Istana Fir'aun terguncang hebat. Sang raja dikalahkan begitu saja oleh pemuda belia bernama Musa. Tipu dayanya memanggil para ahli sihir dari penjuru negeri Mesir berakhir kekalahan. Alih-alih mengalahkan Musa, para penyihir malah tertunduk sujud menyembah Tuhan Musa dan enggan lagi menuhankan Fir'aun.
Fir'aun geram bukan kepalang. Ia mengamuk di atas singgasananya. Para menteri dan orang-orang di sampingnya menjadi luapan kemarahannya. Semuanya dicaci, kemudian diusir dari istananya. Fir'aun menyendiri sembari menenggak anggur. Namun, kemarahannya tak kunjung reda. Ia pun memanggil kembali semua menteri dan pejabat kerajaan untuk menghadapnya segera.
Dengen rasa takut para pejabat memasuki istana. Melihat rajanya yang masih emosional, makin takut hati mereka. Sebentar lagi, raja negeri Mesir ini pasti meledak. Wajah sang raja tertekuk geram. Ia seakan baru saja ditampar keras oleh Musa. Sang Nabiyullah membuktikan ketuhanan Fir'aun palsu belaka. Ia hanya manusia lemah yang berdusta mengaku Tuhan.
Ketika semua pembesar telah berkumpul, Fir'aun tiba-tiba bertanya kepada perdana menterinya, "Hai Hamman, Apakah aku ini seorang pendusta?" teriak Fir'aun.
Hamman, pengikut setia Fir'aun, pun langsung bertekuk lutut kemudian menyahut, "Siapa yang berani menuduh baginda Fir'aun sebagai pembohong?!" ujarya membela.
Fir'aun pun berkata, "Bukankah Musa mengatakan bahwa ada Tuhan di surga?" ujar penguasa Negeri Piramida, geram.
"Musa telah berdusta!" ujar Hamman segera. Ia tak ingn tuannya marah.
Namun, Fir'aun tak puas dengan jawaban Hamman. Ia pun memalingkan wajahnya dengan wajah masih merah padam. "Saya tahu Musa itu hanyalah tukang sihir yang berdusta," ujar Fir'aun.
Fir'aun kembali memandang Hamman dengan ide tipu daya yang lain, "Wahai pembesarku, akulah Tuhan kalian. Bersama Hamman, bangunlah untukku sebuah menara yang menjulang tinggi supaya aku sampai hingga pintu-pintu langit. Aku ingin melihat Tuhan Musa, dan aku tahu bahwa Musa itu hanyalah seorang pendusta," kata Fir'aun.
Hati Fir'aun benar-benar tertutup. Ia terhalang menuju jalan yang lurus. Pun, para pembesarnya tak dapat menolak perintah sang raja. Hamman pun segera memerintahkan para pembesar lain untuk memenuhi keinginan Fir'aun. Namun, itu hanyalah sifat munafik Hamman.
Ia sebenarnya tahu betul bahwa mustahil membangun menara seperti yang diinginkan Fir'aun. Bahkan, meski peradaban Mesir kala itu dipandang maju, membangun menara hingga pintu langit merupakan perkara ajaib yang tak mampu dilakukan. Kendati demikian, ia mengiyakan perintah Fir'aun agar sang raja tak murka padanya.
Hingga kemudian, Hamman dengan kedudukannya memberikan pengaruh bagi keputusan raja. Ia dengan mulut manisnya berusaha memuja Fir'aun. "Namun paduka, untuk pertama kalinya saya merasa keberatan. Kendati Anda telah membangun menara menjulang, Anda tak akan pernah menemukan siapa pun di langit. Karena, memang tidak ada Tuhan selain Anda," ujar Hamman.
Mendengarnya, Fir'aun langsung berbangga diri dan memuja diri sendiri dengan ucapan Hamman. Fir'aun pun kemudian mendeklarasikan diri kembali sebagai Tuhan. "Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku," ujar Fir'aun.
