Islam menganjurkan agar kesalehan seseorang hendaknya mampu memberikan pengaruh positif bagi orang di sekitarnya, terutama anggota keluarga yang berada dalam tanggung jawabnya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At-Tahrim ayat 6)
Bila seorang kepala rumah tangga mengabaikan perilaku maksiat yang dilakukan keluarganya, maka ia pun akan terkena hisab atas kelalaiannya. Meski ia secara personal rajin beribadah, maka dikarenakan kealpaannya melakukan amar makruf nahi munkar di tengah keluarga akan menyeretnya ke neraka.
Terkait dengan hal ini, ada sebuah riwayat hadits berikut:
Dalam hadits tersebut muncul istilah dayyuts. Istilah ini berlaku bagi kepala rumah tangga yang hatinya tidak terusik bila istri maupun anaknya berbuat maksiat. Dalam fatawa Asy-syabakiyah nomor 84151 disebutkan :
“Dayyuts adalah suami yang tidak cemburu (tidak risih/membiarkan) anggota keluarganya melakukan keharaman dan ia ridha dengan maksiat tersebut (tidak ada rasa tidak senang).”
Sebagai contoh, seorang suami tidak mencegah atau menasehati istrinya berbusana ketat dan membuka aurat saat keluar rumah sehingga banyak orang yang melihat kecantikan istrinya. Atau, seorang ayah membiarkan putrinya pergi berkencan bersama laki-laki non mahromnya sehingga terjebak dalam pacaran sampai perzinaan.
Misal lagi, seorang ayah yang membiarkan anak laki-lakinya bergaul dengan para preman ahli maksiat, sehingga putranya pun ikut terjerumus dalam kenakalan remaja. Naudzu billah min dzalik.
Normalnya, seorang kepala rumah tangga menginginkan kebaikan menghiasi akhlak istri serta anak-anaknya. Oleh karena itu, ia dengan sekuat tenaga harus mendidik mereka serta mengarahkan mereka ke jalan yang benar, bukannya membiarkan mereka terjerumus dalam maksiat.
Para suami adalah pemimpin bagi para wanita dalam rumah tangga. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ” (QS an-Nisaa’: 34).
Sebagai seorang kepala rumah tangga, para suami tentu akan ditanyakan perihal kelakuan anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya di akhirat kelak. Bila istrinya melakukan maksiat, maka suami juga akan ditanya dan diminta pertanggung jawaban, apakah ia berusaha mencegah atau hanya membiarkan saja.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga kita mampu melakukan amar makruf nahi mungkar di tengah keluarga sehingga tercipta keluarga yang taat serta berusaha menghindari maksiat. Amin.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At-Tahrim ayat 6)
Bila seorang kepala rumah tangga mengabaikan perilaku maksiat yang dilakukan keluarganya, maka ia pun akan terkena hisab atas kelalaiannya. Meski ia secara personal rajin beribadah, maka dikarenakan kealpaannya melakukan amar makruf nahi munkar di tengah keluarga akan menyeretnya ke neraka.
Terkait dengan hal ini, ada sebuah riwayat hadits berikut:
ﺛَﻼَﺛَﺔٌ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟﻰَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻣُﺪْﻣِﻦُ ﺍﻟْﺨَﻤْﺮِ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻕُ ﻭَﺍﻟﺪَّﻳُّﻮْﺙُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﻘِﺮُّ ﺍﻟْﺨَﺒَﺚَ ﻓِﻲ ﺃَﻫْﻠِﻪِ
“Tiga golongan yang Allah mengharamkan surga atas mereka, pecandu bir, anak yang durhaka kepada orang tuanya, dan dayyuts yang membiarkan kemaksiatan pada istrinya (keluarganya)” (Shahih At-Targhib wat Tarhib No. 2512)Dalam hadits tersebut muncul istilah dayyuts. Istilah ini berlaku bagi kepala rumah tangga yang hatinya tidak terusik bila istri maupun anaknya berbuat maksiat. Dalam fatawa Asy-syabakiyah nomor 84151 disebutkan :
ﻓﺎﻟﺪﻳﻮﺙ : ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﻐﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻠﻪ ﻭﻣﺤﺎﺭﻣﻪ ﻭﻳﺮﺿﻰ ﺑﺎﻟﻤﻌﺼﻴﺔ ﻭﺍﻟﻔﺎﺣﺸﺔ
“Dayyuts adalah suami yang tidak cemburu (tidak risih/membiarkan) anggota keluarganya melakukan keharaman dan ia ridha dengan maksiat tersebut (tidak ada rasa tidak senang).”
Sebagai contoh, seorang suami tidak mencegah atau menasehati istrinya berbusana ketat dan membuka aurat saat keluar rumah sehingga banyak orang yang melihat kecantikan istrinya. Atau, seorang ayah membiarkan putrinya pergi berkencan bersama laki-laki non mahromnya sehingga terjebak dalam pacaran sampai perzinaan.
Misal lagi, seorang ayah yang membiarkan anak laki-lakinya bergaul dengan para preman ahli maksiat, sehingga putranya pun ikut terjerumus dalam kenakalan remaja. Naudzu billah min dzalik.
Normalnya, seorang kepala rumah tangga menginginkan kebaikan menghiasi akhlak istri serta anak-anaknya. Oleh karena itu, ia dengan sekuat tenaga harus mendidik mereka serta mengarahkan mereka ke jalan yang benar, bukannya membiarkan mereka terjerumus dalam maksiat.
Para suami adalah pemimpin bagi para wanita dalam rumah tangga. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝُ ﻗَﻮَّﺍﻣُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﺑِﻤَﺎ ﻓَﻀَّﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑَﻌْﻀَﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ ﻭَﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧْﻔَﻘُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﻮَﺍﻟِﻬِﻢْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ” (QS an-Nisaa’: 34).
Sebagai seorang kepala rumah tangga, para suami tentu akan ditanyakan perihal kelakuan anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya di akhirat kelak. Bila istrinya melakukan maksiat, maka suami juga akan ditanya dan diminta pertanggung jawaban, apakah ia berusaha mencegah atau hanya membiarkan saja.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيته، فالأمير راع، وهو مسئول عن رعيته، والرجل راع على أهل بيته، وهو مسئول عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده، وهي مسئولة عنهم، والعبد راع على مال سيده، وهو مسئول عنه، فكلكم راع ومسئول عن رعيته
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga kita mampu melakukan amar makruf nahi mungkar di tengah keluarga sehingga tercipta keluarga yang taat serta berusaha menghindari maksiat. Amin.