Berita Haji - Nenek Juairiyah Binti Nyak Lian Kasah terlihat ketakutan dan tak berani untuk beranjak dari kursi bus yang membawanya dari Bandara Internasional King Abdul Azis, Jeddah, Arab Saudi, menuju hotel tempatnya bermalam di Kota Makkah.
Dia merupakan salah satu jamaah dari 4.473 jamaah Aceh yang baru tiba di Makkah, Jumat 18 Agustus 2017 malam sekira pukul 21.30 WAS atau 01.30 WIB.
Berbagai upaya dilakukan agar nenek Juariyah mau turun dari bus, namun gagal.
Awalnya, Nenek Juariyah dirayu oleh teman satu kloter, kemudian ketua rombongan. Tetapi tidak membuahan hasil.
Para petugas pun silih berganti mencoba merayu Nenek tersebut.
"Ayo Nek, bus ini mau dibawa ke bengkel," rayu salah satu petugas Media Center Haji (MCH) Desi Fitriani, menggunakan bahasa Aceh.
Nenek yang tidak bisa berbahasa Indonesia secara jelas itu menolak tegas. Dialeg yang terlontar adalah khas Negeri Serambi Makkah.
"Tidak mau. Saya tidak mau," jawab si Nenek.
Ketua rombongan hingga Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH), yakni Ketua Sektor 11 Afrijal Abdul pun ikut turun tangan membujuk Nenek berusia lebih dari 65 tahun itu. Namun hasilnya tetap nihil.
Malam semakin larut, hampir 1 jam si Nenek belum juga mau turun. Sementara seluruh jamaah haji sudah tidak ada lagi di dalam bus. Seluruh barang sudah diturunkan. Yang tertinggal hanya si Nenek, yang dikelilingi petugas.
Bus parkir di depan hotel sudah terlalu lama berheti. Sementara aturan Pemerintah Arab Saudi, bus tidak bisa berlama-lama menurunkan penumpang karena mengantisipasi menimbulkan kemacetan.
Akhirnya, petugas haji memutuskan untuk menggendong Nenek secara halus. Sebelum menggendong, petugas itu melakukan pendekatan
"Nenek, kita harus turun. Maaf ya Nenek," ujar petugas itu sambil mencium tangan Nenek.
Petugas berbadan kekar itu dengan sigap merangkul dan menggotongnya. Nenek pun hanya bisa pasrah. Sementara di pintu bus, petugas medis sudah siap sedia menjemputnya dengan kursi roda.
Begitu turun, air muka para petugas yang tadinya cemas berubah menjadi gembira. Nenek langsung didorong menuju lobi hotel kemudian dilakukan pemeriksaan oleh Tim Kesehatan.
Nenek tersebut mengenakan gelang merah, yang artinya adalah jamaah dengan penyakit risiko tinggi. Apalagi Nenek Juairiyah sudah melalui perjalan panjang sekira 9 jam melalui penerbangan, proses bandara sekira 4-5 jam, dan 1 jam dari Jeddah. Totalnya sekira 15 jam.
Menurut jadwal, jamaah yang baru tiba di Kota Makkah istirahat sejenak. Mereka telah menggunakan ihram dari embarkasi Banda Aceh. Bus yang disopiri warga negara Arab Saudi itu ikut lega. Lampu dimatikan, dia bergegas mengendarai bus dan berlalu.
Dia merupakan salah satu jamaah dari 4.473 jamaah Aceh yang baru tiba di Makkah, Jumat 18 Agustus 2017 malam sekira pukul 21.30 WAS atau 01.30 WIB.
Nenek Juairiyah Binti Nyak Lian Kasah |
Berbagai upaya dilakukan agar nenek Juariyah mau turun dari bus, namun gagal.
Awalnya, Nenek Juariyah dirayu oleh teman satu kloter, kemudian ketua rombongan. Tetapi tidak membuahan hasil.
Para petugas pun silih berganti mencoba merayu Nenek tersebut.
"Ayo Nek, bus ini mau dibawa ke bengkel," rayu salah satu petugas Media Center Haji (MCH) Desi Fitriani, menggunakan bahasa Aceh.
Nenek yang tidak bisa berbahasa Indonesia secara jelas itu menolak tegas. Dialeg yang terlontar adalah khas Negeri Serambi Makkah.
"Tidak mau. Saya tidak mau," jawab si Nenek.
Ketua rombongan hingga Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH), yakni Ketua Sektor 11 Afrijal Abdul pun ikut turun tangan membujuk Nenek berusia lebih dari 65 tahun itu. Namun hasilnya tetap nihil.
Malam semakin larut, hampir 1 jam si Nenek belum juga mau turun. Sementara seluruh jamaah haji sudah tidak ada lagi di dalam bus. Seluruh barang sudah diturunkan. Yang tertinggal hanya si Nenek, yang dikelilingi petugas.
Bus parkir di depan hotel sudah terlalu lama berheti. Sementara aturan Pemerintah Arab Saudi, bus tidak bisa berlama-lama menurunkan penumpang karena mengantisipasi menimbulkan kemacetan.
Akhirnya, petugas haji memutuskan untuk menggendong Nenek secara halus. Sebelum menggendong, petugas itu melakukan pendekatan
"Nenek, kita harus turun. Maaf ya Nenek," ujar petugas itu sambil mencium tangan Nenek.
Petugas berbadan kekar itu dengan sigap merangkul dan menggotongnya. Nenek pun hanya bisa pasrah. Sementara di pintu bus, petugas medis sudah siap sedia menjemputnya dengan kursi roda.
Begitu turun, air muka para petugas yang tadinya cemas berubah menjadi gembira. Nenek langsung didorong menuju lobi hotel kemudian dilakukan pemeriksaan oleh Tim Kesehatan.
Nenek tersebut mengenakan gelang merah, yang artinya adalah jamaah dengan penyakit risiko tinggi. Apalagi Nenek Juairiyah sudah melalui perjalan panjang sekira 9 jam melalui penerbangan, proses bandara sekira 4-5 jam, dan 1 jam dari Jeddah. Totalnya sekira 15 jam.
Menurut jadwal, jamaah yang baru tiba di Kota Makkah istirahat sejenak. Mereka telah menggunakan ihram dari embarkasi Banda Aceh. Bus yang disopiri warga negara Arab Saudi itu ikut lega. Lampu dimatikan, dia bergegas mengendarai bus dan berlalu.