Fir'aun pun kemudian menyebarkan rumor di tengah masyarakat. Setiap orang yang berani melawannya dan menyembah selainnya, akan mendapat hukuman mati. Fir'aun memperketat militernya. Ia menyebar semua aparat untuk menjaga eksistensinya sebagai Tuhan. Bani Israil pun dirundung teror Fir'aun tersebut. Apalagi, Hamman mengusulkan agar Fir'aun membunuh setiap pria dan menodai setiap wanita di antara para pengikut Musa.
Semakin hari, Bani Israil tak kuat dengan siksaan Fir'aun. Mereka tak lagi sabar dengan keimanan. Bukan Bani Israil jika tak melawan nabi mereka. Berbondong, mereka pun menemui Nabi Musa dan berkata, "Kami memang telah menderita masalah sebelum Anda datang kepada kami. Namun, kami juga tetap menderita setelah Anda datang pada kami," keluh mereka.
Dengan sabar, Musa hanya menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-Nya, maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu," jawab Nabiyullah. Sebagaimana diketahui dalam kisah Nabi Musa, Allah di kemudian hari menyelamatkan Bani Israil dan membinasakan Fir'aun, Hamman, dan semua bala tentara mereka.
"Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Hamman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan," surah al-Qashshash ayat 6. Keterangan ayat itu menyebutkan bahwa yang dimaksud kekhawatiran Fir'aun dan Hamman ialah kerajaan yang akan hancur oleh Bani Israil. Oleh karena kekhawatiran tersebut, pemerintahan Fir'aun menyiksa Bani Israil. Namun, Allah selalu menyelamatkan hamba-Nya dan membela nabi-Nya.
Kisah Hamman tersebut dikisahkan dlam Kitabullah dalam beberapa surat, di antaranya dalam surah al-Qashshash ayat 6 dan ayat 38, aurah al-Mu'min ayat 36-37, serta surah al-Ankabut ayat 38. Rujuklah kitab tafsir "Qashshashul Anbiya" karya Ibnu Katsir untuk kisah lengkap perjalanan hidup dan dakwah Nabiyullah Musa Alaihissalam.
Fir'aun geram bukan kepalang. Ia mengamuk di atas singgasananya. Para menteri dan orang-orang di sampingnya menjadi luapan kemarahannya. Semuanya dicaci, kemudian diusir dari istananya. Fir'aun menyendiri sembari menenggak anggur. Namun, kemarahannya tak kunjung reda. Ia pun memanggil kembali semua menteri dan pejabat kerajaan untuk menghadapnya segera.
Dengen rasa takut para pejabat memasuki istana. Melihat rajanya yang masih emosional, makin takut hati mereka. Sebentar lagi, raja negeri Mesir ini pasti meledak. Wajah sang raja tertekuk geram. Ia seakan baru saja ditampar keras oleh Musa. Sang Nabiyullah membuktikan ketuhanan Fir'aun palsu belaka. Ia hanya manusia lemah yang berdusta mengaku Tuhan.
Ketika semua pembesar telah berkumpul, Fir'aun tiba-tiba bertanya kepada perdana menterinya, "Hai Hamman, Apakah aku ini seorang pendusta?" teriak Fir'aun.
Hamman, pengikut setia Fir'aun, pun langsung bertekuk lutut kemudian menyahut, "Siapa yang berani menuduh baginda Fir'aun sebagai pembohong?!" ujarya membela.
Fir'aun pun berkata, "Bukankah Musa mengatakan bahwa ada Tuhan di surga?" ujar penguasa Negeri Piramida, geram.
"Musa telah berdusta!" ujar Hamman segera. Ia tak ingn tuannya marah.
Namun, Fir'aun tak puas dengan jawaban Hamman. Ia pun memalingkan wajahnya dengan wajah masih merah padam. "Saya tahu Musa itu hanyalah tukang sihir yang berdusta," ujar Fir'aun.
