Memiliki tubuh yang sehat dan bebas dari penyakit tentu menjadi dambaan setiap orang.
Tentunya dengan memilki tubuh yang sehat, seseorang lebih mudah menjalani aktifitas, termasuk dalam hal beribadah.
Sayangnya, gaya hidup yang tidak sehat sering dianggap sebagai salah satu pemicu datangnya penyakit ke tubuh seseorang.
Tak banyak yang tahu jika sebenarnya ketika tubuh dihinggapi suatu penyakit, bisa jadi itu merupakan cobaan atau teguran dari Allah Subhanahu wa Ta'ala karena orang tersebut lalai dalam menjalankan perintah agama.
Seringkali, seseorang baru tersadar saat tubuhnya sudah lemah digerogoti penyakit.
Namun, tidak pernah ada kata terlambat untuk berusaha mengobati diri serta menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam pernah menyampaikan sebuah nasihat dihadapan para sahabat-sahabatnya.
Nasihat tersebut adalah tentang penyakit yang akan menimpa manusia pada akhir zaman.
Kini, apa yang diceritakan Rasullah ternyata terbukti dan memang benar adanya.
Banyak orang sering meragukan hal ini, namun sesungguhnya apa yang diucapkan Nabi Muhammad berdasarkan wahyu dari Allah yang Maha Mengetahui.
Apakah penyakit yang dimaksud Rasullullah?
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda :
“Hampir saja umat-umat (kafir) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul untuk menyantap makanan”.
Seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?”
Rasulullah bersabda, ”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai buih yang dibawa oleh air. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah bersabda,”Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Abu Daud dan Ahmad; shahih)
Penyakit tersebut ternyata adalah cinta kepada dunia dan takut akan kematian.
Dua hal ini seakan tengah melanda sebagian orang di zaman ini, seperti apa yang dikatakan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Maraknya fenomena korupsi, penipuan, penghalalan segala cara untuk mendapatkan uang serta kekuasan, dan sejenisnya seolah marak terjadi dimana-mana.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa pelakunya merupakan sosok yang sudah sangat terlena akan dunia dan tak memikirkan apa yang akan ia alami akibat hal tersebut.
Tak peduli halal atau haram, menzalimi dan menyakiti orang lain semata demi kesenangan sendiri juga merupakan tanda seseorang sudah terlalu cinta dunia yang sebnarnya hanya sementara ini.
Banyak orang yang justru merasa takut kehilangan hartanya, jabatannya, dan kekuasaannya.
Jika hal ini terjadi, rasa depresi dan stress karena kehilangan akan muncul dan menghinggapi orang tersebut.
Berbicara tentang takut mati sebenarnya tak pernah lepas dari namanya cinta akan dunia.
Saking cintanya seseorang kepada dunia, ia akan merasa seolah tak rela jika harus kehilangan kenikmatan dunia.
Hal ini membuat orang tersebut takut jika maut memanggil dan memisahkan mereka dari kenikmatan dunia.
Hal serupa pernah terjadi pada Abdullah bin Ubay, yang berlari pulang saat menuju ke medan Perang Uhud.
Dunia pada dasarnya adalah tempat persinggahan sementara yang tak seharusnya membuat kita terlena.
Momen hidup didunia selayaknya dijadikan momentum untuk memperbaiki kualitas diri, terutama kualitas ibadah kita.
Mereka yang seringkali terlena akan keindahan dunia akan dibutakan matanya dan lupa akan kewajiban mereka untuk beribadah kepada Allah.
Bahkan, banyak kisah yang menyebut jika mereka yang sudah meninggal dunia rela untuk kembali sebentar ke dunia untuk beribadah kepada Allah, namun semua sudah terlambat.
Semua terlambat karena selama di dunia, mereka menyia-nyiakan kesempatan untuk beribadah dan berbuat baik yang sudah banyak tersebar di depan mata.
Dalam sebuah kisah, Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,
“Sesungguhnya engkau bagaikan hari yang dapat dihitung. Jika satu hari berlalu, maka sebagian darimu juga akan pergi. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, namun engkau merasa seluruh yang ada padamu ikut pergi. Oleh karena itu, beramallah.” (Shifatush Shofwah, 1/405, Asy Syamilah).
