Saat ini kita sudah berada di sepertiga akhir dari bulan Ramadhan. Mumpung Ramadhan belum berlalu, alangkah baiknya kita koreksi kualitas serta kuantitas ibadah kita selama bulan suci ini. Kesungguhan seorang hamba dalam beribadah bisa dikategorikan sebagai amal jihad.
Al Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
"Ketahuilah, sesungguhnya bagi orang yang beriman terdapat dua jihad melawan dirinya sendiri selama Bulan Ramadhan yakni jihad di siang hari dengan berpuasa dan jihad di malam hari dengan mendirikan shalat malam.
Barangsiapa yang bisa mengumpulkan kedua jihad tersebut, melaksanakannya dengan benar, senantiasa bersabar dalam menunaikannya, maka layak baginya mendapat balasan yang tidak terbatas." (Lathaaiful Ma’aarif)
Yang dimaksud jihad di sini adalah bersungguh-sungguh dalam mewujudkan perkara yang Allah cintai. Inilah makna luas jihad secara umum, sehingga termasuk dalam makna ini seluruh perbuatan amal shalih (lihat Anwaarul Bayaan fii Duruusi Ramadhan).
Bersungguh-sungguh Menjalankan Puasa
Puasa adalah amalan utama di siang hari Bulan Ramadhan. Amalan ini merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh seorang yang mengaku muslim. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa" (Al-Baqarah: 183)
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda saat menjelaskan keutamaan puasa di bulan Ramadhan dengan penjelasan berikut,
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni."(HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
"Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun." (HR. Bukhari)
Tentu saja catatan penting di sini, yang dinamakan puasa sesungguhnya bukanlah hanya menahan makan dan minum semata, namun juga menjaga lisan dan anggota badan dari berbagai macam perbuatan dosa yang justru menghapus nilai pahala puasa.
Terkait hal ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan justru mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan." (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan haus." (HR. Ath-Thabrani dengan kualitas hadits shahih)
Bersemangat Mendirikan Shalat Malam
Ibadah yang spesial di malam hari bulan Ramadhan adalah shalat tarawih, karena di bulan lain, shalat tarawih ini tidak disyariatkan. Selain shalat tarawih, shalat sunnah lain hendaknya diperbanyak di malam hari bulan Ramadhan, seperti shalat tahajjud, shalat tasbih, shalat taubat maupun shalat hajat serta shalat witir, terutama di sepuluh malam terakhir ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda perihal keutamaan shalat malam di bulan Ramadhan berikut :
"Barangsiapa melakukan shalat malam di Bulan Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni" (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam suatu hari pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya, kemudian beliau bersabda,
"Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala shalat satu malam penuh" (HR. Tirmidzi dengan kualitas hadits shahih).
Hadits ini bermakna anjuran supaya umat Islam menjalankan shalat tarawih secara berjamaah serta mengikuti imam sampai selesai.
Bersungguh-sungguh dalam Menjalankan Semua Ibadah
Sebagai penyempurna pahala di bulan suci ini, hendaknya kita menjalani hari-hari di bulan suci Ramadhan dengan berbagai amalan ketaatan. Berpuasa bukanlah alasan untuk bermalas-malasan dalam beribadah.
Oleh sebab itu, kita harus sungguh-sungguh dan bersemangat dalam menjalankannya, mulai dari ibadah wajib seperti shalat lima waktu serta berpuasa itu sendiri, kemudian shalat sunnah seperti shalat tarawih dan shalat sunnah lainnya, sedekah wajib seperti zakat maupun sedekah sunnah, membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdo'a serta amal ketaatan lainnya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Dan yang disebut dengan mujahid (orang yang berjihad) adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah" (HR. Ahmad)
Saat menjelaskan hadits ini, Syaikh 'Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, "Mujahid ditafsirkan sebagai orang yang bersungguh-sungguh menundukkan hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah. Hal ini karena kecenderungan jiwa adalah malas melakukan kebaikan, cenderung memerintahkan kejelekan, dan mudah mengeluh ketika ada musibah.
Oleh karena itu, diperlukan kesabaran dan kesungguhan dalam komitmen untuk taat kepada Allah, butuh keteguhan dalam ketaatan, perlu bersungguh-sungguh melawan perbuatan maksiat kepada Allah, serta bersungguh-sungguh dalam sabar ketika ditimpa musibah.
Yang dimaksud ketaatan di sini adalah melaksanakan perintah, mejauhi perkara yang terlarang, dan sabar menghadapai takdir. Seorang mujahid yang hakiki adalah yang bersungguh-sungguh merealisasikan tugas dan kewajibannya." (Bahjatu Quluubil Abrar, dinukil dari Anwaarul Bayaan fii Durusi Ramadhan)
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan jalan kemudahan bagi kita untuk menjalankan dua macam jihad tersebut di Bulan suci ini, sehingga kita mampu menggapai tujuan disyariatkannya puasa yakni agar kita termasuk golongan orang-orang yang bertakwa. Amin
Al Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
اعلَمْ أنَّ المؤمنَ يجتَمعُ له في شَهر رمضَان جهادَان لنَفْسِه جهادٌ بالنَّهار على الصِّيام وجهادٌ باللَّيل على القِيام فمَن جمعَ بينَ هذَيْن الجهادَيْن ، ووَفَّى بحُقُوقهما، وصَبَر عليهما، وفَّى أجرَه بغَيرحسَا
"Ketahuilah, sesungguhnya bagi orang yang beriman terdapat dua jihad melawan dirinya sendiri selama Bulan Ramadhan yakni jihad di siang hari dengan berpuasa dan jihad di malam hari dengan mendirikan shalat malam.
