Berita Haji - Ada pemandangan mengejutkan ketika ratusan anggota jamaah haji asal Tasikmalaya tiba di Makkah, Arab Saudi.
Ketika para jamaah haji hiruk-pikuk mencari tas dan koper, ada seorang nenek tampak tenang duduk di lobi hotel.
Dari fisiknya, terlihat sang nenek sudah berusia lanjut. Siapapun yang melihatnya pasti tak tega karena ia hanya seorang diri.
Melihat kejadian tersebut, Salah seorang petugas haji Indonesia yang berada di Hotel Timaa Al-Shisha, tempat menginap jamaah asal Tasikmalaya, bergegas menghampiri si nenek.
"Nenek ke sini sama siapa?" tanya Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis, yang saat itu tengah meninjau kedatangan jamaah di Hotel Timaa Al-Shisha, Kota Makkah, Rabu, 9 Agustus 2017.
Dengan suara lirih si nenek menjawab, "Saya kesini sama Allah."
Jawaban nenek yang diketahui bernama Cici itu mendadak sontak membuat orang di sekitarnya kaget dan takjub. Meski suaranya lirih, jawaban nenek itu mencerminkan prinsip tauhid yang sangat mendalam.
"Subhanallah, Nenek ke sini sama Allah? nama nenek siapa?" ujar Sri dengan nada takjub.
"Nama saya Cici Sunarsih dari Tasikmalaya," kata si Nenek.
Petugas kesehatan yang sudah bersiaga pun langsung melayani Nenek Cici.
"Kaki saya agak sakit, tadi di dalam perjalanan kaki saya nggantung (tidak menginjak lantai bus)," ujarnya saat diperiksa tim kesehatan dan pendampingan dari rombongan.
Meski raganya berusia 75 tahun, sorotan matanya penuh semangat dan tidak tampak kelelahan. Padahal, Nenek Cici baru saja menempuh perjalanan sekitar 6 jam dari Kota Madinah menuju Makkah.
Nenek itu pun bercerita bagaimana dia bisa sampai ke Tanah Suci.
"Saya dibiayai sama anak-anak saya," tuturnya.
Melanjutkan ceritanya, ternyata semasa hidup Nenek Cici mengabdi sebagai guru. Bahkan, dia adalah seorang mantan Kepala SDN Sukawiyana, Tasikmalaya.
"Saya sudah mengajar 41 tahun. Tapi saya sekarang sudah tidak mengajar. Dulu saya mengajar Matematika," ujar Nenek Cici.
Ditanya lebih dalam, ternyata sang suami juga seorang kepala sekolah. Lokasinya tidak jauh dari SD Sukawiyana.
"Bapak sudah meninggal 16 tahun lalu," imbuh dia.
Nenek Cici mengisahkan, untuk bisa sampai ke SD Sukawiyana dia harus mengayuh sepeda sekitar 3 km. Penghasilannya sebagai guru pun belum cukup untuk biaya berangkat haji kala itu.
Setelah pensiun, dia justru diberi jalan untuk menginjakkan kaki ke Tanah Suci. Anak-anaknya, yang juga berprofesi sebagai guru, sepakat membuatkan tabungan haji.
Setelah uang terkumpul, Nenek Cici mulai mengantre selama 6 tahun. Alhamdulillah, perjuangan panjangnya berbuah manis. Kini Nenek Cici sudah berada di Kota Mekah untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji.
Lalu, doa apa akan dipanjatkan Nenek Cici di depan Ka'bah?
"Saya cuma ingin berdoa, supaya anak-anak dan cucu-cucu saya bisa ke sini juga. Itu saja," ujar Nenek sembilan cucu yang akan segera menyandang gelar haji ini.
Ketika para jamaah haji hiruk-pikuk mencari tas dan koper, ada seorang nenek tampak tenang duduk di lobi hotel.
Dari fisiknya, terlihat sang nenek sudah berusia lanjut. Siapapun yang melihatnya pasti tak tega karena ia hanya seorang diri.
Melihat kejadian tersebut, Salah seorang petugas haji Indonesia yang berada di Hotel Timaa Al-Shisha, tempat menginap jamaah asal Tasikmalaya, bergegas menghampiri si nenek.
"Nenek ke sini sama siapa?" tanya Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis, yang saat itu tengah meninjau kedatangan jamaah di Hotel Timaa Al-Shisha, Kota Makkah, Rabu, 9 Agustus 2017.
Dengan suara lirih si nenek menjawab, "Saya kesini sama Allah."
Jawaban nenek yang diketahui bernama Cici itu mendadak sontak membuat orang di sekitarnya kaget dan takjub. Meski suaranya lirih, jawaban nenek itu mencerminkan prinsip tauhid yang sangat mendalam.
"Subhanallah, Nenek ke sini sama Allah? nama nenek siapa?" ujar Sri dengan nada takjub.
"Nama saya Cici Sunarsih dari Tasikmalaya," kata si Nenek.
Petugas kesehatan yang sudah bersiaga pun langsung melayani Nenek Cici.
"Kaki saya agak sakit, tadi di dalam perjalanan kaki saya nggantung (tidak menginjak lantai bus)," ujarnya saat diperiksa tim kesehatan dan pendampingan dari rombongan.
Meski raganya berusia 75 tahun, sorotan matanya penuh semangat dan tidak tampak kelelahan. Padahal, Nenek Cici baru saja menempuh perjalanan sekitar 6 jam dari Kota Madinah menuju Makkah.
Nenek itu pun bercerita bagaimana dia bisa sampai ke Tanah Suci.
"Saya dibiayai sama anak-anak saya," tuturnya.
Melanjutkan ceritanya, ternyata semasa hidup Nenek Cici mengabdi sebagai guru. Bahkan, dia adalah seorang mantan Kepala SDN Sukawiyana, Tasikmalaya.
"Saya sudah mengajar 41 tahun. Tapi saya sekarang sudah tidak mengajar. Dulu saya mengajar Matematika," ujar Nenek Cici.
Ditanya lebih dalam, ternyata sang suami juga seorang kepala sekolah. Lokasinya tidak jauh dari SD Sukawiyana.
"Bapak sudah meninggal 16 tahun lalu," imbuh dia.
Nenek Cici mengisahkan, untuk bisa sampai ke SD Sukawiyana dia harus mengayuh sepeda sekitar 3 km. Penghasilannya sebagai guru pun belum cukup untuk biaya berangkat haji kala itu.
Setelah pensiun, dia justru diberi jalan untuk menginjakkan kaki ke Tanah Suci. Anak-anaknya, yang juga berprofesi sebagai guru, sepakat membuatkan tabungan haji.
Setelah uang terkumpul, Nenek Cici mulai mengantre selama 6 tahun. Alhamdulillah, perjuangan panjangnya berbuah manis. Kini Nenek Cici sudah berada di Kota Mekah untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji.
Lalu, doa apa akan dipanjatkan Nenek Cici di depan Ka'bah?
"Saya cuma ingin berdoa, supaya anak-anak dan cucu-cucu saya bisa ke sini juga. Itu saja," ujar Nenek sembilan cucu yang akan segera menyandang gelar haji ini.