Berita Haji - Menunaikan ibadah haji bagi umat Islam yang mampu merupakan sebuah kewajiban.
Pahala yang diberikan kepada mereka yang menjalankan ibadah haji juga besar.
Selain itu, kesempatan untuk menjalankan ibadah haji juga tidaklah mudah didapatkan.
Mereka yang ingin menjalankan ibadah tersebut harus menunggu beberapa tahun agar bisa berangkat.
Itu terkait dengan kuota yang diberikan oleh pemerintah.
Oleh karena itu tidak mengherankan, jika cukup banyak umat Islam yang berlomba-lomba menjalankan ibadah haji.
Meski demikian, walaupun kesempatan untuk menjalankan ibadah haji sudah ada di depan mata, terkadang ada beberapa orang yang menolaknya.
Itu seperti yang terjadi baru-baru ini di Surabaya.
Seorang Calon Jemaah Haji kloter 23 rombongan 10 asal Kabupaten Ponorogo tidak jadi berangkat dan terpaksa dipulangkan pada Kamis (3/8/2017).
Wanita berinisial KT (76) ini diketahui sempat lari dan gelisah saat jam tidur di asrama haji.
Marsutin, rekan sekamar KT di Asrama Haji Sukolilo Embarkasi Surabaya menuturkan, KT berlarian di sekitar kamarnya minta dipulangkan.
"Sejak berangkat sepertinya sudah blank (pikirannya tampak kosong), ndak mau berangkat. kemarin saja nenek itu diantar anaknya sampe sini (asrama haji)," tutur Marsutin.
Bahkan teman teman sekamar, lanjut Marsutin, disuruh KT melepaskan gelang hajinya.
Novita, dokter TKHI (tenaga kesehatan haji Indonesi) kloter 23 melalui rilis panitia Embarkasi Surabaya menjelaskan bahwa KT menderita dimensia.
Dimensia sendiri, lanjut Novita, merupakan penyakit pikun pada orang tua.
Penyakit ini disebabkan adanya penuaan pada otak yang salah satunya dipicu oleh kecemasan.
KT bersama rombongannya tiba di Asrama Haji Sukolilo pada Rabu malam (2/8/2017) pukul 20.00 WIB.
Novita menjelaskan KT sudah terlihat gelisah sejak turun dari bus di Asrama Haji bersama anaknya.
"Beliaunya nyampe sini sudah kelihatan gelisah. Saya pingin pulang, anak saya masih kecil-kecil," terang Novita.
Sebelumnya, saat petugas melihat kondisi KT yang terus gelisah, tim TKHI dan TPHI melakukan pendekatan pada KT.
Namun KT terus berjalan mencari jalan pulang.
"KT pun kemarin malam sudah diperiksa di poliklinik haji dan dirujuk ke RSU haji yang akhirnya dinyatakan dokter menderita dimnesia," jelas Novita.
Lebih lanjut Novita menjelaskan, pemulangan nenek 76 tahun ini setelah adanya persetujuan yang ditandatangani oleh anak kandung KT.
"Setelah persetujuan KT pun pulang bersama anaknya, sekitar pukul 10.00 WIB tadi," pungkasnya.
Pahala yang diberikan kepada mereka yang menjalankan ibadah haji juga besar.
Selain itu, kesempatan untuk menjalankan ibadah haji juga tidaklah mudah didapatkan.
Mereka yang ingin menjalankan ibadah tersebut harus menunggu beberapa tahun agar bisa berangkat.
Nenek yang batal naik haji |
Itu terkait dengan kuota yang diberikan oleh pemerintah.
Oleh karena itu tidak mengherankan, jika cukup banyak umat Islam yang berlomba-lomba menjalankan ibadah haji.
Meski demikian, walaupun kesempatan untuk menjalankan ibadah haji sudah ada di depan mata, terkadang ada beberapa orang yang menolaknya.
Itu seperti yang terjadi baru-baru ini di Surabaya.
Seorang Calon Jemaah Haji kloter 23 rombongan 10 asal Kabupaten Ponorogo tidak jadi berangkat dan terpaksa dipulangkan pada Kamis (3/8/2017).
Wanita berinisial KT (76) ini diketahui sempat lari dan gelisah saat jam tidur di asrama haji.
Marsutin, rekan sekamar KT di Asrama Haji Sukolilo Embarkasi Surabaya menuturkan, KT berlarian di sekitar kamarnya minta dipulangkan.
"Sejak berangkat sepertinya sudah blank (pikirannya tampak kosong), ndak mau berangkat. kemarin saja nenek itu diantar anaknya sampe sini (asrama haji)," tutur Marsutin.
Bahkan teman teman sekamar, lanjut Marsutin, disuruh KT melepaskan gelang hajinya.
Novita, dokter TKHI (tenaga kesehatan haji Indonesi) kloter 23 melalui rilis panitia Embarkasi Surabaya menjelaskan bahwa KT menderita dimensia.
Dimensia sendiri, lanjut Novita, merupakan penyakit pikun pada orang tua.
Penyakit ini disebabkan adanya penuaan pada otak yang salah satunya dipicu oleh kecemasan.
KT bersama rombongannya tiba di Asrama Haji Sukolilo pada Rabu malam (2/8/2017) pukul 20.00 WIB.
Novita menjelaskan KT sudah terlihat gelisah sejak turun dari bus di Asrama Haji bersama anaknya.
"Beliaunya nyampe sini sudah kelihatan gelisah. Saya pingin pulang, anak saya masih kecil-kecil," terang Novita.
Nenek yang batal naik haji |
Sebelumnya, saat petugas melihat kondisi KT yang terus gelisah, tim TKHI dan TPHI melakukan pendekatan pada KT.
Namun KT terus berjalan mencari jalan pulang.
"KT pun kemarin malam sudah diperiksa di poliklinik haji dan dirujuk ke RSU haji yang akhirnya dinyatakan dokter menderita dimnesia," jelas Novita.
Lebih lanjut Novita menjelaskan, pemulangan nenek 76 tahun ini setelah adanya persetujuan yang ditandatangani oleh anak kandung KT.
"Setelah persetujuan KT pun pulang bersama anaknya, sekitar pukul 10.00 WIB tadi," pungkasnya.