Pengasuh Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Soko Tunggal, KH DR Nuril Arifin Husein atau yang akrab disapa Gus Nuril, merasa gerah dengan munculnya spanduk Jakarta Bersyariah yang kerap muncul akhir-akhir ini.
"Negara kita ini negara demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bukan negara teokrasi atau agama. Jika ada yang ingin Jakarta Bersyariah, Jakarta ber ini ber itu, orangnya suruh pindah ke Arab saja," kata Gus Nuril seperti dilansir dari Netralnews, Senin (1/5/2017)
Menurutnya, Syariat Islam tidak bisa diterapkan di Jakarta yang merupakan miniatur Indonesia dan menggambarkan kemajemukan, dimana keanekaragaman suku, budaya, agama, adat, dan bahasa bersatu di ibukota.
"Kalau Jakarta Bersyariah, maknanya akan berubah ibukota Indonesia menjadi negara Islam. Itu tidak benar. Jangan meniru Arab," ujar Gus Nuril.
"Arab itu bangsanya satu, bangsa Arab, bahasanya satu, bahasa Arab, negaranya puluhan. Kita ini suku bangsanya ratusan bahkan ribuan, bahasanya ribuan, tetapi negaranya satu. Ini yang harusnya dijaga, ditunjukan aturannya yang benar," bebernya.
Oleh karena itu Gus Nuril meminta aparat kepolisian untuk bertindak tegas dan menangkap pelaku yang memasang spanduk Jakarta Bersyariah.
"Ini harus ada tindakan tegas, sebelum bangsa ini hancur. Spanduk-spanduk begitu harus ditertibkan. Gak boleh enak-enakan gitu," tegasnya.
Sebelumnya, spanduk bertuliskan Jakarta Bersyariah memang sudah beredar sejak Senin (3/4/2017) di beberapa titik di ibukota Jakarta. Dalam spanduk tersebut terlihat gambar pasangan calon Baswedan-Sandiaga Uno bersama beberapa tokoh, termasuk Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Namun kubu Anies-Sandi dengan tegas telah membantah tudingan pihaknya sebagai penyebar spanduk bertuliskan "Jakarta Bersyariah."
"Jadi (spanduk) ini bukan bikinan kita, kita enggak pernah bikin spanduk kaya gini, dan nampaknya operasinya cukup sistematis, masif karena dikerjakan secara bersama-sama dan pagi-pagi sudah muncul dimana-mana," kata , Senin (3/4/2017)
"Negara kita ini negara demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bukan negara teokrasi atau agama. Jika ada yang ingin Jakarta Bersyariah, Jakarta ber ini ber itu, orangnya suruh pindah ke Arab saja," kata Gus Nuril seperti dilansir dari Netralnews, Senin (1/5/2017)
Menurutnya, Syariat Islam tidak bisa diterapkan di Jakarta yang merupakan miniatur Indonesia dan menggambarkan kemajemukan, dimana keanekaragaman suku, budaya, agama, adat, dan bahasa bersatu di ibukota.
"Kalau Jakarta Bersyariah, maknanya akan berubah ibukota Indonesia menjadi negara Islam. Itu tidak benar. Jangan meniru Arab," ujar Gus Nuril.
"Arab itu bangsanya satu, bangsa Arab, bahasanya satu, bahasa Arab, negaranya puluhan. Kita ini suku bangsanya ratusan bahkan ribuan, bahasanya ribuan, tetapi negaranya satu. Ini yang harusnya dijaga, ditunjukan aturannya yang benar," bebernya.
Oleh karena itu Gus Nuril meminta aparat kepolisian untuk bertindak tegas dan menangkap pelaku yang memasang spanduk Jakarta Bersyariah.
"Ini harus ada tindakan tegas, sebelum bangsa ini hancur. Spanduk-spanduk begitu harus ditertibkan. Gak boleh enak-enakan gitu," tegasnya.
Sebelumnya, spanduk bertuliskan Jakarta Bersyariah memang sudah beredar sejak Senin (3/4/2017) di beberapa titik di ibukota Jakarta. Dalam spanduk tersebut terlihat gambar pasangan calon Baswedan-Sandiaga Uno bersama beberapa tokoh, termasuk Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Namun kubu Anies-Sandi dengan tegas telah membantah tudingan pihaknya sebagai penyebar spanduk bertuliskan "Jakarta Bersyariah."
"Jadi (spanduk) ini bukan bikinan kita, kita enggak pernah bikin spanduk kaya gini, dan nampaknya operasinya cukup sistematis, masif karena dikerjakan secara bersama-sama dan pagi-pagi sudah muncul dimana-mana," kata , Senin (3/4/2017)