Berita Haji - Mulyono (75) beristirahat di dapur rumahnya, Dusun Kebunagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, setelah mengikuti acara pelepasan haji.
Kakek sederhana ini terlihat bahagia, meski raut mukanya menunjukkan lelah. Matanya berkaca-kaca ketika ditanya persiapannya untuk menunaikan ibadah haji.
“Saya tidak menyangka bisa berangkat (haji),” tuturnya dengan nada bergetar.
Mulyono merupakan petugas kebersihan Masjid Agung Al Munawwar Tulungagung sejak 30 tahun silam. Hingga sekarang, Kakek lima cucu ini hanya digaji Rp 350.000 per bulan.
Dia mengisahkan, pada tahun 2011 silam, sang anak mendaftarkan dirinya untuk menjalankan ibadah haji. Setiap bulan, Mulyono lalu harus mengangsur pembayaran sebesar Rp 500.000.
Seluruh uang hasil jerih payahnya membersihkan masjid digunakan semua untuk membayar angsuran.
“Begitu saya niat berangkat haji, banyak jamaah yang memberi sedekah kepada saya. Hasilnya dikumpulkan untuk mengangsur biaya haji. Jika ada sisa saya pakai untuk keperluan sehari-hari,” kata Mulyono.
Mulyono mengenang, dirinya pernah beberapa kali mengikuti pengajian ke rumah orang yang baru pulang dari ibadah haji. Ketika itu, dirinya mempunyai keinginan untuk bisa menunaikan ibadah haji.
Setelah 6 tahun mengangsur, kini Mulyono menjadi salah satu calon jamaah haji (CJH) asal Tulungagung yang berangkat tahun 2017 ini.
Setiap hari Mulyono senantiasa berusaha fokus menjaga kebugaran tubuhnya agar tetap fit. Di pagi hari Mulyono selalu berjalan mengelilingi luar Stadion Rejoagung Tulungagung sebanyak empat kali.
Kadang pada pagi hari, Mulyono berangkat ke Masjid Agung Al Munawwar yang berjarak sekitar 6 kilometer dengan jalan kaki.
“Sebelum daftar, ayah saya ini sempat “curhat", apakah bisa berangkat haji dengan gaji segitu. Saya bilang, kalau Allah menghendaki pasti bisa,” ucap Lilik Mulyani (29), anak ketiga Mulyono.
Lilik pula yang mencarikan informasi pendaftaran haji yang dianggap terjangkau. Lalu dia mendapat informasi bahwa ada program dana talangan haji yang dikeluarkan sebuah bank syariah. Pihak bank kemudian memesan kursi untuk Mulyono senilai Rp 25 juta.
Untuk pendaftaran awal, Mulyono membayar Rp 2,5 juta. Dana talangan Rp 25 juta itulah yang harus diangsur Mulyono selama enam tahun. Dari jadwal tunggu, seharusnya Mulyono berangkat pada 2021 mendatang.
“Bahkan waktu tunggunya sempat mundur hingga 2024. Terus saya dua tahun lalu diberi tahu soal pengajuan calon jamaah yang lansia. Kebetulan Juni kemarin bapak sudah berusia 75 tahun,” ungkap Lilik.
Menurut Lilik, jalan ayahnya menuju Tanah Suci mendapatkan kemudahan. Setelah melakukan pelunasan pada bulan Juni, ada pemberitahuan Mulyono lolos dan akan diberangkatkan tahun ini.
Setelah dicek di Kantor Kementerian Agama Tulungagung, nama Mulyono memang tercantum. Mulyono diminta melakukan pelunasan sebesar Rp 11 juta. Lilik menegaskan, semua biaya yang diperlukan berasal dari hasil jerih payah ayahnya.
Terutama dari infaq jamaah yang tergerak hatinya, setelah tahu Mulyono akan berangkat haji.
Sebelumnya Mulyono sempat mengeluhkan sakit, karena sebelumnya menjadi perokok berat.
Jantungnya juga bermasalah. Namun setelah cek kesehatan, Mulyono dinyatakan sehat.
“Di KBIH tempat ayah saya ini ada tujuh orang lansia. Ayah saya satu-satunya yang tidak memerlukan pendamping,” tutur Lilik.
Kini tugas membersihkan Masjid Agung Al Munawwar sudah didelegasikan ke menantunya, Suyono sementara Mulyono terus bersiap, menunggu keberangkatannya ke tanah suci.