Barangsiapa yang bisa mengumpulkan kedua jihad tersebut, melaksanakannya dengan benar, senantiasa bersabar dalam menunaikannya, maka layak baginya mendapat balasan yang tidak terbatas." (Lathaaiful Ma’aarif)
Yang dimaksud jihad di sini adalah bersungguh-sungguh dalam mewujudkan perkara yang Allah cintai. Inilah makna luas jihad secara umum, sehingga termasuk dalam makna ini seluruh perbuatan amal shalih (lihat Anwaarul Bayaan fii Duruusi Ramadhan).
Bersungguh-sungguh Menjalankan Puasa
Puasa adalah amalan utama di siang hari Bulan Ramadhan. Amalan ini merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh seorang yang mengaku muslim. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa" (Al-Baqarah: 183)
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda saat menjelaskan keutamaan puasa di bulan Ramadhan dengan penjelasan berikut,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni."(HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
"Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun." (HR. Bukhari)
Tentu saja catatan penting di sini, yang dinamakan puasa sesungguhnya bukanlah hanya menahan makan dan minum semata, namun juga menjaga lisan dan anggota badan dari berbagai macam perbuatan dosa yang justru menghapus nilai pahala puasa.
Terkait hal ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan justru mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan." (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan haus." (HR. Ath-Thabrani dengan kualitas hadits shahih)
Bersemangat Mendirikan Shalat Malam
Ibadah yang spesial di malam hari bulan Ramadhan adalah shalat tarawih, karena di bulan lain, shalat tarawih ini tidak disyariatkan. Selain shalat tarawih, shalat sunnah lain hendaknya diperbanyak di malam hari bulan Ramadhan, seperti shalat tahajjud, shalat tasbih, shalat taubat maupun shalat hajat serta shalat witir, terutama di sepuluh malam terakhir ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda perihal keutamaan shalat malam di bulan Ramadhan berikut :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa melakukan shalat malam di Bulan Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni" (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam suatu hari pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya, kemudian beliau bersabda,
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً
"Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala shalat satu malam penuh" (HR. Tirmidzi dengan kualitas hadits shahih).
Hadits ini bermakna anjuran supaya umat Islam menjalankan shalat tarawih secara berjamaah serta mengikuti imam sampai selesai.
Bersungguh-sungguh dalam Menjalankan Semua Ibadah
Sebagai penyempurna pahala di bulan suci ini, hendaknya kita menjalani hari-hari di bulan suci Ramadhan dengan berbagai amalan ketaatan. Berpuasa bukanlah alasan untuk bermalas-malasan dalam beribadah.
Oleh sebab itu, kita harus sungguh-sungguh dan bersemangat dalam menjalankannya, mulai dari ibadah wajib seperti shalat lima waktu serta berpuasa itu sendiri, kemudian shalat sunnah seperti shalat tarawih dan shalat sunnah lainnya, sedekah wajib seperti zakat maupun sedekah sunnah, membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdo'a serta amal ketaatan lainnya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
و المجاهد من جاهد نفسه في طاعة الله
"Dan yang disebut dengan mujahid (orang yang berjihad) adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah" (HR. Ahmad)
Saat menjelaskan hadits ini, Syaikh 'Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, "Mujahid ditafsirkan sebagai orang yang bersungguh-sungguh menundukkan hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah. Hal ini karena kecenderungan jiwa adalah malas melakukan kebaikan, cenderung memerintahkan kejelekan, dan mudah mengeluh ketika ada musibah.
Oleh karena itu, diperlukan kesabaran dan kesungguhan dalam komitmen untuk taat kepada Allah, butuh keteguhan dalam ketaatan, perlu bersungguh-sungguh melawan perbuatan maksiat kepada Allah, serta bersungguh-sungguh dalam sabar ketika ditimpa musibah.
Yang dimaksud ketaatan di sini adalah melaksanakan perintah, mejauhi perkara yang terlarang, dan sabar menghadapai takdir. Seorang mujahid yang hakiki adalah yang bersungguh-sungguh merealisasikan tugas dan kewajibannya." (Bahjatu Quluubil Abrar, dinukil dari Anwaarul Bayaan fii Durusi Ramadhan)
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan jalan kemudahan bagi kita untuk menjalankan dua macam jihad tersebut di Bulan suci ini, sehingga kita mampu menggapai tujuan disyariatkannya puasa yakni agar kita termasuk golongan orang-orang yang bertakwa. Amin