Kota Makkah yang biasanya lengang pada hari biasa berubah drastis menjadi hiruk pikuk ketika musim haji tiba, Puncaknya adalah menjelang wukuf di Arafah besok Kamis (31/08).
Wajar saja, lebih dari tiga juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia telah berkumpul di tempat Rasulullah SAW dilahirkan. Berhentinya operasional bus-bus shalawat yang biasanya memberikan layanan gratis kepada para jamaah haji Indonesia dari pemondokan ke Masjidil Haram berdampak pada naiknya permintaan terhadap jasa transportasi taksi.
Tak urung, situasi ini dimanfaatkan sebagian besar para sopir taksi di Makkah. Mereka tak mau menggunakan argo sebagai patokan pembayaran, semuanya borongan dengan tarif yang sangat mahal.
Naiknya ongkos taksi di Makkah menjelang puncak ibadah haji salah satunya dikeluhkan oleh Ketua Kloter SOC 18, Tukiman.
“Saya tadi naik taksi dari rumah nomor 315 di Aziziah ke hotel Dar Al Hadi di sektor 4, jaraknya kan dekat karena masih satu wilayah, taksinya minta 100 riyal, kemarin-kemarin naik taksi berombongan bayar 3 riyal perjamaah” Kata Tukiman.
Keluhan serupa juga disampaikan salah seorang mukimin asal Surabaya, Muhammad Zulfan, yang sudah puluhan tahun menetap di Makkah Arab Saudi.
“Dari wilayah Misfalah menuju Syisyah yang biasanya 15-20 riyal naik menjadi 200 riyal. Itupun sudah saya tawar dari harga awal 300 riyal,” keluhnya.
Selain banyaknya jumlah permintaan, kenaikan tarif taksi juga diduga lantaran situasi Kota Makkah yang semakin macet menjelang Puncak Haji. Berbagai sudut kota tampak dipenuhi para jamaah haji yang berjalan kaki di pinggir jalan, menyeberang, serta berbelanja keperluan untuk dibawa ketika wukuf di Arafah besok.
Hal ini semakin diperparah dengan kebijakan petugas kepolisian yang melakukan penutupan sejumlah jalan serta pengalihan arus. Kebiasaan parkir sembarangan serta budaya mengemudi yang jelek di jalanan semakin menambah kemacetan lalu lintas di kota Makkah.
Taksi di Makkah |
Wajar saja, lebih dari tiga juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia telah berkumpul di tempat Rasulullah SAW dilahirkan. Berhentinya operasional bus-bus shalawat yang biasanya memberikan layanan gratis kepada para jamaah haji Indonesia dari pemondokan ke Masjidil Haram berdampak pada naiknya permintaan terhadap jasa transportasi taksi.
Tak urung, situasi ini dimanfaatkan sebagian besar para sopir taksi di Makkah. Mereka tak mau menggunakan argo sebagai patokan pembayaran, semuanya borongan dengan tarif yang sangat mahal.
Naiknya ongkos taksi di Makkah menjelang puncak ibadah haji salah satunya dikeluhkan oleh Ketua Kloter SOC 18, Tukiman.
“Saya tadi naik taksi dari rumah nomor 315 di Aziziah ke hotel Dar Al Hadi di sektor 4, jaraknya kan dekat karena masih satu wilayah, taksinya minta 100 riyal, kemarin-kemarin naik taksi berombongan bayar 3 riyal perjamaah” Kata Tukiman.
Keluhan serupa juga disampaikan salah seorang mukimin asal Surabaya, Muhammad Zulfan, yang sudah puluhan tahun menetap di Makkah Arab Saudi.
“Dari wilayah Misfalah menuju Syisyah yang biasanya 15-20 riyal naik menjadi 200 riyal. Itupun sudah saya tawar dari harga awal 300 riyal,” keluhnya.
Selain banyaknya jumlah permintaan, kenaikan tarif taksi juga diduga lantaran situasi Kota Makkah yang semakin macet menjelang Puncak Haji. Berbagai sudut kota tampak dipenuhi para jamaah haji yang berjalan kaki di pinggir jalan, menyeberang, serta berbelanja keperluan untuk dibawa ketika wukuf di Arafah besok.
Hal ini semakin diperparah dengan kebijakan petugas kepolisian yang melakukan penutupan sejumlah jalan serta pengalihan arus. Kebiasaan parkir sembarangan serta budaya mengemudi yang jelek di jalanan semakin menambah kemacetan lalu lintas di kota Makkah.