Berita Haji - Pesawat Garuda Indonesia dengan Nomor Penerbangan GA 980 yang mengangkut para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1438 H/2017 M, tinggal landas dari Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Selasa 25 Juli 2017 pukul 11.50 WIB.
Pesawat yang membawa 299 petugas haji ini akan menempuh perjalanan selama lebih kurang 9 jam, dan mendarat di Bandara Internasional King Abdul Azis Jeddah, Arab Saudi.
Petugas PPIH memang diberangkatkan lebih dulu guna mempersiapkan segala keperluan penyambutan jamaah haji di Tanah Suci.
Petugas PPIH terdiri dari pembimbing ibadah, tim kesehatan, TNI-Polri, pejabat Kemenag, dan para jurnalis. Mereka akan bertugas di Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah dan Madinah.
Terdapat 24 wartawan yang ikut dalam penerbangan tersebut. Mereka tergabung dalam tim Media Center Haji (MCH) yang akan meliput pelaksanaan haji tahun 2017 ini.
Sekira pukul 21.30 WIB atau pukul 17.30 Waktu Arab Saudi, pesawat mendarat dengan mulus di Terminal Haji Bandar Udara King Abdul Azis Jeddah. Usai turun dari pesawat, petugas PPIH lantas mengikuti pemeriksaan imigrasi.
Pemeriksaan imigrasi di bandara ini cukup lama. Memakan waktu hingga tiga jam lebih untuk memeriksa 299 paspor petugas PPIH. Sementara di lain tempat, pemeriksaan paspor terhadap penumpang biasa berlangsung cepat.
“Biasa nih, pemeriksaan imigrasi sini lumayan lama,” ujar seorang anggota PPIH yang enggan disebutkan namanya.
“Tahun lalu bahkan sampai empat jam lebih. Entah kenapa layanan imigrasi bandara ini tak juga berubah sampai sekarang.” timpal anggota yang lain.
Setelah pemeriksaan paspor, pemotretan dan pengambilan sidik jari, para pengunjung Kota Suci lantas beranjak ke tempat pengambilan bagasi.
Beruntung saya tidak capek mengantre pengambilan bagasi, karena sudah diambilkan oleh rekan-rekan tim MCH.
Sebelum keluar bandara, semua barang bawaan atau bagasi penumpang harus melewati pemeriksaan sinar X (X-ray) sebelum melenggang keluar gedung terminal. Pemeriksaan di sini lumayan ketat.
Meski petugas imigrasi terlihat acuh sembari mengobrol dengan rekannya saat memeriksa lewat layar monitor, namun mata mereka cukup awas untuk mengendus barang-barang mencurigakan.
Bagasi saya termasuk yang jadi 'korban'. Walaupun tak membawa barang-barang terlarang ke Tanah Suci, entah mengapa tiba-tiba seorang petugas imigrasi menghentikan saya usai mengangkat barang yang baru keluar dari lubang X-ray.
“Ya Hajj (wahai Haji).. Ta'aal (kesini sebentar!)” teriaknya.
Ya Hajj (wahai haji) adalah panggilan khas dari petugas atau warga Saudi untuk semua jamaah haji yang tiba di Tanah Suci.
Tas yang baru saja mau saya cangklong di pundak, otomatis saya turunkan lagi.
Tanpa permisi, sang petugas imigrasi berwajah gagah dengan kumis dan brewok yang cukup lebat itu langsung membongkar tas ranselku dan mengambil sesuatu dari dasar tas.
Saat mengeluarkan kresek yang membungkus bawaan saya itu ia bertanya,
“Ini apa?” sembari membuka ikatannya.
Saya sempat khawatir dan agak lupa apa isi bungkusan itu. Setelah ia mengeluarkan satu kotak bertuliskan 'dodol', saya pun teringat dodol durian kiriman saudara saya di Mataram. Hati pun agak tenang.
“Oh, itu dodol, makanan khas Indonesia. Enak kok. Ambil saja kalau ente mau,” saya coba untuk menawarinya.
Setelah hidungnya diendus-endukan ke kotak dodol itu, ia langsung mengembalikannya pada saya seraya berkata, “ Laa Laa! (Tidak.. tidak), Syukran (Terima kasih)”
“Coba saja, biar ente tahu rasanya dodol!” Saya mencoba memaksa.
“Tidak, terima kasih. Bawa saja...” sahutnya ramah.
Dan tragedi 'dodol' yang sempat mempercepat degup jantung saya itu pun berakhir indah. Mungkin si petugas mengira kepingan dodol seperti peluru atau amunisi, Mungkin saja dikira mau ngebom bandara.
Saat teman-teman yang telah menunggu dekat pintu keluar menanyakan apa yang terjadi, saya hanya menjawab singkat, 'Gegara dodol' Yang disambut tatapan penasaran di wajah-wajah mereka.
