Seorang ulama kerap kali berpenampilan rapi, berjubah dan beraroma wangi. Namun ada juga mereka yang justru berpenampilan sekenanya. Meski demikian amalannya begitu istimewa dan belum tentu mampu dilakukan oleh ulama lain.
Salah satunya adalah KH Shobiburrahman bin Anwar Jepara yang menyebut dirinya bergelar Sarkub atau Sarjana Kubur. Penampilannya begitu nyetrik dan jauh dari kata rapi karena mengenakan pakaian dengan perpaduan antara kiai, pengusaha dan rakyat jelata. Ia pun kerap menggunakan sandal jepit atau bahkan bertelanjang kaki.
Namun ketika berangkat ke suatu tempat, Mbah Shobib selalu naik kendaraan mewah Mercedes Benz.
Yang patut diteladani dari beliau adalah kebiasaan atau amalannya yang istimewa yakni ia senantiasa membawa uang yang banyak untuk sedekah. Uang itu pun ia simpan dalam saku atau kantong yang cukup banyak di jas yang dikenakannya.
Kisahnya diungkapkan oleh Kiai Khos asal Rembang Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri yang sering disapa Gus Mus. Melalui akun Facebooknya, Kiai Ahmad Mustofa Bisri pun menceritakan keistimewaan Mbah Shobib tersebut.
Berikut isinya.
SARKUB
Aku sedang duduk sendiri di ruang tamu, setelah tamu-tamu pamit pulang, ketika datang seorang tua berpakaian petani, seperti baru saja mentas dari sawah.
Begitu sampai pintu rumah, dia buka tudung kepalanya dan dengan berjongkok dia mendatangiku. Aku buru-buru mendapatkannya dan 'mendudukkannya' di sebelahku.
Dengan sangat sopan, dia memperkenalkan dirinya. (MasyaAllah, aku kaget setengah mati. Inikah tokoh yang selama ini diceritakan orang dengan berbagai sebutan, seperti Kiai Khos, Kiai Nyentrik, 'Kiai jalanan', bahkan ada yang terang-terangan menyebutnya sebagai Wali? Kiai yang sering menolong orang dengan menyamar sebagai orang lain?). Selain ingin bersilaturahmi, tamu istimewaku itu minta izin untuk memberi sekedar 'uang jajan' kepada anak-anak TK Masyithoh yang letaknya di sebelah rumah. Dia minta tolong ibu guru TK menjelaskan kehadirannya, sebelum kemudian membagikan uang kepada anak-anak sambil mengatakan, " Mbah dimintakan ampun kepada Allah ya!"
Kemudian, setelah perkenalan aneh tersebut, tokoh yang suka menyebut dirinya Sarkub alias Sarjana Kuburan ini sering ke rumah dengan penampilan khas. Tidak lagi seperti petani; tapi campuran antara citra kiai, pengusaha, dan rakyat jelata: mengenakan jas, peci hitam yang lancip, selalu naik mobil yang cukup mewah --paling sering naik jeep Mercedes Benz-- dan memakai sandal japit atau bahkan kadang nyeker, tanpa alas kaki.
Kebiasaan istimewa tokoh ini saat rawuh ke rumah: duduk hanya sebentar, lalu minta izin ke dapur; lalu membagi-bagi uang kepada siapa saja yang ada di dapur. Lalu minta izin untuk memberi uang kepada ibuku (almarhumah nyai Ma'rufah Bisri), kepada mbakyuku (Nyai Muhsinah Cholil), dan ibunya anak-anak (almarhumah bu Siti Fatmah). Kemudian bergegas kesana-kemari untuk memberikan uang tidak hanya kepada mereka yang dituju, tapi juga kepada siapa saja yang berpapasan; apakah itu anak-anak, santri, atau orang yang kebetulan lewat. Maka hampir semua penduduk seputar gubug kita hafal kebiasaan istimewa ini.
Aku perhatikan jasnya yang tampak kebesaran dan memiliki banyak saku itu, ternyata bukan sembarang jas. Rupanya saku-saku jas itu penuh dengan uang dan masing-masing, berisi uang dengan nominal sendiri-sendiri: saku ini berisi ratusan ribu; saku itu, lima puluhan ribu; yang ini, dua puluhan ribu; yang itu, sepuluhan...
Jadi setiap orang 'punya saku'nya sendiri di jas tokoh kita ini.
Pasti kebiasaan membagi-bagi uang itu tidak hanya di tempat kami saja. Sebelumnya aku sudah mendengar kebiasaan 'kiai-pengusaha' dermawan ini. Dan ini hanyalah salah satu dari keistimewaan tokoh kiai yang mengaku pernah menjadi khadam atau pelayannya Mbah Kiai Romli Tamim Rejoso. Kiai yang --seperti halnya Al-'arif biLlah Syeikh Bahlul dari Baghdad-- suka ziarah ke kuburan ini, 8 tahun yang lalu wafat setelah sehari sebelumnya ziarah ke makam Sunan Muria. Hari ini akan diperingati haul tokoh kita ini, KH. Shobiburrahman bin Anwar yang masyhur dikenal dengan panggilan Mbah Shobib, di kediamannya Menganti Jepara.
