Kosta Rika merupakan sebuah negara yang posisinya berada dalam gugus Kepulauan Karibia. Sebagian besar penduduk negeri yang berbatasan dengan Panama dan Nikaragua ini memeluk agama Katolik. Meski demikian, bukan berarti umat Islam tidak mampu berkembang di tengah umat Nasrani.
Sesuai dengan data CIA World Factbook, persentase kaum muslim di Kosta Rika hanyalah 0,01 persen atau sekitar 500 jiwa dari sejumlah 4,2 juta penduduk. Mayoritas umat Islam di sana adalah para imigran serta sebagian penduduk lokal yang memutuskan menjadi mualaf. Jumlah yang tidak signifikan ini tidak lantas membuat komunitas muslim di sana berkecil hati. Sebaliknya, sebagai kaum minoritas, mereka terpacu untuk senantiasa menampakkan kiprah di berbagai bidang.
Menurut catatan sejarah, Islam masuk ke negeri Kosta Rika sejalan dengan menyebarnya dakwah Islam di wilayah Kepulauan Karibia pada 1845 M. Ajaran Islam dibawa oleh keturunan muslim yang berasal dari Uttar Pradesh, sebuah provinsi di India.
Mereka merupakan para pekerja yang didatangkan oleh kelompok tuan tanah setempat dari daerah asalnya. Awalnya, para buruh muslim dari India ini diiming-imingi kemakmuran hidup dengan mendapatkan tanah. Namun, janji itu tidak ditepati.
Setelah datang ke Kosta Rika, para buruh imigran ini bekerja di perkebunan tebu dan tembakau dengan sistem imbal tenaga. Sistem ini diberlakukan pasca dihapuskannya sistem perbudakan di seluruh wilayah jajahan Inggris. Imbasnya, para buruh tersebut tidak memperoleh upah lantaran untuk membayar utang untuk kemerdekaan diri mereka dari status budak, juga sebagai ganti biaya perjalanan.
Selain dibawa oleh imigran dari India, komunitas Muslim yang berasal dari Afrika juga datang membawa Islam. Mereka ini adalah suku asli Afrika Barat, yakni Mandingo. Merekalah kaum muslim yang pertama kali memasuki Karibia pada 1777. Orang-orang Afrika ini juga dieksploitasi tenaganya di perkebunan tebu sebagai budak. Kuantitas suku ini terus meningkat sampai mencapai 20 ribu jiwa pada 1830. Pada periode selanjutnya, ajaran Islam dibawa oleh kaum muslim yang berasal dari Timur Tengah, Indonesia, dan Pakistan.
Saat ini, di Kosta Rika terdapat dua kelompok Muslim. Kelompok atau komunitas Muslim dengan jumlah pengikut yang cukup banyak tinggal di ibu kota negara, yakni San Jose. Mereka memfokuskan kegiatan di Centro Cultural Musulman De Costa Rica. Kota San Jose memang dikenal sebagai 'rumah' bagi umat Islam di Kosta Rika. Kelompok pertama ini mempunyai relasi yang baik dengan organisasi Muslim lain di negara tetangga, seperti di Panama dan Nikaragua.
Di samping itu, ada pula komunitas Islam yang menjadi bagian dari Centro Islamico De Costa Rica. Komunitas ini juga terdapat di San Jose. Komunitas ini dikenal aktif berdakwah serta mengadakan tabligh.
"Kebanyakan Muslim di Kosta Rika adalah pengikut ajaran Sunni," terang Sekretaris Jenderal Asosiasi Islam Kosta Rika, Dr Abdul Fatah Sasa.
Menurutnya, kaum muslim Kosta Rika merupakan kaum minoritas. Penduduk Kosta Rika yang beragama Katolik sejumlah 76,3 persen. Sementara 13,7 persennya adalah penginjil. Kendati demikian, gairah perkembangan Islam di negeri yang dikenal tidak memiliki tentara militer ini cukup potensial. Saat ini, warga lokal semakin banyak yang mengubah keyakinan menjadi muslim.
Meski kebanyakan umat Islam tidak berasal dari Kosta Rika, hak mereka untuk menjalankan ibadah amat dihargai. Pada 2003, mereka diizinkan mendirikan sebuah masjid di San Jose.
"Tidak seperti di negara lain, tidak ada konflik agama di Kosta Rika. Bahkan ketika muslim memutuskan untuk membangun masjid, tidak ada protes dari warga setempat. Orang Kosta Rika bisa menerimanya dengan baik," tutur Sasa.
Masjid ini dijadikan pusat kegiatan agama bagi kaum muslimin Kosta Rika. Pada akhir pekan, umat Islam setempat datang untuk belajar mendalami Islam. Di masjid ini pula, dibuka kelas kajian Islam pada hari Sabtu serta kelas untuk belajar bahasa Arab setiap hari Ahad.
Jalinan persaudaraan antara sesama kaum muslim juga kuat. Mereka saling membantu dan bekerja sama satu sama lain. Kegiatan shalat berjamaah serta buka puasa bersama sering mereka lakukan. Solidnya umat Islam yang minoritas di sini tentu menjadi contoh yang baik serta patut untuk ditiru.
