Kebahagiaan setelah berhasil menunaikan rukun Islam Kelima tak begitu dirasakan oleh nenek Dasinah (62).
Rasa bahagianya langsung kandas di perjalanan pulang ke Tanah Air ketika dirinya tahu sang suami, Padiran (64) meninggal dunia dalam pelukannya.
Padiran, merupakan Jamaah haji kelompok terbang 13 asal Kabupaten Bojonegoro yang dikabarkan meninggal dunia di pesawat Saudi Arabia pada hari Senin (11/9/2017).
Air mata nenek Dasinah mengalir deras di pipinya ketika menjelaskan kematian suaminya.
Sang istri yang saat itu menemani dan memeluk erat karena suhu udara dingin membuat suaminya tak kuasa menahan sakit.
"Bapak kademen sanjang 'gak kuat, mak' (Suami saya kedingiman dan bilang tak kuat). Atis loro tenan etengku (dingin sakit sekali perut saya)," ujar Dasinah menirukan rintihan sang suami saat ditemui di Poliklinik Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jatim.
Rasa sakit karena tekanan darah dan maag Padiran sebenarnya sudah mulai terasa saat pemberangkatan ibadah haji.
Bahkan, ayah dua anak ini sempat diperiksa sejenak di Rumah Sakit Haji.
"Dugi Mekkah gerahe kumat maleh (sampai di Mekkah penyakitnya kambuh lagi). Malah sikile bapak koyok kebakar (Kaki bapak melepuh kepanasan)," lanjutnya.
Meski sakit kakek tiga cucu ini tetap iklas menjalani ibadah haji.
Tak terasa panas ia pun berjalan mengikuti prosesi ibadah rukum Islam ke lima ini tanpa memakai alas kaki.
"Waune pas ngibadah njeh mboten kroso panas (Saat ibadah haji di Mekkah ya gak kerasa panas). Nanging lajeng wangsul lan dugi pesawat nembe kroso nek sikil niku sampon ngloyom (Saat mau pulang dan sampai di pesawat baru kerasa sakit parah kalau kakinya melepuh)," terang Dasiah.
Meski harus dijaga dokter, Dasinah mengaku tak kuasa membiarkan sang suami yang sudah bersamanya selama 50 tahun lebih itu duduk jauh darinya.
Sembari memeluk dan mengelus kepala sang suami, Dasiah mendoakan suaminya baik melalui batin maupun ucapan.
Rekan sekloter yang ada di pesawat pun turut mendoakan suaminya secara berjamaah.
Namun, Tuhan berkehendak lain, sekitar pukul 09.00 WIB sang suami dipanggil Sang Pencipta.
"Bapak sanjang kulo seng kiat (Bapak berpesan saya yang kuat). Sak meniko sampon rampung ngibadah haji nipon (Karena ibadah hajinya sudah selesai juga)," ucapnya sembari mengusap air mata menggunakan hijabnya.
Menurut penjelasan dokter jaga kloter 13 asal Kabupaten Bojonegoro, Padiran merupakan jamaah haji berisiko tinggi.
Selain umurnya yang sudah lebih dari kepala enam, jamaah haji nomor 150 ini juga memiliki hitoris penyakit.
Bahkan, meski sudah dibujuk rayu istrinya, kakek tiga cucu ini juga sulit makan sehingga penyakit maagnya kambuh.
Karena sudah dinyatakan dokter pendamping, petugas Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya pun langsung mengirim jenazah ke rumah duka untuk disemayamkan.
Rasa bahagianya langsung kandas di perjalanan pulang ke Tanah Air ketika dirinya tahu sang suami, Padiran (64) meninggal dunia dalam pelukannya.
Padiran, merupakan Jamaah haji kelompok terbang 13 asal Kabupaten Bojonegoro yang dikabarkan meninggal dunia di pesawat Saudi Arabia pada hari Senin (11/9/2017).
Air mata nenek Dasinah mengalir deras di pipinya ketika menjelaskan kematian suaminya.
Sang istri yang saat itu menemani dan memeluk erat karena suhu udara dingin membuat suaminya tak kuasa menahan sakit.
"Bapak kademen sanjang 'gak kuat, mak' (Suami saya kedingiman dan bilang tak kuat). Atis loro tenan etengku (dingin sakit sekali perut saya)," ujar Dasinah menirukan rintihan sang suami saat ditemui di Poliklinik Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jatim.
Rasa sakit karena tekanan darah dan maag Padiran sebenarnya sudah mulai terasa saat pemberangkatan ibadah haji.
Bahkan, ayah dua anak ini sempat diperiksa sejenak di Rumah Sakit Haji.
"Dugi Mekkah gerahe kumat maleh (sampai di Mekkah penyakitnya kambuh lagi). Malah sikile bapak koyok kebakar (Kaki bapak melepuh kepanasan)," lanjutnya.
Meski sakit kakek tiga cucu ini tetap iklas menjalani ibadah haji.
Tak terasa panas ia pun berjalan mengikuti prosesi ibadah rukum Islam ke lima ini tanpa memakai alas kaki.
"Waune pas ngibadah njeh mboten kroso panas (Saat ibadah haji di Mekkah ya gak kerasa panas). Nanging lajeng wangsul lan dugi pesawat nembe kroso nek sikil niku sampon ngloyom (Saat mau pulang dan sampai di pesawat baru kerasa sakit parah kalau kakinya melepuh)," terang Dasiah.
Meski harus dijaga dokter, Dasinah mengaku tak kuasa membiarkan sang suami yang sudah bersamanya selama 50 tahun lebih itu duduk jauh darinya.
Sembari memeluk dan mengelus kepala sang suami, Dasiah mendoakan suaminya baik melalui batin maupun ucapan.
Rekan sekloter yang ada di pesawat pun turut mendoakan suaminya secara berjamaah.
Namun, Tuhan berkehendak lain, sekitar pukul 09.00 WIB sang suami dipanggil Sang Pencipta.
"Bapak sanjang kulo seng kiat (Bapak berpesan saya yang kuat). Sak meniko sampon rampung ngibadah haji nipon (Karena ibadah hajinya sudah selesai juga)," ucapnya sembari mengusap air mata menggunakan hijabnya.
Menurut penjelasan dokter jaga kloter 13 asal Kabupaten Bojonegoro, Padiran merupakan jamaah haji berisiko tinggi.
Selain umurnya yang sudah lebih dari kepala enam, jamaah haji nomor 150 ini juga memiliki hitoris penyakit.
Bahkan, meski sudah dibujuk rayu istrinya, kakek tiga cucu ini juga sulit makan sehingga penyakit maagnya kambuh.
Karena sudah dinyatakan dokter pendamping, petugas Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya pun langsung mengirim jenazah ke rumah duka untuk disemayamkan.