Berbagi dengan banyak orang bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Pak Amin yang membuka “Warung Shodaqoh”. Dilansir dari PPPA Daarul Qur’an, Warung Shodaqoh tersebut berlokasi di Kota Batu, sekitar alun-alun dan hanya beroperasi setiap Jumat saja.
Warung tersebut berdiri pada tahun 2015 dan sama sekali tidak memungut biaya sepeser pun bagi siapa yang saja yang ingin makan di sana. Tercetusnya ide tersebut berawal dari bangunan milik mertuanya yang sudah tidak difungsikan. Selain itu kebutuhan sehari-hari yang semakin besar membuat Pak Amin dan istrinya memutuskan untuk mengeluarkan lebih banyak.
Memang pemikiran Pak Amin beserta istrinya tidak seperti kebanyakan orang. Di saat orang lain berusaha menambah pemasukan dan menyedikitkan pengeluaran, keduanya justru melakukan pengeluaran lebih berupa berdirinya Warung Shodaqoh.
Berawal dengan nama ‘Warung Dhuafa”, usaha Pak Amin untuk meramaikan dagangannya mengalami hambatan dikarenakan hanya segelintir orang saja yang mau mampir ke warungnya. Masyarakat banyak yang enggan dan gengsi dengan penamaan warung tersebut karena mereka tak ingin disebut sebagai kaum Dhuafa.
Setelah mengetahui hal tersebut, Pak Amin kemudian mengganti warungnya menjadi ‘Warung Shodaqoh”. Sejak saat itu respon masyarakat cukup positif dan berhasil menarik minat masyarakat untuk datang.
Namun halangan terus saja hadir. Salah satunya adalah adanya pandangan bahwa warung tersebut didanai oleh ormas atau parpol tertentu sehingga warung tersebut dianggap sebuah siasat. Meski demikian, Pak Amin dan istri tetap berusaha fokus untuk menjalankan usaha mulianya tersebut. Bahkan keduanya menjadikan warung itu sebagai tempat mengaji dan menghafal Qur’an.
Baca Juga:
Warung shodaqoh milik Pak Amin (pppa.or.id) |
Memang pemikiran Pak Amin beserta istrinya tidak seperti kebanyakan orang. Di saat orang lain berusaha menambah pemasukan dan menyedikitkan pengeluaran, keduanya justru melakukan pengeluaran lebih berupa berdirinya Warung Shodaqoh.
Berawal dengan nama ‘Warung Dhuafa”, usaha Pak Amin untuk meramaikan dagangannya mengalami hambatan dikarenakan hanya segelintir orang saja yang mau mampir ke warungnya. Masyarakat banyak yang enggan dan gengsi dengan penamaan warung tersebut karena mereka tak ingin disebut sebagai kaum Dhuafa.
Setelah mengetahui hal tersebut, Pak Amin kemudian mengganti warungnya menjadi ‘Warung Shodaqoh”. Sejak saat itu respon masyarakat cukup positif dan berhasil menarik minat masyarakat untuk datang.
Namun halangan terus saja hadir. Salah satunya adalah adanya pandangan bahwa warung tersebut didanai oleh ormas atau parpol tertentu sehingga warung tersebut dianggap sebuah siasat. Meski demikian, Pak Amin dan istri tetap berusaha fokus untuk menjalankan usaha mulianya tersebut. Bahkan keduanya menjadikan warung itu sebagai tempat mengaji dan menghafal Qur’an.
Baca Juga:
- Peduli Terhadap Dhuafa, Yayasan Ini Buka Warung Gratis Setiap Hari Jumat
- Masya Allah, Makan Di Warung Bakso Ini Gratis Selama-Lamanya Asal Hafal Al Qur’an 30 Juz
- Penjual Bakso Arema Ini Gratiskan Dagangannya Untuk Penghafal Qur’an Seumur Hidup