Mulyono (75) memandang tas haji, berisi perbekalannya selama di tanah suci. Meski bergaji Rp 350.000 per bulan, petugas kebersihan Masjid Agung Al Munawwar ini bisa berangkat haji tahun ini. |
Kakek sederhana ini terlihat bahagia, meski raut mukanya menunjukkan lelah. Matanya berkaca-kaca ketika ditanya persiapannya untuk menunaikan ibadah haji.
“Saya tidak menyangka bisa berangkat (haji),” tuturnya dengan nada bergetar.
Mulyono merupakan petugas kebersihan Masjid Agung Al Munawwar Tulungagung sejak 30 tahun silam. Hingga sekarang, Kakek lima cucu ini hanya digaji Rp 350.000 per bulan.
Dia mengisahkan, pada tahun 2011 silam, sang anak mendaftarkan dirinya untuk menjalankan ibadah haji. Setiap bulan, Mulyono lalu harus mengangsur pembayaran sebesar Rp 500.000.
Seluruh uang hasil jerih payahnya membersihkan masjid digunakan semua untuk membayar angsuran.
“Begitu saya niat berangkat haji, banyak jamaah yang memberi sedekah kepada saya. Hasilnya dikumpulkan untuk mengangsur biaya haji. Jika ada sisa saya pakai untuk keperluan sehari-hari,” kata Mulyono.
Mulyono mengenang, dirinya pernah beberapa kali mengikuti pengajian ke rumah orang yang baru pulang dari ibadah haji. Ketika itu, dirinya mempunyai keinginan untuk bisa menunaikan ibadah haji.
Setelah 6 tahun mengangsur, kini Mulyono menjadi salah satu calon jamaah haji (CJH) asal Tulungagung yang berangkat tahun 2017 ini.
Setiap hari Mulyono senantiasa berusaha fokus menjaga kebugaran tubuhnya agar tetap fit. Di pagi hari Mulyono selalu berjalan mengelilingi luar Stadion Rejoagung Tulungagung sebanyak empat kali.
Kadang pada pagi hari, Mulyono berangkat ke Masjid Agung Al Munawwar yang berjarak sekitar 6 kilometer dengan jalan kaki.
“Sebelum daftar, ayah saya ini sempat “curhat", apakah bisa berangkat haji dengan gaji segitu. Saya bilang, kalau Allah menghendaki pasti bisa,” ucap Lilik Mulyani (29), anak ketiga Mulyono.
Lilik pula yang mencarikan informasi pendaftaran haji yang dianggap terjangkau. Lalu dia mendapat informasi bahwa ada program dana talangan haji yang dikeluarkan sebuah bank syariah. Pihak bank kemudian memesan kursi untuk Mulyono senilai Rp 25 juta.
Untuk pendaftaran awal, Mulyono membayar Rp 2,5 juta. Dana talangan Rp 25 juta itulah yang harus diangsur Mulyono selama enam tahun. Dari jadwal tunggu, seharusnya Mulyono berangkat pada 2021 mendatang.
“Bahkan waktu tunggunya sempat mundur hingga 2024. Terus saya dua tahun lalu diberi tahu soal pengajuan calon jamaah yang lansia. Kebetulan Juni kemarin bapak sudah berusia 75 tahun,” ungkap Lilik.
Menurut Lilik, jalan ayahnya menuju Tanah Suci mendapatkan kemudahan. Setelah melakukan pelunasan pada bulan Juni, ada pemberitahuan Mulyono lolos dan akan diberangkatkan tahun ini.
Setelah dicek di Kantor Kementerian Agama Tulungagung, nama Mulyono memang tercantum. Mulyono diminta melakukan pelunasan sebesar Rp 11 juta. Lilik menegaskan, semua biaya yang diperlukan berasal dari hasil jerih payah ayahnya.
Terutama dari infaq jamaah yang tergerak hatinya, setelah tahu Mulyono akan berangkat haji.
Sebelumnya Mulyono sempat mengeluhkan sakit, karena sebelumnya menjadi perokok berat.
Jantungnya juga bermasalah. Namun setelah cek kesehatan, Mulyono dinyatakan sehat.
“Di KBIH tempat ayah saya ini ada tujuh orang lansia. Ayah saya satu-satunya yang tidak memerlukan pendamping,” tutur Lilik.
Kini tugas membersihkan Masjid Agung Al Munawwar sudah didelegasikan ke menantunya, Suyono sementara Mulyono terus bersiap, menunggu keberangkatannya ke tanah suci.