Sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi sesama. Itu juga yang ditunjukkan oleh seorang pria yang kini mengajar baca tulis Al Qur’an kepada sejumlah anak-anak. Yang mengagumkan adalah kondisi fisiknya yang tidak seperti kebanyakan orang lain dikarenakan ia mengalami kelumpuhan sehingga hanya bisa berbaring di pembaringan.
Kesungguhan ustadz ini pun menjadi penyemangat tersendiri bagi para santri. Tak heran jika jumlah santrinya mencapai ratusan.
Diketahui ustadz tersebut bernama Ahmad Wahno (60 tahun) dan merupakan anak sulung dari enam bersaudara. Ia pun setiap harinya mengajar ratusan murid di Dusun Lemiring Mojosari Mojotengah Wonosobo.
Wahno yang hanya menempuh pendidikan sampai Madrasah Tsanawiyah (MTs) tersebut sudah memulai mengajar ngaji sejak 25 tahun yang lalu. Meski kondisinya serba kesusahan, namun ia ingin terus memberikan manfaat kepada yang lain.
Kini Wahno tinggal di rumah adik bungsunya dan rutin mengajar ngaji sejak pukul satu siang hingga menjelang ashar. Guna memudahkannya mengajar, semua murid pun berada di kamar dan Wahno menggunakan mikropon sebagai alat untuk membesarkan suaranya.
Yang mengagumkan juga adalah meski lumpuh dan belum menjadi hafidz, Wahno tidak kesulitan membetulkan lafadz atau bacaan murid-muridnya.
Sementara itu ketika waktu luang, Wahno juga mengisi waktu dengan menulis kitab yang berisi doa-doa harian menggunakan huruf arab. Tulisannya pun sangat bagus dan tidak berbeda dengan cetakan Al Qur’an.
“Saya membuat garis-garis pemandu lebih dulu, sehingga deretan tulisan bisa lurus dan lebih rapi”, urai Wahno saat ditanya bagaimana ia memulai menulis rangkuman do’a-do’a tersebut.
Baca Juga:
Kesungguhan ustadz ini pun menjadi penyemangat tersendiri bagi para santri. Tak heran jika jumlah santrinya mencapai ratusan.
Diketahui ustadz tersebut bernama Ahmad Wahno (60 tahun) dan merupakan anak sulung dari enam bersaudara. Ia pun setiap harinya mengajar ratusan murid di Dusun Lemiring Mojosari Mojotengah Wonosobo.
Wahno yang hanya menempuh pendidikan sampai Madrasah Tsanawiyah (MTs) tersebut sudah memulai mengajar ngaji sejak 25 tahun yang lalu. Meski kondisinya serba kesusahan, namun ia ingin terus memberikan manfaat kepada yang lain.
Kini Wahno tinggal di rumah adik bungsunya dan rutin mengajar ngaji sejak pukul satu siang hingga menjelang ashar. Guna memudahkannya mengajar, semua murid pun berada di kamar dan Wahno menggunakan mikropon sebagai alat untuk membesarkan suaranya.
Yang mengagumkan juga adalah meski lumpuh dan belum menjadi hafidz, Wahno tidak kesulitan membetulkan lafadz atau bacaan murid-muridnya.
Sementara itu ketika waktu luang, Wahno juga mengisi waktu dengan menulis kitab yang berisi doa-doa harian menggunakan huruf arab. Tulisannya pun sangat bagus dan tidak berbeda dengan cetakan Al Qur’an.
“Saya membuat garis-garis pemandu lebih dulu, sehingga deretan tulisan bisa lurus dan lebih rapi”, urai Wahno saat ditanya bagaimana ia memulai menulis rangkuman do’a-do’a tersebut.
Baca Juga:
- Meski Harus Berbaring, Kakek Berusia 100 Tahun Ini Tetap Mengajar Ngaji Para Santrinya
- Ustadz Ini Tetap Ajarkan Al Qur’an Kepada Anak-Anak Meski Harus Dengan Merangkak