Memiliki keterbatasan fisik memang bisa membuat seseorang merasa minder dan putus asa. Padahal kondisi tersebut bukanlah penghalang seseorang untuk berkreativitas dan hidup mandiri. Bahkan mereka yang fisiknya terbatas terkadang bisa menjadi motivasi bagi orang yang normal.
Salah satu sosok yang menginspirasi kita semua adalah pria bernama Muhammad Saleh (42 tahun) yang merupakan warga asal Kampung Tasuk Kecamatan Gunung Tabur. Ia mengalami kelumpuhan di kedua kakinya setelah kecelakaan kerja pada tahun 2002 lalu. Akibat kejadian tersebut, kehidupannya langsung berubah total karena ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menjalani pengobatan, makan dan tidur.
Diceritakan oleh Saleh bahwa dahulu ia merupakan salah satu karyawan di perusahaan Mahakam Ulu. Ketika tengah asyik memanjat pohon, ia terjatuh dengan ketinggian beberapa meter sehingga membuat tulang belakangnya patah. Akibatnya, ia pun tidak mampu menggerakkan seluruh tubuhnya, termasuk kakinya.
"Kenapa saya bisa sampai lumpuh begini? Ini semua berawal saat saya mencari bibit buah untuk pekerjaan saya. Mungkin memang sudah takdir, saya terjatuh dari pohon dan akhirnya lumpuh seperti sekarang," tuturnya, seperti yang dikutip dari Berau News, Rabu (08/02/2017).
Tak hanya kehilangan pekerjaan, kelumpuhan yang dideritanya juga membuat Saleh harus kehilangan istrinya. Alhasil Saleh sempat putus asa dan menyalahkan takdir.
"Saya sempat frustasi. Setelah saya lumpuh, perusahaan tempat saya bekerja tidak lagi memakai saya. Istri saya pun beberapa waktu setelah kelumpuhan saya, memilih pergi dan meninggalkan saya sendiri," kisahnya.
Beruntung ia masih memiliki orangtua yang terus menemaninya di masa-masa yang sulit. Dengan dorongan kedua orangtuanya, Saleh kemudian perlahan-lahan bangkit dan bisa mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.
"Setiap hari saya diberi motivasi, saya disemangati dan dibantu menumbuhkan kepercayaan diri saya lagi. Yang paling berjasa dalam masa-masa sulit saya adalah orang tua saya. Mereka tulus dan tanpa pamrih merawat saya yang lumpuh," katanya sembari menyembunyikan raut wajah harunya.
Karena tak memiliki pekerjaan dan keahlian, ia kemudian hanya bisa berada di rumah dan menonton televisi. Takdir Allah pun menghampiri dimana ia melihat tayangan tentang kehidupan seseorang yang mengalami keterbatasan fisik namun bisa tetap berkarya.
"Saya cuma tahunya makan tidur saja selama lumpuh ini. Hiburan hanya nonton televisi. Dan suatu hari ketika nonton, ada acara yang menayangkan bagaimana seseorang yang cacat fisiknya dapat menjadi seorang yang hebat dan membanggakan. Saya terinspirasi. Sempat saya menangis ketika menonton itu. Saya pikir, hanya saya manusia tidak beruntung di bumi ini. Lewat acara televisi itu, mata saya kembali dibuka, bahwa ada yang lebih tidak beruntung, namun pantang menyerah sampai akhirnya mereka menjadi beruntung," ucapnya.
Saleh kemudian mencoba-coba membuat kerajinan dari stik es krim seperti wadah tabungan, miniatur rumah, lampu hias dan yang lainnya. Meski bukan profesional, namun karya-karyanya tampak berkualitas.
