Pekerjaan yang digeluti wanita asal Kampung Babakan, Desa Banjarwaru, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor ini sangat dibutuhkan oleh keluarga korban kecelakaan.
Tak banyak yang berminat untuk menjalani profesi yang dijalani Siti Yunengsih.
Wanita berusia 48 tahun itu berprofesi sebagai pemandi mayat.
Tak sekadar mayat, jenazah yang dimandikan adalah yang khusus korban kecelakaan.
Bentuk tubuh yang tak lagi utuh, serta keadaan yang mengenaskan acap kali menjadi hal yang mesti dihadapi.
Meski begitu, wanita yang akrab disapa Enen itu tak pantang mundur.
Malah ia mengaku kerap dijemput oleh beberapa pihak rumah sakit untuk memandikan khusus jenazah perempuan korban kecelakaan.
"Ciawi, Cibinong, trus dari Bogor kota, sampe sering dijemput ke luar bogor juga, sampe ke Cipayung Jakarta juga pernah," ungkap Enen, Jumat (21/7/2017).
Walaupun menurutnya memang mengerikan, tapi itu ia menganggap semua itu sudah menjadi suatu kewajiban.
Ia juga menambahkan bahwa ketika di kamar jenazah ia kerap beristighfar dan mendoakan korban mau pun keluarga agar tabah menghadapinya.
Bahkan ia pun mengaku setiap kali memandikan jenazah ia tidak mematok harga tapi terima seikhlasnya.
"Niatnyakan ibadah ya, jadi ada yang ngasih Rp 200, Rp 300 bahkan ada yang Rp 150, bagaimana yang ngasih aja, seikhlasnya," ungkapnya.
Siti Yunengsih (48) |
Tak banyak yang berminat untuk menjalani profesi yang dijalani Siti Yunengsih.
Wanita berusia 48 tahun itu berprofesi sebagai pemandi mayat.
Tak sekadar mayat, jenazah yang dimandikan adalah yang khusus korban kecelakaan.
Bentuk tubuh yang tak lagi utuh, serta keadaan yang mengenaskan acap kali menjadi hal yang mesti dihadapi.
Meski begitu, wanita yang akrab disapa Enen itu tak pantang mundur.
Malah ia mengaku kerap dijemput oleh beberapa pihak rumah sakit untuk memandikan khusus jenazah perempuan korban kecelakaan.
"Ciawi, Cibinong, trus dari Bogor kota, sampe sering dijemput ke luar bogor juga, sampe ke Cipayung Jakarta juga pernah," ungkap Enen, Jumat (21/7/2017).
Walaupun menurutnya memang mengerikan, tapi itu ia menganggap semua itu sudah menjadi suatu kewajiban.
Ia juga menambahkan bahwa ketika di kamar jenazah ia kerap beristighfar dan mendoakan korban mau pun keluarga agar tabah menghadapinya.
Bahkan ia pun mengaku setiap kali memandikan jenazah ia tidak mematok harga tapi terima seikhlasnya.
"Niatnyakan ibadah ya, jadi ada yang ngasih Rp 200, Rp 300 bahkan ada yang Rp 150, bagaimana yang ngasih aja, seikhlasnya," ungkapnya.