Setelah menunggu proses pengangkutan bagasi dari terminal ke dalam bus, seluruh petugas atau pelayan Duyufur Rahman (tamu Allah) ini pun berangkat ke Makkah untuk umrah. Usai umrah, mereka lantas rehat sebentar di pemondokan, untuk kemudian bertolak ke Madinah.*
Ilustrasi Jamaah Haji |
Pesawat yang membawa 299 petugas haji ini akan menempuh perjalanan selama lebih kurang 9 jam, dan mendarat di Bandara Internasional King Abdul Azis Jeddah, Arab Saudi.
Petugas PPIH memang diberangkatkan lebih dulu guna mempersiapkan segala keperluan penyambutan jamaah haji di Tanah Suci.
Petugas PPIH terdiri dari pembimbing ibadah, tim kesehatan, TNI-Polri, pejabat Kemenag, dan para jurnalis. Mereka akan bertugas di Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah dan Madinah.
Terdapat 24 wartawan yang ikut dalam penerbangan tersebut. Mereka tergabung dalam tim Media Center Haji (MCH) yang akan meliput pelaksanaan haji tahun 2017 ini.
Sekira pukul 21.30 WIB atau pukul 17.30 Waktu Arab Saudi, pesawat mendarat dengan mulus di Terminal Haji Bandar Udara King Abdul Azis Jeddah. Usai turun dari pesawat, petugas PPIH lantas mengikuti pemeriksaan imigrasi.
Pemeriksaan imigrasi di bandara ini cukup lama. Memakan waktu hingga tiga jam lebih untuk memeriksa 299 paspor petugas PPIH. Sementara di lain tempat, pemeriksaan paspor terhadap penumpang biasa berlangsung cepat.
“Biasa nih, pemeriksaan imigrasi sini lumayan lama,” ujar seorang anggota PPIH yang enggan disebutkan namanya.
“Tahun lalu bahkan sampai empat jam lebih. Entah kenapa layanan imigrasi bandara ini tak juga berubah sampai sekarang.” timpal anggota yang lain.
Setelah pemeriksaan paspor, pemotretan dan pengambilan sidik jari, para pengunjung Kota Suci lantas beranjak ke tempat pengambilan bagasi.
Beruntung saya tidak capek mengantre pengambilan bagasi, karena sudah diambilkan oleh rekan-rekan tim MCH.
Sebelum keluar bandara, semua barang bawaan atau bagasi penumpang harus melewati pemeriksaan sinar X (X-ray) sebelum melenggang keluar gedung terminal. Pemeriksaan di sini lumayan ketat.
Meski petugas imigrasi terlihat acuh sembari mengobrol dengan rekannya saat memeriksa lewat layar monitor, namun mata mereka cukup awas untuk mengendus barang-barang mencurigakan.
Bagasi saya termasuk yang jadi 'korban'. Walaupun tak membawa barang-barang terlarang ke Tanah Suci, entah mengapa tiba-tiba seorang petugas imigrasi menghentikan saya usai mengangkat barang yang baru keluar dari lubang X-ray.
“Ya Hajj (wahai Haji).. Ta'aal (kesini sebentar!)” teriaknya.
Ya Hajj (wahai haji) adalah panggilan khas dari petugas atau warga Saudi untuk semua jamaah haji yang tiba di Tanah Suci.
Tas yang baru saja mau saya cangklong di pundak, otomatis saya turunkan lagi.
Tanpa permisi, sang petugas imigrasi berwajah gagah dengan kumis dan brewok yang cukup lebat itu langsung membongkar tas ranselku dan mengambil sesuatu dari dasar tas.
Saat mengeluarkan kresek yang membungkus bawaan saya itu ia bertanya,
“Ini apa?” sembari membuka ikatannya.
Saya sempat khawatir dan agak lupa apa isi bungkusan itu. Setelah ia mengeluarkan satu kotak bertuliskan 'dodol', saya pun teringat dodol durian kiriman saudara saya di Mataram. Hati pun agak tenang.
“Oh, itu dodol, makanan khas Indonesia. Enak kok. Ambil saja kalau ente mau,” saya coba untuk menawarinya.
Setelah hidungnya diendus-endukan ke kotak dodol itu, ia langsung mengembalikannya pada saya seraya berkata, “ Laa Laa! (Tidak.. tidak), Syukran (Terima kasih)”
“Coba saja, biar ente tahu rasanya dodol!” Saya mencoba memaksa.
“Tidak, terima kasih. Bawa saja...” sahutnya ramah.
Dan tragedi 'dodol' yang sempat mempercepat degup jantung saya itu pun berakhir indah. Mungkin si petugas mengira kepingan dodol seperti peluru atau amunisi, Mungkin saja dikira mau ngebom bandara.
Saat teman-teman yang telah menunggu dekat pintu keluar menanyakan apa yang terjadi, saya hanya menjawab singkat, 'Gegara dodol' Yang disambut tatapan penasaran di wajah-wajah mereka.
Setelah menunggu proses pengangkutan bagasi dari terminal ke dalam bus, seluruh petugas atau pelayan Duyufur Rahman (tamu Allah) ini pun berangkat ke Makkah untuk umrah. Usai umrah, mereka lantas rehat sebentar di pemondokan, untuk kemudian bertolak ke Madinah.*