Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus beberapa utusan kepada raja-raja dan para pemimpin Arab untuk mengajak mereka masuk Islam. Tentunya dengan cara yang baik dan penuh hikmah.
Di antara raja-raja itu adalah Heraclius, raja Romawi, ia menerima dan bersikap semestinya. Disebutkan bahwa setelah menerima surat dari Rasulullah, ia ingin mengetahui lebih jauh tentang beliau.
Ia mencari orang yang dapat menjelaskan kepadanya apa yang ia butuhkan. Lalu ia bertemu dengan Abu Sufyan yang sedang berdagang di Ghaza.
Pertanyaan yang ia ajukan menunjukkan bahwa ia mengetahui sejarah agama-agama sebelumnya, sifat-sifat Nabi, sikap umatnya, dan ketentuan Allah dalam hal ini. Abu Sufyan menceritakan dengan sejujurnya, karena ia tidak mau dibilang sebagai pendusta.
Setelah mendapat keterangan yang dibutuhkan, Heraclius yakin bahwa Muhammad benar-benar seorang Nabi. Ia berkata kepada Abu Sufyan,
“Jika yang kamu katakan benar adanya, maka ia akan memiliki tempat aku berpijak ini. Aku tahu bahwa seorang nabi telah lahir, akan tetapi aku tidak menduga dia berada di antara kalian. Jika aku bisa ke tempatnya niscaya aku akan berusaha menemuinya. Dan jika aku bertemu dia niscaya aku akan basuh kakinya.”
Heraclius memanggil semua pembesar Romawi, lalu memerintahkan agar semua pintu keluar ditutup. Setelah itu ia berkata kepada mereka, “Wahai sekalian orang-orang Romawi, apakah kalian suka dengan kebahagiaan, kelurusan, dan kelanggengan kekuasaan kalian, lalu kalian mengikuti Nabi ini?”
Maka mereka semua lari menuju pintu akan tetapi pintu sudah tertutup. Ketika mengetahui sikap mereka, Heraclius berkata, “Kembalilah kalian, aku hanya menguji kesungguhan kalian dalam memeluk agama kalian. Dan saat ini aku telah mengetahuinya.”
Maka mereka bersujud kepadanya. Raja Heraclius lebih mengutamakan pengikutnya daripada hidayah yang diberikan Allah Ta’ala. Dikisahkan bahwa pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar dan Umar, terjadi perang antara kaum muslimin dan bangsa Romawi yang berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. (Mozaik.Inilah)
Ilustrasi |
Di antara raja-raja itu adalah Heraclius, raja Romawi, ia menerima dan bersikap semestinya. Disebutkan bahwa setelah menerima surat dari Rasulullah, ia ingin mengetahui lebih jauh tentang beliau.
Ia mencari orang yang dapat menjelaskan kepadanya apa yang ia butuhkan. Lalu ia bertemu dengan Abu Sufyan yang sedang berdagang di Ghaza.
Pertanyaan yang ia ajukan menunjukkan bahwa ia mengetahui sejarah agama-agama sebelumnya, sifat-sifat Nabi, sikap umatnya, dan ketentuan Allah dalam hal ini. Abu Sufyan menceritakan dengan sejujurnya, karena ia tidak mau dibilang sebagai pendusta.
Setelah mendapat keterangan yang dibutuhkan, Heraclius yakin bahwa Muhammad benar-benar seorang Nabi. Ia berkata kepada Abu Sufyan,
“Jika yang kamu katakan benar adanya, maka ia akan memiliki tempat aku berpijak ini. Aku tahu bahwa seorang nabi telah lahir, akan tetapi aku tidak menduga dia berada di antara kalian. Jika aku bisa ke tempatnya niscaya aku akan berusaha menemuinya. Dan jika aku bertemu dia niscaya aku akan basuh kakinya.”
Heraclius memanggil semua pembesar Romawi, lalu memerintahkan agar semua pintu keluar ditutup. Setelah itu ia berkata kepada mereka, “Wahai sekalian orang-orang Romawi, apakah kalian suka dengan kebahagiaan, kelurusan, dan kelanggengan kekuasaan kalian, lalu kalian mengikuti Nabi ini?”
Maka mereka semua lari menuju pintu akan tetapi pintu sudah tertutup. Ketika mengetahui sikap mereka, Heraclius berkata, “Kembalilah kalian, aku hanya menguji kesungguhan kalian dalam memeluk agama kalian. Dan saat ini aku telah mengetahuinya.”
Maka mereka bersujud kepadanya. Raja Heraclius lebih mengutamakan pengikutnya daripada hidayah yang diberikan Allah Ta’ala. Dikisahkan bahwa pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar dan Umar, terjadi perang antara kaum muslimin dan bangsa Romawi yang berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. (Mozaik.Inilah)