua bulan lalu. Rencananya hari ini (Sabtu, 21/10) di rumah hendak menggelar selamatan saja, dan resepsinya di rumah mempelai wanita,” terang Maksum dengan mata berlinang.
Ayah Ismail, Maksum mengaku, sebelum musibah kecelakaan yang menimpa Ismail, dia sempat mendapat firasat. Kedua firasat itu sama-sama dari mimpi.
Pertama, sebelum shalat Jumat (20/10), atau ketika musibah itu terjadi. “Saya tertidur dan sempat bermimpi. Dalam mimpi itu, Ismail tenggelam dan tidak dapat ditolong meskipun banyak yang ikut menolongnya. Sudah ditolong tapi tidak mampu ditolong,” terangnya.
Sehari sebelumnya, atau Kamis malam (19/10), Maksum juga bermimpi membangun rumah untuk anaknya. Namun rumah tersebut diperebutkan antara kedua putranya, yaitu Ismail dan Novel, kakak Ismail.
“Di dalam mimpi saya, rumah belum rampung dibangun, kakaknya meminta karena sudah punya pekerjaan. Tapi Ismail juga meminta karena kerjanya masih belum nyaman,” terangnya.
Sembari berbicara, sesekali Maksum terlihat menyeka air mata yang menetes di pipinya. Apalagi, saat dia teringat akan kebiasaan baik Ismail.
“Terkadang dia (Ismail) pulang ke rumah mertuanya di Kelurahan Pilang. Ismail hidup rukun dengan saudara lainnya,” terangnya.
Maksum mengatakan, dia pun berbahagia sebelum hari resepsi anaknya. Persiapan resepsi pernikahannya sudah 100 persen. Surat undangan sudah tersebar ke seluruh kerabat dan handai taulan. Bahkan tenda pernikahan dan sound system sudah dipasang.
“Kue-kue sudah jadi, tamu-tamu banyak datang untuk membantu persiapan acara resepsi pernikahannya, hanya tinggal nunggu besok saja. Ternyata Allah berkehendak lain,” terangnya.
Di rumah duka, saat itu juga ada Santo, 34, atasan Ismail yang memimpin koperasi. Warga Kelurahan Pilang itu mengakui Ismail adalah sosok yang sopan santun dan pekerja keras.
“Bahkan kurang dari tiga hari sebelum kejadian, banyak yang berbeda. Biasanya pulang kerja pukul 14.00 atau 15.00, Ismail sering pulang malam. Kami sempat makan malam bersama di kantor,” terang Santo.
Hal yang sama juga diungkapkan Susanti, 30, istri Santo. Dia juga mengenal baik Ismail yang menjadi bawahan suaminya itu.
Susanti mengaku, Ismail adalah karyawan yang selalu bersikap ramah Orangnya santun dan jujur, pekerja keras, dan sering guyon,” terang Susanti.
Kini semua orang yang mengenal Ismail, hanya bisa mengenangnya. Lelaki tersebut mengalami kecelakaan saat pulang dari kerja, di kawasan Rejoso. Dia tertabrak kemudian terlindas bus Restu Agung dan sempat terseret sejauh 5 meter.
Semestinya Ismail duduk di kursi pelaminan, bersama Sisi. Di hari bahagianya itu, Ismail justru harus dimakamkan di tempat peristirahatan terakhir.
Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun, Semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.