"Ketika saya menonton tayangan di televisi itu, saya melihat banyak sekali orang cacat fisiknya yang kemudian bisa juga punya karya luar biasa. Lalu saya bertanya dalam hati, mereka bisa kenapa saya tidak? Sejak saat itu saya mencoba belajar membuat benda-benda yang bisa dimanfaatkan, terutama dari bahan bekas. Sampai saat ini saya terus mencoba membuat karya-karya baru. Padahal sebelum kondisi saya seperti ini, saya tidak bisa sama sekali membuat benda-benda seperti itu," katanya.
Saleh kemudian memberanikan diri menawarkan karyanya ke sejumlah orang yang ada di sekitar rumah. Tak disangka banyak orang yang senang dengan karyanya. Bahkan sebagian dari mereka meminta dipesankan barang yang mereka inginkan.
"Saya tidak ingin selamanya menyusahkan orang tua. Dengan apa yang saya bisa lakukan sekarang, saya coba mencari serupiah demi rupiah dengan tangan saya sendiri. Alhamdulillah, Tuhan Maha Pemberi, banyak juga yang berminat memesan dengan saya," lanjutnya.
Kini Saleh pun mulai bangkit dan memiliki cita-cita yakni bisa memiliki tempat yang layak untuk merakit karya-karyanya.
"Jangankan tempat tinggal yang layak, kursi roda saja saya belum mampu menggantinya. Yang saat ini merupakan hadiah dari Pak Makmur, mantan Bupati Berau. Beliau yang memberikan saya kursi roda ini beberapa tahun lalu. Sekarang, kondisinya sudah kurang baik. Semoga ada jalan nantinya kursi roda ini bisa kembali baik dan membantu saya lebih mudah beraktivitas," ungkapnya.
Lebih jauh, harapannya pun semoga karyanya bisa lebih meluas dan diterima oleh masyarakat dan pemkab serta bisa menjadi buah tangan bagi para wisatawan.
"Saya juga bermimpi, alangkah bahagianya kalau karya saya bisa diterima semua masyarakat dan Pemkab. Karya saya bisa menjadi buah tangan untuk para wisatawan, saya akan sangat senang sekali. Semoga ada perhatian dan jalan untuk menuju ke mimpi saya itu. Karena saat ini bagi saya lumpuh bukan akhir segalanya," tutupnya.
Baca Juga:
Salah satu sosok yang menginspirasi kita semua adalah pria bernama Muhammad Saleh (42 tahun) yang merupakan warga asal Kampung Tasuk Kecamatan Gunung Tabur. Ia mengalami kelumpuhan di kedua kakinya setelah kecelakaan kerja pada tahun 2002 lalu. Akibat kejadian tersebut, kehidupannya langsung berubah total karena ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menjalani pengobatan, makan dan tidur.
Muhammad Saleh bangkit dari keterpurukan setelah mengalami kelumpuhan (Beraunews.com) |
"Kenapa saya bisa sampai lumpuh begini? Ini semua berawal saat saya mencari bibit buah untuk pekerjaan saya. Mungkin memang sudah takdir, saya terjatuh dari pohon dan akhirnya lumpuh seperti sekarang," tuturnya, seperti yang dikutip dari Berau News, Rabu (08/02/2017).
Tak hanya kehilangan pekerjaan, kelumpuhan yang dideritanya juga membuat Saleh harus kehilangan istrinya. Alhasil Saleh sempat putus asa dan menyalahkan takdir.
"Saya sempat frustasi. Setelah saya lumpuh, perusahaan tempat saya bekerja tidak lagi memakai saya. Istri saya pun beberapa waktu setelah kelumpuhan saya, memilih pergi dan meninggalkan saya sendiri," kisahnya.
Beruntung ia masih memiliki orangtua yang terus menemaninya di masa-masa yang sulit. Dengan dorongan kedua orangtuanya, Saleh kemudian perlahan-lahan bangkit dan bisa mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.
"Setiap hari saya diberi motivasi, saya disemangati dan dibantu menumbuhkan kepercayaan diri saya lagi. Yang paling berjasa dalam masa-masa sulit saya adalah orang tua saya. Mereka tulus dan tanpa pamrih merawat saya yang lumpuh," katanya sembari menyembunyikan raut wajah harunya.
