Setelah manusia meninggal, maka tidak ada lagi yang bisa ia kerjakan. Terputuslah amal perbuatannya. Padahal tidak ada yang mampu memberikan pertolongan di hari kemudian kecuali amalnya itu. Beruntunglah jika amalnya baik, karena akan menyelamatkan dan menghantarkannya ke surga.
Sebaliknya, sungguh sangat merugi jika amalnya buruk, karena akan membuat ia celaka. Namun, ada beberapa amal yang manfaatnya akan terus mengalir meski setelah manusia meninggal, yakni shadaqah jariyah, ilmu yang manfaat dan memiliki anak shalih yang mau mendoakannya (HR. Muslim nomor 1631)
Sebaliknya, ada dosa yang juga akan terus mengalir keburukannya meski setelah pelaku tiada. Oleh karena itu, bila kita tidak mampu memiliki amal jariyah maka jangan sampai kita memiliki dosa jariyah setelah kepergian kita dari dunia. Amatlah merugi karena dosa jariyah akan senantiasa mengalir hingga hari pembalasan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang hasanah (baik) dalam Islam maka baginya pahala dari perbuatannya itu dan pahala dari orang yang melakukannya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang buruk, maka baginya dosanya dan dosa orang yang melakukan sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim no 1017)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menjelaskan mengenai orang yang mengajarkan serta mencontohkan tindakan dosa, bahwa orang tersebut pun akan memikul dosa orang yang mencontoh jalannya.
“Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada Hari Kiamat, dan memikul dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). (QS. an-Nahl: 25)
Mujahid menafsirkan ayat ini, beliau berkata “Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikuti mereka. Mereka sama sekali tidak diberi keringanan azab karena dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn Katsir, 4/566)
Contoh dosa jariyah misalnya seseorang suatu ketika membagikan video porno dan video tersebut menyebar pasca kepergiannya, padahal belum sempat ia bertaubat. Contoh lagi, seseorang membagikan foto lewat sosmed padahal auratnya terbuka lantas terlihat oleh laki-laki.
Satu lagi, seseorang pernah mengajarkan ajaran buruk seraya mencontohkannya seperti aliran ilmu hitam. Sebelum meninggal, ia tidak bertaubat serta menghapus ajaran tersebut padahal pengikutnya sudah banyak. Jika pelaku keburukan tersebut sempat bertaubat dengan ikhlas maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosanya.
Jalan taubat dari dosa jariyah yakni bersungguh-sungguh menyesali perbuatannya. Lantas bila ia terlanjur telah menyebarkan keburukan, maka ia harus berusaha menghilangkan serta menghapunya. Jika sudah terlanjur mengajarkan keburukan, maka ia harus berusaha memperbaiki dan menyebarkan koreksi atas kesalahan yang telah ia ajarkan.
Bila ia telah benar-benar bertaubat, maka ia dianggap tidak memikul dosa lagi. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa,
“Orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya (dengan sungguh-sungguh) adalah seperti orang yang tidak punya dosa“.(HR Ibnu Majah no. 4250)
Akan halnya bila seseorang sudah berusaha mencari kesalahan yang terlanjur ia sebarkan dengan tujuan menghapusnya, namun tidak kunjung menemukannya, maka hal ini dianggap sudah di luar batas kemampuannya, dan semoga Allah melimpahkan ampunan kepadanya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
“Allah tidak membebani jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya.” (Al-Baqarah ayat 286)
Semoga kita mampu memperbanyak amal jariyah serta menghindari dosa terlebih dosa jariyah. Aamiin
Sebaliknya, sungguh sangat merugi jika amalnya buruk, karena akan membuat ia celaka. Namun, ada beberapa amal yang manfaatnya akan terus mengalir meski setelah manusia meninggal, yakni shadaqah jariyah, ilmu yang manfaat dan memiliki anak shalih yang mau mendoakannya (HR. Muslim nomor 1631)
Sebaliknya, ada dosa yang juga akan terus mengalir keburukannya meski setelah pelaku tiada. Oleh karena itu, bila kita tidak mampu memiliki amal jariyah maka jangan sampai kita memiliki dosa jariyah setelah kepergian kita dari dunia. Amatlah merugi karena dosa jariyah akan senantiasa mengalir hingga hari pembalasan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :
ﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺳُﻨَّﺔً ﺣَﺴَﻨَﺔً، ﻓَﻠَﻪُ ﺃَﺟْﺮُﻫَﺎ، ﻭَﺃَﺟْﺮُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ، ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻲْﺀٌ، ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺳُﻨَّﺔً ﺳَﻴِّﺌَﺔً، ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭِﺯْﺭُﻫَﺎ ﻭَﻭِﺯْﺭُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻩِ، ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻲْﺀٌ
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menjelaskan mengenai orang yang mengajarkan serta mencontohkan tindakan dosa, bahwa orang tersebut pun akan memikul dosa orang yang mencontoh jalannya.
ﻟِﻴَﺤْﻤِﻠُﻮﺍ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭَﻫُﻢْ ﻛَﺎﻣِﻠَﺔً ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻀِﻠُّﻮﻧَﻬُﻢْ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﺃَﻟَﺎ ﺳَﺎﺀَ ﻣَﺎ ﻳَﺰِﺭُﻭﻥَ
Mujahid menafsirkan ayat ini, beliau berkata “Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikuti mereka. Mereka sama sekali tidak diberi keringanan azab karena dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn Katsir, 4/566)
Contoh dosa jariyah misalnya seseorang suatu ketika membagikan video porno dan video tersebut menyebar pasca kepergiannya, padahal belum sempat ia bertaubat. Contoh lagi, seseorang membagikan foto lewat sosmed padahal auratnya terbuka lantas terlihat oleh laki-laki.
Satu lagi, seseorang pernah mengajarkan ajaran buruk seraya mencontohkannya seperti aliran ilmu hitam. Sebelum meninggal, ia tidak bertaubat serta menghapus ajaran tersebut padahal pengikutnya sudah banyak. Jika pelaku keburukan tersebut sempat bertaubat dengan ikhlas maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosanya.
Jalan taubat dari dosa jariyah yakni bersungguh-sungguh menyesali perbuatannya. Lantas bila ia terlanjur telah menyebarkan keburukan, maka ia harus berusaha menghilangkan serta menghapunya. Jika sudah terlanjur mengajarkan keburukan, maka ia harus berusaha memperbaiki dan menyebarkan koreksi atas kesalahan yang telah ia ajarkan.
Bila ia telah benar-benar bertaubat, maka ia dianggap tidak memikul dosa lagi. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa,
ﺍﻟﺘﺎﺋﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻛﻤﻦ ﻻﺫﻧﺐ ﻟﻪ
Akan halnya bila seseorang sudah berusaha mencari kesalahan yang terlanjur ia sebarkan dengan tujuan menghapusnya, namun tidak kunjung menemukannya, maka hal ini dianggap sudah di luar batas kemampuannya, dan semoga Allah melimpahkan ampunan kepadanya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
ﻻَ ﻳُﻜَﻠِّﻒُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﻧَﻔْﺴًﺎ ﺇِﻻَّ ﻭُﺳْﻌَﻬَﺎ
Semoga kita mampu memperbanyak amal jariyah serta menghindari dosa terlebih dosa jariyah. Aamiin