Baca Juga:
Salah satunya adalah KH Shobiburrahman bin Anwar Jepara yang menyebut dirinya bergelar Sarkub atau Sarjana Kubur. Penampilannya begitu nyetrik dan jauh dari kata rapi karena mengenakan pakaian dengan perpaduan antara kiai, pengusaha dan rakyat jelata. Ia pun kerap menggunakan sandal jepit atau bahkan bertelanjang kaki.
Namun ketika berangkat ke suatu tempat, Mbah Shobib selalu naik kendaraan mewah Mercedes Benz.
Yang patut diteladani dari beliau adalah kebiasaan atau amalannya yang istimewa yakni ia senantiasa membawa uang yang banyak untuk sedekah. Uang itu pun ia simpan dalam saku atau kantong yang cukup banyak di jas yang dikenakannya.
Kisahnya diungkapkan oleh Kiai Khos asal Rembang Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri yang sering disapa Gus Mus. Melalui akun Facebooknya, Kiai Ahmad Mustofa Bisri pun menceritakan keistimewaan Mbah Shobib tersebut.
Berikut isinya.
SARKUB
Aku sedang duduk sendiri di ruang tamu, setelah tamu-tamu pamit pulang, ketika datang seorang tua berpakaian petani, seperti baru saja mentas dari sawah.
Begitu sampai pintu rumah, dia buka tudung kepalanya dan dengan berjongkok dia mendatangiku. Aku buru-buru mendapatkannya dan 'mendudukkannya' di sebelahku.
Dengan sangat sopan, dia memperkenalkan dirinya. (MasyaAllah, aku kaget setengah mati. Inikah tokoh yang selama ini diceritakan orang dengan berbagai sebutan, seperti Kiai Khos, Kiai Nyentrik, 'Kiai jalanan', bahkan ada yang terang-terangan menyebutnya sebagai Wali? Kiai yang sering menolong orang dengan menyamar sebagai orang lain?). Selain ingin bersilaturahmi, tamu istimewaku itu minta izin untuk memberi sekedar 'uang jajan' kepada anak-anak TK Masyithoh yang letaknya di sebelah rumah. Dia minta tolong ibu guru TK menjelaskan kehadirannya, sebelum kemudian membagikan uang kepada anak-anak sambil mengatakan, " Mbah dimintakan ampun kepada Allah ya!"
Kemudian, setelah perkenalan aneh tersebut, tokoh yang suka menyebut dirinya Sarkub alias Sarjana Kuburan ini sering ke rumah dengan penampilan khas. Tidak lagi seperti petani; tapi campuran antara citra kiai, pengusaha, dan rakyat jelata: mengenakan jas, peci hitam yang lancip, selalu naik mobil yang cukup mewah --paling sering naik jeep Mercedes Benz-- dan memakai sandal japit atau bahkan kadang nyeker, tanpa alas kaki.
Kebiasaan istimewa tokoh ini saat rawuh ke rumah: duduk hanya sebentar, lalu minta izin ke dapur; lalu membagi-bagi uang kepada siapa saja yang ada di dapur. Lalu minta izin untuk memberi uang kepada ibuku (almarhumah nyai Ma'rufah Bisri), kepada mbakyuku (Nyai Muhsinah Cholil), dan ibunya anak-anak (almarhumah bu Siti Fatmah). Kemudian bergegas kesana-kemari untuk memberikan uang tidak hanya kepada mereka yang dituju, tapi juga kepada siapa saja yang berpapasan; apakah itu anak-anak, santri, atau orang yang kebetulan lewat. Maka hampir semua penduduk seputar gubug kita hafal kebiasaan istimewa ini.
Aku perhatikan jasnya yang tampak kebesaran dan memiliki banyak saku itu, ternyata bukan sembarang jas. Rupanya saku-saku jas itu penuh dengan uang dan masing-masing, berisi uang dengan nominal sendiri-sendiri: saku ini berisi ratusan ribu; saku itu, lima puluhan ribu; yang ini, dua puluhan ribu; yang itu, sepuluhan...
Jadi setiap orang 'punya saku'nya sendiri di jas tokoh kita ini.
Pasti kebiasaan membagi-bagi uang itu tidak hanya di tempat kami saja. Sebelumnya aku sudah mendengar kebiasaan 'kiai-pengusaha' dermawan ini. Dan ini hanyalah salah satu dari keistimewaan tokoh kiai yang mengaku pernah menjadi khadam atau pelayannya Mbah Kiai Romli Tamim Rejoso. Kiai yang --seperti halnya Al-'arif biLlah Syeikh Bahlul dari Baghdad-- suka ziarah ke kuburan ini, 8 tahun yang lalu wafat setelah sehari sebelumnya ziarah ke makam Sunan Muria. Hari ini akan diperingati haul tokoh kita ini, KH. Shobiburrahman bin Anwar yang masyhur dikenal dengan panggilan Mbah Shobib, di kediamannya Menganti Jepara.
Baca Juga:
- Kisah Nyata Kyai Arwani Kudus Ketika Kecopetan
- Amalan Inilah Yang Membuat Mbah Umar Tumbu Bisa Bermimpi Bertemu Rasulullah