Jika Tak Kau Temukan Bahu Untuk Bersandar, Maka Ingatlah Masih Ada Bumi Untuk Bersujud, Subhanallah.. bukankah selalu ada Allah untuk kita? Kita bahkan bisa menemui, mencurahkan isi hati, dan bersandar kepada Allah kapanpun dan dimanapun kita mau.
Bersama Allah tak perlu menunggu di jam istirahat, di malam hari, ataupun di akhir pekan. Kapan pun Allah selalu ada untuk hambaNya. Untuk yang telah memiliki pasangan hidup pun bukan berarti mengandalkan pasangan untuk bersandar, tetap sandarkan diri hanya kepada Allah semata.
Mengapa jangan bersandar kepada manusia? Rasulullah bersabda, “Barang siapa ditimpa kesusahan, lalu ia mengadukannya kepada manusia, maka tidak akan tertutupi kesusahannya. Dan Barang siapa yang mengadukannya kepada Allah, maka pasti Allah Swt akan memberi rezeki kepadanya cepat atau lambat.” (HR. abu Daud dan At Tirmidzi)
Sungguh benar sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Jika kita terus menerus mendatangi orang lain, berkeluh kesah tentang segala permasalahan kita, belum tentu permasalahan kita selesai atau dibantu olehnya. Bisa jadi orang lain merasa bosan, enggan membantu, atau bahkan marah. Lalu bagaimana bila kita terus menerus datang kepada Allah? MasyaaAllah… Allah berikan ketenangan bagi hati kita, amat sangat mudah bagi Allah untuk menyelesaikan segala permasalahan kita, menghilangkan segala duka lara, bahkan Allah sangat cinta kepada hambaNya yang datang merintih, mengadu, dan berdoa kepadaNya.
Maka ketika ujian datang menyapa, sempurnakan ikhtiar kita dengan sabar dan bersujud kepadaNya. Sampaikan segala keperluan kita kepada Allah, serahkan segala urusan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya. Sandarkan hati dengan tawakkal. Sungguh takkan ada beban di luar kemampuan kita. Maka mengadulah kepada Allah, merintih, dan menangis seraya bermunajat.
“Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat bagi kami dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” ( Q.S al Kahf: 10)
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak kami sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami..” ( Q.S al Baqarah : 286)
Dalam shalat sehari semalam selalu kita ucapkan berulang-ulang “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin ” hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Sudahkah kita benar-benar mengamalkannya? Ataukah lisan kita hanya sekedar mengucap ” Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin” tanpa makna dan mendustakannya?
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'"
(QS. Al-Baqarah: 45)
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)
Yakinlah bahwa Allah sebaik- baik penolong dan sebaik-baik tempat bersandar. Dialah Yang Maha Kuat, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang Maha Memberi Pertolongan, Yang Maha Mengabulkan.. Sementara manusia adalah makhluknya yang bersifat lemah, fakir, lagi fana.
Maukah kita bersandar kepada yang lemah, fakir, dan fana? Alangkah merugi jika kita menyandarkan apapun kepada selain Allah, cukuplah Allah sebagai penolong. Karena sungguh, tidak ada yang mampu memberikan manfaat dan mudarat selain Allah, tiada yang mampu memberikan rezeki jika Allah telah menahannya, dan tiada pula yang sanggup menahan rezeki jika Allah telah memberikannya.
Hasbunallah wani'mal wakiil, Ni'mal maulaa wani'mannashiir, Laa haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim.
Bersama Allah tak perlu menunggu di jam istirahat, di malam hari, ataupun di akhir pekan. Kapan pun Allah selalu ada untuk hambaNya. Untuk yang telah memiliki pasangan hidup pun bukan berarti mengandalkan pasangan untuk bersandar, tetap sandarkan diri hanya kepada Allah semata.
Mengapa jangan bersandar kepada manusia? Rasulullah bersabda, “Barang siapa ditimpa kesusahan, lalu ia mengadukannya kepada manusia, maka tidak akan tertutupi kesusahannya. Dan Barang siapa yang mengadukannya kepada Allah, maka pasti Allah Swt akan memberi rezeki kepadanya cepat atau lambat.” (HR. abu Daud dan At Tirmidzi)
Sungguh benar sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Jika kita terus menerus mendatangi orang lain, berkeluh kesah tentang segala permasalahan kita, belum tentu permasalahan kita selesai atau dibantu olehnya. Bisa jadi orang lain merasa bosan, enggan membantu, atau bahkan marah. Lalu bagaimana bila kita terus menerus datang kepada Allah? MasyaaAllah… Allah berikan ketenangan bagi hati kita, amat sangat mudah bagi Allah untuk menyelesaikan segala permasalahan kita, menghilangkan segala duka lara, bahkan Allah sangat cinta kepada hambaNya yang datang merintih, mengadu, dan berdoa kepadaNya.
Maka ketika ujian datang menyapa, sempurnakan ikhtiar kita dengan sabar dan bersujud kepadaNya. Sampaikan segala keperluan kita kepada Allah, serahkan segala urusan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya. Sandarkan hati dengan tawakkal. Sungguh takkan ada beban di luar kemampuan kita. Maka mengadulah kepada Allah, merintih, dan menangis seraya bermunajat.
“Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat bagi kami dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” ( Q.S al Kahf: 10)
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak kami sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami..” ( Q.S al Baqarah : 286)
Dalam shalat sehari semalam selalu kita ucapkan berulang-ulang “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin ” hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Sudahkah kita benar-benar mengamalkannya? Ataukah lisan kita hanya sekedar mengucap ” Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin” tanpa makna dan mendustakannya?
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'"
(QS. Al-Baqarah: 45)
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)
Yakinlah bahwa Allah sebaik- baik penolong dan sebaik-baik tempat bersandar. Dialah Yang Maha Kuat, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang Maha Memberi Pertolongan, Yang Maha Mengabulkan.. Sementara manusia adalah makhluknya yang bersifat lemah, fakir, lagi fana.
Maukah kita bersandar kepada yang lemah, fakir, dan fana? Alangkah merugi jika kita menyandarkan apapun kepada selain Allah, cukuplah Allah sebagai penolong. Karena sungguh, tidak ada yang mampu memberikan manfaat dan mudarat selain Allah, tiada yang mampu memberikan rezeki jika Allah telah menahannya, dan tiada pula yang sanggup menahan rezeki jika Allah telah memberikannya.
Hasbunallah wani'mal wakiil, Ni'mal maulaa wani'mannashiir, Laa haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim.