Hidayah yang Allah beri seharusnya memang bisa disebarkan kepada yang lain. Itu juga yang dilakukan oleh seorang mualaf yang juga mubaligh muda bernama Hasan Bisri. Di balik syiarnya dalam menyebarkan ajaran agama Islam, ternyata kisah hidupnya bisa kita jadikan pembelajaran.
Hasan lahir dari keluarga non muslim di Palembang dan kehidupannya saat kecil sudah terbawa arus kenakalan remaja dikarenakan lingkungan tempat tinggalnya memang kurang kondusif.
Sejak kecil ia sering diejek oleh teman-temannya karena belum disunat. Tak heran ketika usia 10 tahun ia dicap sebagai Cino kulup lantaran belum disunat. Pada akhirnya Hasan pun meminta kepada keluarga untuk disunat.
Hasan kecil memang memiliki kenakalan yang membuat orangtuanya menjadi pusing dan kehilangan kesabaran dalam menasehatinya. Hasan pun kemudian dipaksa untuk masuk ke pesantren oleh orangtuanya setelah menerima saran dari tetangga yang menyebutkan jika anak nakal maka harus masuk pesantren.
Setelah menjalani kehidupan islami beberapa tahun di pesantren, tepat di usia 13 tahun Hasan pun memutuskan untuk masuk Islam atas kemauannya sendiri.
Dituturkannya bahwa selama di pesantren ia banyak belajar tentang Islam dan tauhid dari KH Zain Syukri (Almarhum) yang merupakan pengasuh Pondok Walisongo Ponorogo. Sejak mengenal ajaran Islam, sosok Hasan pun berubah mulai dari cara berpikir hingga perilakunya. Terlebih Hasan mulai paham mengenai tujuan hidup yang harus ia jalani saat ini.
Hasan menjelaskan bahwa ketika seseorang mengalami masalah, maka jangan mencari pelarian kepada hal yang bersifat duniawi. Yang harus dilakukan justru mendekatkan diri kepada Allah dan mengembalikan segala permasalahan tersebut kepada pemilik diri.
Ketika ditanyakan tentang biaya selama mondok di pesantren, Hasan mengatakan bahwa ada banyak pihak yang membantunya.
“Saya juga dibantu sekolah oleh PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), sampai saya punya bapak angkat Haji Muhammad Yusuf Bambang Sujanto. Saya juga kuliah di IAIN Sunan Ampel sampai selesai hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengabdi di sini sambil berusaha istiqomah berdakwah,” ulas pria yang bernama tionghoa Liem Fuk Sha ini seperti dikutip dari Jawa Pos.
Ketika beberapa tahun mondok di pesantren, Hasan kemudian kembali ke Palembang dan bertemu dengan keluarga. Sontak keluarga kaget dan tidak menyangka dengan perubahan anaknya tersebut.
Meski awalnya sulit, namun perlahan-lahan keluarganya pun menerima keislaman Hasan. Bahkan kini semua keluarganya telah menjadi mualaf setelah Hasan terus membimbing mereka dengan penuh kesabaran.
“Semua atas hidayah dan kemauan masing-masing. Tapi ibu saya, saya memang yang membimbing beliau untuk mengucapkan kalimat syahadat,” ujar Hasan sambil tersenyum.
Baca Juga:
Hasan lahir dari keluarga non muslim di Palembang dan kehidupannya saat kecil sudah terbawa arus kenakalan remaja dikarenakan lingkungan tempat tinggalnya memang kurang kondusif.
Hasan Bisri (Jawapos.com) |
Hasan kecil memang memiliki kenakalan yang membuat orangtuanya menjadi pusing dan kehilangan kesabaran dalam menasehatinya. Hasan pun kemudian dipaksa untuk masuk ke pesantren oleh orangtuanya setelah menerima saran dari tetangga yang menyebutkan jika anak nakal maka harus masuk pesantren.
Setelah menjalani kehidupan islami beberapa tahun di pesantren, tepat di usia 13 tahun Hasan pun memutuskan untuk masuk Islam atas kemauannya sendiri.
Dituturkannya bahwa selama di pesantren ia banyak belajar tentang Islam dan tauhid dari KH Zain Syukri (Almarhum) yang merupakan pengasuh Pondok Walisongo Ponorogo. Sejak mengenal ajaran Islam, sosok Hasan pun berubah mulai dari cara berpikir hingga perilakunya. Terlebih Hasan mulai paham mengenai tujuan hidup yang harus ia jalani saat ini.
Hasan menjelaskan bahwa ketika seseorang mengalami masalah, maka jangan mencari pelarian kepada hal yang bersifat duniawi. Yang harus dilakukan justru mendekatkan diri kepada Allah dan mengembalikan segala permasalahan tersebut kepada pemilik diri.
Ketika ditanyakan tentang biaya selama mondok di pesantren, Hasan mengatakan bahwa ada banyak pihak yang membantunya.
“Saya juga dibantu sekolah oleh PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), sampai saya punya bapak angkat Haji Muhammad Yusuf Bambang Sujanto. Saya juga kuliah di IAIN Sunan Ampel sampai selesai hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengabdi di sini sambil berusaha istiqomah berdakwah,” ulas pria yang bernama tionghoa Liem Fuk Sha ini seperti dikutip dari Jawa Pos.
Ketika beberapa tahun mondok di pesantren, Hasan kemudian kembali ke Palembang dan bertemu dengan keluarga. Sontak keluarga kaget dan tidak menyangka dengan perubahan anaknya tersebut.
Meski awalnya sulit, namun perlahan-lahan keluarganya pun menerima keislaman Hasan. Bahkan kini semua keluarganya telah menjadi mualaf setelah Hasan terus membimbing mereka dengan penuh kesabaran.
“Semua atas hidayah dan kemauan masing-masing. Tapi ibu saya, saya memang yang membimbing beliau untuk mengucapkan kalimat syahadat,” ujar Hasan sambil tersenyum.
Baca Juga:
- Satu Keluarga Masuk Islam Setelah Anaknya Meminta Ini
- Satu Keluarga Besar Di Jepang Masuk Islam Karena Ini
- Karena Hal Ini, Satu Keluarga Tionghoa Di Medan Putuskan Masuk Islam Dan Ucapkan Syahadat