Seseeorang yang telah sukses meraih rezeki, jabatan, popularitas serta ilmu, dan keturunan tak jarang menghadapi godaan besar yakni perasaan bangga dan kagum pada dirinya sendiri. Jika tidak senantiasa mawas diri, orang yang telah berada di puncak kesuksesan tersebut akan merasa paling hebat, paling pintar, paling benar serta bahkan paling suci.
"Inilah penyakit hati orang sukses termasuk orang seperti abang ini. Begini begitu kan kesannya saja padahal aib kekurangan seabrek abrek, untungnya saja aib abang dan kita semua masih ditutupi Allah. Kalau dibuka pasti sangat malu dan hina," tutur Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Muhammad Arifin Kamis (18/5) saat memberikan taushiyah kepada redaksi salah satu media online.
Ustadz Arifin lantas menyebutkan ayat al-Quran serta Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang bahaya dari berbanggap-bangga dalam hidup ini. "Jangan kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri." (Terjemah QS Al-Qashash 76). Ayat ini merupakan bagian dari kisah Qarun yang kaya raya di masa Nabi Musa 'alaihissalam. Sangking kayanya, kunci gudang tempat menyimpan kekayaannya tidak mampu dipikul oleh tujuh orang kuat kala itu.
"..Maka jangan kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) paling mengetahui orang yang bertakwa." (QS An-Najm 32)
"Rasulullah mengingatkan mengulang sampai tiga kali, 'Takutlah kalian pada al 'ujba' yaitu perasaan bangga serta kagum pada diri sendiri.' Pesan ini Rasul tujukan pada para sahabat yang saleh serta hafal Alquran,” terang Ustadz Arifin.
Sebenarnya, lanjut da'i tersebut, dosa ujub ini lebih halus dari langkah semut. Mungkin saja kesannya tawadhu' tetapi kadang dalam hati justru berharap dipuji. "Inilah dho'ful aqli wal iimaani, tanda lemahnya akal dan iman. Padahal sangat rugi, sudah capek capek beramal dihancurkan kemudian dengan ujub" terangnya.
Oleh sebab itu, Ustadz Arifin Ilham menghimbau kaum Muslim supaya sering mengikuti majlis ilmu dan zikir.
“Sering-seringlah duduk di majelis ilmu dan zikir. Saat menengadah menatap wajah guru, rontoklah kebanggaan dirinya. Duduklah bersama faqir miskin, yatim piatu, orang orang susah. Ziarahilah kuburan, perkuat puasa sunnah, tadabburkan Alquran, perhebat istigfar, dan selalu harus sempatkan diri secara khusus muhasabah diri selesai sholat malam: ‘siapa aku, darimana, dimana, dan mau kemana akhirnya aku?”
“Sungguh diri hina ini tidak pantas bangga diri kecuali hanya Allah yang Maha Terpuji,” demikian pungkas Ustadz Arifin Ilham.
Semoga kita mampu mengontrol hati kita untuk senantiasa ikhlas dalam beramal. Menghindari perasaan membanggakan diri serta paling suci, karena kita hanyalah manusia akhir zaman yang kualitasnya amat jauh dibanding generasi di masa Rasulullah. Kita pun bisa beramal shalih karena karunia dari Allah juga. Jadi kita bukanlah siapa-siapa, hanyalah seorang hamba yang miskin papa.
Wallahu a'lam.
"Inilah penyakit hati orang sukses termasuk orang seperti abang ini. Begini begitu kan kesannya saja padahal aib kekurangan seabrek abrek, untungnya saja aib abang dan kita semua masih ditutupi Allah. Kalau dibuka pasti sangat malu dan hina," tutur Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Muhammad Arifin Kamis (18/5) saat memberikan taushiyah kepada redaksi salah satu media online.
Ustadz Arifin lantas menyebutkan ayat al-Quran serta Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang bahaya dari berbanggap-bangga dalam hidup ini. "Jangan kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri." (Terjemah QS Al-Qashash 76). Ayat ini merupakan bagian dari kisah Qarun yang kaya raya di masa Nabi Musa 'alaihissalam. Sangking kayanya, kunci gudang tempat menyimpan kekayaannya tidak mampu dipikul oleh tujuh orang kuat kala itu.
"..Maka jangan kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) paling mengetahui orang yang bertakwa." (QS An-Najm 32)
"Rasulullah mengingatkan mengulang sampai tiga kali, 'Takutlah kalian pada al 'ujba' yaitu perasaan bangga serta kagum pada diri sendiri.' Pesan ini Rasul tujukan pada para sahabat yang saleh serta hafal Alquran,” terang Ustadz Arifin.
Sebenarnya, lanjut da'i tersebut, dosa ujub ini lebih halus dari langkah semut. Mungkin saja kesannya tawadhu' tetapi kadang dalam hati justru berharap dipuji. "Inilah dho'ful aqli wal iimaani, tanda lemahnya akal dan iman. Padahal sangat rugi, sudah capek capek beramal dihancurkan kemudian dengan ujub" terangnya.
Oleh sebab itu, Ustadz Arifin Ilham menghimbau kaum Muslim supaya sering mengikuti majlis ilmu dan zikir.
“Sering-seringlah duduk di majelis ilmu dan zikir. Saat menengadah menatap wajah guru, rontoklah kebanggaan dirinya. Duduklah bersama faqir miskin, yatim piatu, orang orang susah. Ziarahilah kuburan, perkuat puasa sunnah, tadabburkan Alquran, perhebat istigfar, dan selalu harus sempatkan diri secara khusus muhasabah diri selesai sholat malam: ‘siapa aku, darimana, dimana, dan mau kemana akhirnya aku?”
“Sungguh diri hina ini tidak pantas bangga diri kecuali hanya Allah yang Maha Terpuji,” demikian pungkas Ustadz Arifin Ilham.
Semoga kita mampu mengontrol hati kita untuk senantiasa ikhlas dalam beramal. Menghindari perasaan membanggakan diri serta paling suci, karena kita hanyalah manusia akhir zaman yang kualitasnya amat jauh dibanding generasi di masa Rasulullah. Kita pun bisa beramal shalih karena karunia dari Allah juga. Jadi kita bukanlah siapa-siapa, hanyalah seorang hamba yang miskin papa.
Wallahu a'lam.