Fir'aun kembali memandang Hamman dengan ide tipu daya yang lain, "Wahai pembesarku, akulah Tuhan kalian. Bersama Hamman, bangunlah untukku sebuah menara yang menjulang tinggi supaya aku sampai hingga pintu-pintu langit. Aku ingin melihat Tuhan Musa, dan aku tahu bahwa Musa itu hanyalah seorang pendusta," kata Fir'aun.
Hati Fir'aun benar-benar tertutup. Ia terhalang menuju jalan yang lurus. Pun, para pembesarnya tak dapat menolak perintah sang raja. Hamman pun segera memerintahkan para pembesar lain untuk memenuhi keinginan Fir'aun. Namun, itu hanyalah sifat munafik Hamman.
Ia sebenarnya tahu betul bahwa mustahil membangun menara seperti yang diinginkan Fir'aun. Bahkan, meski peradaban Mesir kala itu dipandang maju, membangun menara hingga pintu langit merupakan perkara ajaib yang tak mampu dilakukan. Kendati demikian, ia mengiyakan perintah Fir'aun agar sang raja tak murka padanya.
Hingga kemudian, Hamman dengan kedudukannya memberikan pengaruh bagi keputusan raja. Ia dengan mulut manisnya berusaha memuja Fir'aun. "Namun paduka, untuk pertama kalinya saya merasa keberatan. Kendati Anda telah membangun menara menjulang, Anda tak akan pernah menemukan siapa pun di langit. Karena, memang tidak ada Tuhan selain Anda," ujar Hamman.
Mendengarnya, Fir'aun langsung berbangga diri dan memuja diri sendiri dengan ucapan Hamman. Fir'aun pun kemudian mendeklarasikan diri kembali sebagai Tuhan. "Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku," ujar Fir'aun.
Fir'aun pun kemudian menyebarkan rumor di tengah masyarakat. Setiap orang yang berani melawannya dan menyembah selainnya, akan mendapat hukuman mati. Fir'aun memperketat militernya. Ia menyebar semua aparat untuk menjaga eksistensinya sebagai Tuhan. Bani Israil pun dirundung teror Fir'aun tersebut. Apalagi, Hamman mengusulkan agar Fir'aun membunuh setiap pria dan menodai setiap wanita di antara para pengikut Musa.
Semakin hari, Bani Israil tak kuat dengan siksaan Fir'aun. Mereka tak lagi sabar dengan keimanan. Bukan Bani Israil jika tak melawan nabi mereka. Berbondong, mereka pun menemui Nabi Musa dan berkata, "Kami memang telah menderita masalah sebelum Anda datang kepada kami. Namun, kami juga tetap menderita setelah Anda datang pada kami," keluh mereka.
Dengan sabar, Musa hanya menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-Nya, maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu," jawab Nabiyullah. Sebagaimana diketahui dalam kisah Nabi Musa, Allah di kemudian hari menyelamatkan Bani Israil dan membinasakan Fir'aun, Hamman, dan semua bala tentara mereka.
"Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Hamman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan," surah al-Qashshash ayat 6. Keterangan ayat itu menyebutkan bahwa yang dimaksud kekhawatiran Fir'aun dan Hamman ialah kerajaan yang akan hancur oleh Bani Israil. Oleh karena kekhawatiran tersebut, pemerintahan Fir'aun menyiksa Bani Israil. Namun, Allah selalu menyelamatkan hamba-Nya dan membela nabi-Nya.
Kisah Hamman tersebut dikisahkan dlam Kitabullah dalam beberapa surat, di antaranya dalam surah al-Qashshash ayat 6 dan ayat 38, aurah al-Mu'min ayat 36-37, serta surah al-Ankabut ayat 38. Rujuklah kitab tafsir "Qashshashul Anbiya" karya Ibnu Katsir untuk kisah lengkap perjalanan hidup dan dakwah Nabiyullah Musa Alaihissalam.