Setiap hari Hajar Aswad diciumi jamaah umrah atau jemaah haji. Jika diakumulasi, dalam satu tahun ratusan juta manusia mencium batu hitam yang berasal dari surga ini.
Akibatnya, Hajar Aswad semakin menipis. Lalu bagaimana jika hajar aswad habis, akankah Kabah tanpa hajar aswad? Adakah hubungannya dengan kiamat?
Dulu, hajar aswad dikenal sebagai batuan utuh berukuran sekitar 30 cm. Namun saat ini, hajar aswad tinggal 15 pecahan yang ditanam dalam sebuah matriks semen sebagai pengikat, lalu matriks itu dilindungi dengan lingkaran perak. Dari 15 pecahan itu, hanya 8 yang terlihat di permukaan.
Hajar aswad sebelumnya berwarna putih dan berasal dari surga. Namun karena sering diciumi orang sejak zaman Nabi Ibrahim, ia berubah menjadi hitam dan karenanya disebut hajar aswad.
"Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam" (HR. Tirmidzi; shahih)
Meskipun berasal dari surga, hajar aswad tetaplah batu. Tidak bisa memberikan manfaat dan madharat apapun. Mencium hajar aswad adalah sunnah, Mengapa? Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencontohkannya. Karenanya Umar bin Khattab mengatakan:
"Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan madharat dan tidak bisa mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu."
Hajar aswad pernah dirampas oleh Abu Thahir, Sulaiman bin Abu Said al Husain al Janabi pada tahun 317 H. Ia juga memporakporandakan jamaah haji.
Saat itu hajar aswad dicongkel paksa dari kabah. Setelah menempuh berbagai upaya, baru pada tahun 339 H hajar aswad bisa dikembalikan ke tempatnya semula. Itu pun sudah tidak lagi utuh berbentuk bongkahan, melainkan sudah berbentuk pecahan-pecahan.
Jadi, kabah pernah mengalami 22 tahun tanpa hajar aswad dan haji tetap sah. Ibadah haji tidak terganggu, dunia tetap berjalan. Meskipun dunia Islam merasa ada yang kurang.
Jika pun suatu saat hajar aswad habis, maka sebenarnya itupun tak masalah. Haji tetap sah. Hanya saja, hajar aswad ini menurut penelitian, tingkat kekerasannya luar biasa. Menurut geolog Farouk el-Baz tingkat kekerasannya mencapai skala Mohs 7 atau setara batu permata.
Artinya, butuh waktu yang sangat lama hingga batu hajar aswad habis akibat gesekan pipi dan wajah para penciumnya.
Baca Juga:
Dan seperti kata Umar bin Khattab, hajar aswad tidak bisa mendatangkan manfaat dan madharat. Maka tak ada hubungannya dengan tibanya hari kiamat. Wallahu alam bish shawab.
Akibatnya, Hajar Aswad semakin menipis. Lalu bagaimana jika hajar aswad habis, akankah Kabah tanpa hajar aswad? Adakah hubungannya dengan kiamat?
Dulu, hajar aswad dikenal sebagai batuan utuh berukuran sekitar 30 cm. Namun saat ini, hajar aswad tinggal 15 pecahan yang ditanam dalam sebuah matriks semen sebagai pengikat, lalu matriks itu dilindungi dengan lingkaran perak. Dari 15 pecahan itu, hanya 8 yang terlihat di permukaan.
Hajar aswad sebelumnya berwarna putih dan berasal dari surga. Namun karena sering diciumi orang sejak zaman Nabi Ibrahim, ia berubah menjadi hitam dan karenanya disebut hajar aswad.
"Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam" (HR. Tirmidzi; shahih)
Meskipun berasal dari surga, hajar aswad tetaplah batu. Tidak bisa memberikan manfaat dan madharat apapun. Mencium hajar aswad adalah sunnah, Mengapa? Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencontohkannya. Karenanya Umar bin Khattab mengatakan:
"Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan madharat dan tidak bisa mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu."
Hajar aswad pernah dirampas oleh Abu Thahir, Sulaiman bin Abu Said al Husain al Janabi pada tahun 317 H. Ia juga memporakporandakan jamaah haji.
Saat itu hajar aswad dicongkel paksa dari kabah. Setelah menempuh berbagai upaya, baru pada tahun 339 H hajar aswad bisa dikembalikan ke tempatnya semula. Itu pun sudah tidak lagi utuh berbentuk bongkahan, melainkan sudah berbentuk pecahan-pecahan.
Jadi, kabah pernah mengalami 22 tahun tanpa hajar aswad dan haji tetap sah. Ibadah haji tidak terganggu, dunia tetap berjalan. Meskipun dunia Islam merasa ada yang kurang.
Jika pun suatu saat hajar aswad habis, maka sebenarnya itupun tak masalah. Haji tetap sah. Hanya saja, hajar aswad ini menurut penelitian, tingkat kekerasannya luar biasa. Menurut geolog Farouk el-Baz tingkat kekerasannya mencapai skala Mohs 7 atau setara batu permata.
Artinya, butuh waktu yang sangat lama hingga batu hajar aswad habis akibat gesekan pipi dan wajah para penciumnya.
Baca Juga:
- Asal Usul Hajar Aswad
- 7 Alasan Kenapa Hajar Aswad harus Dicium
- Hajar Aswad, Magnet Pusaran tawaf Di Baitullah
- Doa Saat Tawaf Dan Melintas Hajar Aswad
Dan seperti kata Umar bin Khattab, hajar aswad tidak bisa mendatangkan manfaat dan madharat. Maka tak ada hubungannya dengan tibanya hari kiamat. Wallahu alam bish shawab.