Imam Asy Syafi’i Rahimahullah bahkan pernah mengatakan :
“Aku pernah bersama dengan seorang ahli tasawuf. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”
Kemudian ahli tasawuf tersebut menyebutkan perkataan lain :
“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Untuk itu, di sisa waktu yang masih kita miliki di dunia, mari kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menjadikannya sebagai ladang untuk berbuat amal sekaligus memperbaiki kualitas ibadah kita.
Tentunya dengan memilki tubuh yang sehat, seseorang lebih mudah menjalani aktifitas, termasuk dalam hal beribadah.
Sayangnya, gaya hidup yang tidak sehat sering dianggap sebagai salah satu pemicu datangnya penyakit ke tubuh seseorang.
Tak banyak yang tahu jika sebenarnya ketika tubuh dihinggapi suatu penyakit, bisa jadi itu merupakan cobaan atau teguran dari Allah Subhanahu wa Ta'ala karena orang tersebut lalai dalam menjalankan perintah agama.
Seringkali, seseorang baru tersadar saat tubuhnya sudah lemah digerogoti penyakit.
Namun, tidak pernah ada kata terlambat untuk berusaha mengobati diri serta menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam pernah menyampaikan sebuah nasihat dihadapan para sahabat-sahabatnya.
Nasihat tersebut adalah tentang penyakit yang akan menimpa manusia pada akhir zaman.
Kini, apa yang diceritakan Rasullah ternyata terbukti dan memang benar adanya.
Banyak orang sering meragukan hal ini, namun sesungguhnya apa yang diucapkan Nabi Muhammad berdasarkan wahyu dari Allah yang Maha Mengetahui.
Apakah penyakit yang dimaksud Rasullullah?
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda :
“Hampir saja umat-umat (kafir) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul untuk menyantap makanan”.
Seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?”
Rasulullah bersabda, ”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai buih yang dibawa oleh air. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah bersabda,”Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Abu Daud dan Ahmad; shahih)
Penyakit tersebut ternyata adalah cinta kepada dunia dan takut akan kematian.
Dua hal ini seakan tengah melanda sebagian orang di zaman ini, seperti apa yang dikatakan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Maraknya fenomena korupsi, penipuan, penghalalan segala cara untuk mendapatkan uang serta kekuasan, dan sejenisnya seolah marak terjadi dimana-mana.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa pelakunya merupakan sosok yang sudah sangat terlena akan dunia dan tak memikirkan apa yang akan ia alami akibat hal tersebut.
Tak peduli halal atau haram, menzalimi dan menyakiti orang lain semata demi kesenangan sendiri juga merupakan tanda seseorang sudah terlalu cinta dunia yang sebnarnya hanya sementara ini.
Banyak orang yang justru merasa takut kehilangan hartanya, jabatannya, dan kekuasaannya.
Jika hal ini terjadi, rasa depresi dan stress karena kehilangan akan muncul dan menghinggapi orang tersebut.
Berbicara tentang takut mati sebenarnya tak pernah lepas dari namanya cinta akan dunia.
Saking cintanya seseorang kepada dunia, ia akan merasa seolah tak rela jika harus kehilangan kenikmatan dunia.
Hal ini membuat orang tersebut takut jika maut memanggil dan memisahkan mereka dari kenikmatan dunia.
Hal serupa pernah terjadi pada Abdullah bin Ubay, yang berlari pulang saat menuju ke medan Perang Uhud.
Dunia pada dasarnya adalah tempat persinggahan sementara yang tak seharusnya membuat kita terlena.
Momen hidup didunia selayaknya dijadikan momentum untuk memperbaiki kualitas diri, terutama kualitas ibadah kita.
Mereka yang seringkali terlena akan keindahan dunia akan dibutakan matanya dan lupa akan kewajiban mereka untuk beribadah kepada Allah.
Bahkan, banyak kisah yang menyebut jika mereka yang sudah meninggal dunia rela untuk kembali sebentar ke dunia untuk beribadah kepada Allah, namun semua sudah terlambat.
Semua terlambat karena selama di dunia, mereka menyia-nyiakan kesempatan untuk beribadah dan berbuat baik yang sudah banyak tersebar di depan mata.
Dalam sebuah kisah, Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,
إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل
Imam Asy Syafi’i Rahimahullah bahkan pernah mengatakan :
صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك
Kemudian ahli tasawuf tersebut menyebutkan perkataan lain :
ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل
Untuk itu, di sisa waktu yang masih kita miliki di dunia, mari kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menjadikannya sebagai ladang untuk berbuat amal sekaligus memperbaiki kualitas ibadah kita.