Muslim Kosta Rika usai melaksanakan shalat di Islamic Center Kosta Rika, Calle Blancos, Distrik Guadalupe. |
Sesuai dengan data CIA World Factbook, persentase kaum muslim di Kosta Rika hanyalah 0,01 persen atau sekitar 500 jiwa dari sejumlah 4,2 juta penduduk. Mayoritas umat Islam di sana adalah para imigran serta sebagian penduduk lokal yang memutuskan menjadi mualaf. Jumlah yang tidak signifikan ini tidak lantas membuat komunitas muslim di sana berkecil hati. Sebaliknya, sebagai kaum minoritas, mereka terpacu untuk senantiasa menampakkan kiprah di berbagai bidang.
Menurut catatan sejarah, Islam masuk ke negeri Kosta Rika sejalan dengan menyebarnya dakwah Islam di wilayah Kepulauan Karibia pada 1845 M. Ajaran Islam dibawa oleh keturunan muslim yang berasal dari Uttar Pradesh, sebuah provinsi di India.
Mereka merupakan para pekerja yang didatangkan oleh kelompok tuan tanah setempat dari daerah asalnya. Awalnya, para buruh muslim dari India ini diiming-imingi kemakmuran hidup dengan mendapatkan tanah. Namun, janji itu tidak ditepati.
Setelah datang ke Kosta Rika, para buruh imigran ini bekerja di perkebunan tebu dan tembakau dengan sistem imbal tenaga. Sistem ini diberlakukan pasca dihapuskannya sistem perbudakan di seluruh wilayah jajahan Inggris. Imbasnya, para buruh tersebut tidak memperoleh upah lantaran untuk membayar utang untuk kemerdekaan diri mereka dari status budak, juga sebagai ganti biaya perjalanan.
Selain dibawa oleh imigran dari India, komunitas Muslim yang berasal dari Afrika juga datang membawa Islam. Mereka ini adalah suku asli Afrika Barat, yakni Mandingo. Merekalah kaum muslim yang pertama kali memasuki Karibia pada 1777. Orang-orang Afrika ini juga dieksploitasi tenaganya di perkebunan tebu sebagai budak. Kuantitas suku ini terus meningkat sampai mencapai 20 ribu jiwa pada 1830. Pada periode selanjutnya, ajaran Islam dibawa oleh kaum muslim yang berasal dari Timur Tengah, Indonesia, dan Pakistan.
Saat ini, di Kosta Rika terdapat dua kelompok Muslim. Kelompok atau komunitas Muslim dengan jumlah pengikut yang cukup banyak tinggal di ibu kota negara, yakni San Jose. Mereka memfokuskan kegiatan di Centro Cultural Musulman De Costa Rica. Kota San Jose memang dikenal sebagai 'rumah' bagi umat Islam di Kosta Rika. Kelompok pertama ini mempunyai relasi yang baik dengan organisasi Muslim lain di negara tetangga, seperti di Panama dan Nikaragua.
Di samping itu, ada pula komunitas Islam yang menjadi bagian dari Centro Islamico De Costa Rica. Komunitas ini juga terdapat di San Jose. Komunitas ini dikenal aktif berdakwah serta mengadakan tabligh.
"Kebanyakan Muslim di Kosta Rika adalah pengikut ajaran Sunni," terang Sekretaris Jenderal Asosiasi Islam Kosta Rika, Dr Abdul Fatah Sasa.
Menurutnya, kaum muslim Kosta Rika merupakan kaum minoritas. Penduduk Kosta Rika yang beragama Katolik sejumlah 76,3 persen. Sementara 13,7 persennya adalah penginjil. Kendati demikian, gairah perkembangan Islam di negeri yang dikenal tidak memiliki tentara militer ini cukup potensial. Saat ini, warga lokal semakin banyak yang mengubah keyakinan menjadi muslim.
Meski kebanyakan umat Islam tidak berasal dari Kosta Rika, hak mereka untuk menjalankan ibadah amat dihargai. Pada 2003, mereka diizinkan mendirikan sebuah masjid di San Jose.
"Tidak seperti di negara lain, tidak ada konflik agama di Kosta Rika. Bahkan ketika muslim memutuskan untuk membangun masjid, tidak ada protes dari warga setempat. Orang Kosta Rika bisa menerimanya dengan baik," tutur Sasa.
Masjid ini dijadikan pusat kegiatan agama bagi kaum muslimin Kosta Rika. Pada akhir pekan, umat Islam setempat datang untuk belajar mendalami Islam. Di masjid ini pula, dibuka kelas kajian Islam pada hari Sabtu serta kelas untuk belajar bahasa Arab setiap hari Ahad.
Jalinan persaudaraan antara sesama kaum muslim juga kuat. Mereka saling membantu dan bekerja sama satu sama lain. Kegiatan shalat berjamaah serta buka puasa bersama sering mereka lakukan. Solidnya umat Islam yang minoritas di sini tentu menjadi contoh yang baik serta patut untuk ditiru.