Karena tak memiliki pekerjaan dan keahlian, ia kemudian hanya bisa berada di rumah dan menonton televisi. Takdir Allah pun menghampiri dimana ia melihat tayangan tentang kehidupan seseorang yang mengalami keterbatasan fisik namun bisa tetap berkarya.
"Saya cuma tahunya makan tidur saja selama lumpuh ini. Hiburan hanya nonton televisi. Dan suatu hari ketika nonton, ada acara yang menayangkan bagaimana seseorang yang cacat fisiknya dapat menjadi seorang yang hebat dan membanggakan. Saya terinspirasi. Sempat saya menangis ketika menonton itu. Saya pikir, hanya saya manusia tidak beruntung di bumi ini. Lewat acara televisi itu, mata saya kembali dibuka, bahwa ada yang lebih tidak beruntung, namun pantang menyerah sampai akhirnya mereka menjadi beruntung," ucapnya.
Saleh kemudian mencoba-coba membuat kerajinan dari stik es krim seperti wadah tabungan, miniatur rumah, lampu hias dan yang lainnya. Meski bukan profesional, namun karya-karyanya tampak berkualitas.
"Ketika saya menonton tayangan di televisi itu, saya melihat banyak sekali orang cacat fisiknya yang kemudian bisa juga punya karya luar biasa. Lalu saya bertanya dalam hati, mereka bisa kenapa saya tidak? Sejak saat itu saya mencoba belajar membuat benda-benda yang bisa dimanfaatkan, terutama dari bahan bekas. Sampai saat ini saya terus mencoba membuat karya-karya baru. Padahal sebelum kondisi saya seperti ini, saya tidak bisa sama sekali membuat benda-benda seperti itu," katanya.
Saleh kemudian memberanikan diri menawarkan karyanya ke sejumlah orang yang ada di sekitar rumah. Tak disangka banyak orang yang senang dengan karyanya. Bahkan sebagian dari mereka meminta dipesankan barang yang mereka inginkan.
"Saya tidak ingin selamanya menyusahkan orang tua. Dengan apa yang saya bisa lakukan sekarang, saya coba mencari serupiah demi rupiah dengan tangan saya sendiri. Alhamdulillah, Tuhan Maha Pemberi, banyak juga yang berminat memesan dengan saya," lanjutnya.
Kini Saleh pun mulai bangkit dan memiliki cita-cita yakni bisa memiliki tempat yang layak untuk merakit karya-karyanya.
"Jangankan tempat tinggal yang layak, kursi roda saja saya belum mampu menggantinya. Yang saat ini merupakan hadiah dari Pak Makmur, mantan Bupati Berau. Beliau yang memberikan saya kursi roda ini beberapa tahun lalu. Sekarang, kondisinya sudah kurang baik. Semoga ada jalan nantinya kursi roda ini bisa kembali baik dan membantu saya lebih mudah beraktivitas," ungkapnya.
Lebih jauh, harapannya pun semoga karyanya bisa lebih meluas dan diterima oleh masyarakat dan pemkab serta bisa menjadi buah tangan bagi para wisatawan.
"Saya juga bermimpi, alangkah bahagianya kalau karya saya bisa diterima semua masyarakat dan Pemkab. Karya saya bisa menjadi buah tangan untuk para wisatawan, saya akan sangat senang sekali. Semoga ada perhatian dan jalan untuk menuju ke mimpi saya itu. Karena saat ini bagi saya lumpuh bukan akhir segalanya," tutupnya.
Baca Juga:
- Kekurangan Fisik Merupakan Tanda Kasih Sayang Allah
- Meski Memiliki Keterbatasan Fisik, Prinsip Pasangan Suami Istri Ini Patut Dijadikan Contoh
- Meski Seorang Difabel, Pria Ini Sukses Mandiri Dengan Berjualan Madu, Ternyata Ini Rahasianya