Siapa yang tidak kenal dengan Gus Dur? Pribadinya yang humoris memang bisa membuat orang tertawa. Bahkan guyonannya mampu membuat orang luar pun ikut tertawa. Salah satunya adalah seperti yang dilakukan oleh Gus Dur terhadap Raja Arab Saudi. Warga Arab pun baru pertama kali melihat sang raja begitu tertawa terbahak-bahak.
“Waktu itu ketika sudah pulang dari Arab, Bapak mendapat surat dari rakyat Arab. Isinya, yang mulia, apa yang mulia katakan sehingga semua rakyat Arab bisa melihat gigi Raja,” tutur Sinta Nuriyah Wahid, seperti yang dikutip dari Berita Santri.
Diungkapkan oleh Sinta bahwa Raja Arab Saudi sebelumnya tidak pernah tersenyum dan jika berkata pun tidak terlihat giginya.
“Bapak mengatakan kepada Raja, yang mulia, rakyat Indonesia banyak pintar bahasa Arab. Tapi berbeda dengan bahasa Arab disini, tapi bahasa Arab kitab, bukan komunikasi sehari hari,” kata Sinta menirukan Gus Dur.
Disebutkan oleh Sinta bahwa bahasa Arab yang diketahui oleh para santri di Indonesia kebanyakan adalah bahasa kitab, bukan bahasa sehari-hari sehingga sering terdapat perbedaan pemaknaan.
Hal ini pun yang dialami oleh seorang jamaah haji Indonesia yang mengartikan tulisan “Mamnu’uddukhul” pada sebuah ruangan dengan arti “Dilarang bers3tubuh”. Padahal pengertian sebenarnya adalah “Dilarang Masuk”.
“Komentar orang Indonesia itu, orang Arab memang keterlaluan, masa melakukan hal seperti itu di tempat seperti ini. Jadi Raja Arab itu ketawa ngakak,” ungkap Sinta.
“Waktu itu ketika sudah pulang dari Arab, Bapak mendapat surat dari rakyat Arab. Isinya, yang mulia, apa yang mulia katakan sehingga semua rakyat Arab bisa melihat gigi Raja,” tutur Sinta Nuriyah Wahid, seperti yang dikutip dari Berita Santri.
Diungkapkan oleh Sinta bahwa Raja Arab Saudi sebelumnya tidak pernah tersenyum dan jika berkata pun tidak terlihat giginya.
“Bapak mengatakan kepada Raja, yang mulia, rakyat Indonesia banyak pintar bahasa Arab. Tapi berbeda dengan bahasa Arab disini, tapi bahasa Arab kitab, bukan komunikasi sehari hari,” kata Sinta menirukan Gus Dur.
Disebutkan oleh Sinta bahwa bahasa Arab yang diketahui oleh para santri di Indonesia kebanyakan adalah bahasa kitab, bukan bahasa sehari-hari sehingga sering terdapat perbedaan pemaknaan.
Hal ini pun yang dialami oleh seorang jamaah haji Indonesia yang mengartikan tulisan “Mamnu’uddukhul” pada sebuah ruangan dengan arti “Dilarang bers3tubuh”. Padahal pengertian sebenarnya adalah “Dilarang Masuk”.
“Komentar orang Indonesia itu, orang Arab memang keterlaluan, masa melakukan hal seperti itu di tempat seperti ini. Jadi Raja Arab itu ketawa ngakak,” ungkap Sinta.
Baca Juga: Begini Kisah Unik Gus Dur Dan Abah Afandi Saat Usir Maling Di Pondokan