Pada hakikatnya, bumi, langit, matahari, bulan, bintang, gunung, bebatuan, binatang serta semesta raya bertasbih kepada Allah Ta’ala, namun kita manusia yang dho'if tidak mengetahui cara mereka bertasbih. Mereka senantiasa mensucikan Zat Yang Mahasuci sebagaimana perintah-Nya. Tak ada satu pun yang luput dari sikap mensucikan, mengagungkan, bersyukur serta mengesakan Dzat Allah kecuali para makhluk yang arogan serta ingkar kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ada sebuah kisah dari sahabat Abu Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu ‘anhu, bahwa suatu hari ia dan para sahaba lain berjalan bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mulia.
Di dalam perjalanan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memungut batu kerikil, kemudian ditaruh di tangan beliau. Ajaibnya, batu kerikil itu bertasbih hingga para sahabat mendengar suara tasbihnya.
Dari tangan Nabi yang mulia, kerikil itu lantas diberikan ke tangan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Di tangan manusia jujur dan menjaga diri ini, para sahabat kembali bisa mendengar tasbih kerikil itu.
Mencontoh sikap Nabi, Abu Bakar lantas memindahkan batu kerikil tersebut ke tangan Sayyidina ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu. Kembali, batu kerikil itu bertasbih di tangan Al-Faruq dan para sahabat bisa mendengarnya.
Sahabat yang dikenal berperangai tegas ini pun kemudian memberikan kerikil tadi ke tangan Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu. Lagi-lagi, batu kerikil itu bertasbih.Para sahabat di sekeliling hamba nan shalih ini bisa mendengar dengan jelas tasbih dari kerikil tersebut.
Namun, pada saat batu kerikil dituangkan ke tangan sahabat lain, tak terdengan sedikit pun suara tasbih dari kerikil sebagaimana sebelumnya.
Kisah tersebut merupakan riwayat yang tertulis dalam Al-Ma’tsurat karya Syeikh Abu Bakar Al-Thurthusy Al-Andalusi. Syeikh Abu Bakar mengutipnya dari kitab Majmu’ Zawaid yang diriwayatkan dari sahabat mulia Abu Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu ‘anhu.
Dalam riwayat lainnya jalur lainnya juga dikisahkan bahwa sebatang pohon yang bertasbih ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah di bawahnya. Tasbihnya keras sampai bisa didengar oleh orang-orang yang sedang menyimak khutbah Nabi. Selesai khutbah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memeluknya, lalu tasbih pohon itu tak dapat terdengar lagi.
Demikianlah, alam semesta yang senantiasa bertasbih kepada Sang Pencipta-Nya sesungguhya mengajari manusia agar jangan sampai lalai. Karena manusia adalah khalifah yang dipilih Allah subhanahu wa ta'ala di bumi. Allah mengutus manusia untuk memakmurkan bumi seraya menundukkan semua makhluk lain untuk kepentingan mereka. Oleh karena itu, seharusnya manusia lebih memperbanyak tasbih, tahmid, takbir serta tahlil kepada Allah.
Namun, pada faktanya banyak manusia yang sombong dan mengingkari kekuasaan Allah. Harta, keturunan serta pangkat dunia dimiliki justru membuat manusia lupa kepada Sang Pemilik Hakiki. Na'udzu billah.
Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa mensucikan Allah serta mengagungkan kekuasaan-Nya. Aamin
Ilustrasi |
Ada sebuah kisah dari sahabat Abu Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu ‘anhu, bahwa suatu hari ia dan para sahaba lain berjalan bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mulia.
Di dalam perjalanan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memungut batu kerikil, kemudian ditaruh di tangan beliau. Ajaibnya, batu kerikil itu bertasbih hingga para sahabat mendengar suara tasbihnya.
Dari tangan Nabi yang mulia, kerikil itu lantas diberikan ke tangan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Di tangan manusia jujur dan menjaga diri ini, para sahabat kembali bisa mendengar tasbih kerikil itu.
Mencontoh sikap Nabi, Abu Bakar lantas memindahkan batu kerikil tersebut ke tangan Sayyidina ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu. Kembali, batu kerikil itu bertasbih di tangan Al-Faruq dan para sahabat bisa mendengarnya.
Sahabat yang dikenal berperangai tegas ini pun kemudian memberikan kerikil tadi ke tangan Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu. Lagi-lagi, batu kerikil itu bertasbih.Para sahabat di sekeliling hamba nan shalih ini bisa mendengar dengan jelas tasbih dari kerikil tersebut.
Namun, pada saat batu kerikil dituangkan ke tangan sahabat lain, tak terdengan sedikit pun suara tasbih dari kerikil sebagaimana sebelumnya.
Kisah tersebut merupakan riwayat yang tertulis dalam Al-Ma’tsurat karya Syeikh Abu Bakar Al-Thurthusy Al-Andalusi. Syeikh Abu Bakar mengutipnya dari kitab Majmu’ Zawaid yang diriwayatkan dari sahabat mulia Abu Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu ‘anhu.
Dalam riwayat lainnya jalur lainnya juga dikisahkan bahwa sebatang pohon yang bertasbih ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah di bawahnya. Tasbihnya keras sampai bisa didengar oleh orang-orang yang sedang menyimak khutbah Nabi. Selesai khutbah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memeluknya, lalu tasbih pohon itu tak dapat terdengar lagi.
Demikianlah, alam semesta yang senantiasa bertasbih kepada Sang Pencipta-Nya sesungguhya mengajari manusia agar jangan sampai lalai. Karena manusia adalah khalifah yang dipilih Allah subhanahu wa ta'ala di bumi. Allah mengutus manusia untuk memakmurkan bumi seraya menundukkan semua makhluk lain untuk kepentingan mereka. Oleh karena itu, seharusnya manusia lebih memperbanyak tasbih, tahmid, takbir serta tahlil kepada Allah.
Namun, pada faktanya banyak manusia yang sombong dan mengingkari kekuasaan Allah. Harta, keturunan serta pangkat dunia dimiliki justru membuat manusia lupa kepada Sang Pemilik Hakiki. Na'udzu billah.
Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa mensucikan Allah serta mengagungkan kekuasaan-Nya. Aamin