Gambar di bawah ini memperlihatkan Kaisar Austria. Di sampingnya ada puteri dan permaisurinya memakai niqab (cadar) dengan sempurna. Karena dia seorang ratu, tak layak dipertontonkan wajahnya di hadapan para rakyatnya. Ini mengikuti kebiasaan kaum muslimah karena waktu itu kaum muslimin mendominasi dunia di zaman Khilafah Utsmaniyah. Sehingga kebiasaan mereka menjadi trend di dunia.
Adapun sekarang, dunia didominasi oleh kaum yang wanitanya suka telanjang, lalu kaum muslimin menjadikan kebiasaan itu sebagai trend, inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.
Sebagaimana sudah lazim diketahui, bahwa barang mahal memiliki ciri-ciri :
1. Dijual di toko berkelas -kelas.
2. Disimpan di etalase yang hanya bisa dipandang dibalik kaca
3. Disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh isinya
4. Tidak bisa dicoba dulu
5. Harganya mahal dengan jaminan memuaskan
6. Bergaransi.
Kebalikan dari barang mahal adalah barang murah. Ciri-cirinya:
1. Adanya di toko murah, di emperan atau di pasar
2. Tidak disegel
3. Diobral
4. Boleh dicoba, bebas disentuh-sentuh,
5. Dipegang-pegang, dicoba berulang kali oleh banyak orang
6. Setelah dicoba boleh tidak jadi dibeli
7. Tidak ada garansi.
Diibaratkan dua jenis tadi: “Toko berkelas” adalah keluarganya yang bermartabat yang taat pada agama.
“Disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh” adalah prinsip dibalik busana Muslimahnya “Tidak bisa dicoba dulu” adalah menjaga kehormatan.
Tidak bisa memesrai dan menggaulinya tanpa menikahinya dulu; “Harganya mahal” adalah pembelinya harus laki” yang juga mahal (terjaga akhlak dan kepribadiannya).
Laki-laki murahan tidak akan sanggup karena tidak akan berani.
Malu mendapatkannya dan merasa dirinya tidak seimbang. “Bergaransi” adalah orisinial, dijamin masih gadis dan belum disentuh laki-laki lain. Adalah jelas, menutup aurat adalah menjaga diri, menyegel diri, menghormati diri, memuliakan diri.
Perempuan yang menutup auratnya (dengan benar dan akhlaknya terjaga) adalah barang mahal yang tersimpan dalam etalase terjaga dalam sebuah kotak yang tidak bisa dibuka, tersegel, tidak bisa disentuh dan harganya mahal.
Sebaliknya, perempuan yang membuka auratnya (betis, paha, lengan, rambut, leher dan dada, apalagi lebih dari itu) adalah “barang obralan” yang murah tidak perlu repot-repot, ingin membukanya karena ia sudah terbuka (tidak ditutup) silahkan bebas menatap dan menyentuh, dan “merasakannya” (dalam pacaran). Kalau sudah tidak suka lagi atau tidak cocok, boleh tidak jadi memilikinya.
Jadilah, ia barang bekas. Barang bekas tentu tidak berkualitas, murah, karena sudah dipakai orang.
Adapun sekarang, dunia didominasi oleh kaum yang wanitanya suka telanjang, lalu kaum muslimin menjadikan kebiasaan itu sebagai trend, inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.
Sebagaimana sudah lazim diketahui, bahwa barang mahal memiliki ciri-ciri :
1. Dijual di toko berkelas -kelas.
2. Disimpan di etalase yang hanya bisa dipandang dibalik kaca
3. Disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh isinya
4. Tidak bisa dicoba dulu
5. Harganya mahal dengan jaminan memuaskan
6. Bergaransi.
Kebalikan dari barang mahal adalah barang murah. Ciri-cirinya:
1. Adanya di toko murah, di emperan atau di pasar
2. Tidak disegel
3. Diobral
4. Boleh dicoba, bebas disentuh-sentuh,
5. Dipegang-pegang, dicoba berulang kali oleh banyak orang
6. Setelah dicoba boleh tidak jadi dibeli
7. Tidak ada garansi.
Diibaratkan dua jenis tadi: “Toko berkelas” adalah keluarganya yang bermartabat yang taat pada agama.
“Disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh” adalah prinsip dibalik busana Muslimahnya “Tidak bisa dicoba dulu” adalah menjaga kehormatan.
Tidak bisa memesrai dan menggaulinya tanpa menikahinya dulu; “Harganya mahal” adalah pembelinya harus laki” yang juga mahal (terjaga akhlak dan kepribadiannya).
Laki-laki murahan tidak akan sanggup karena tidak akan berani.
Malu mendapatkannya dan merasa dirinya tidak seimbang. “Bergaransi” adalah orisinial, dijamin masih gadis dan belum disentuh laki-laki lain. Adalah jelas, menutup aurat adalah menjaga diri, menyegel diri, menghormati diri, memuliakan diri.
Perempuan yang menutup auratnya (dengan benar dan akhlaknya terjaga) adalah barang mahal yang tersimpan dalam etalase terjaga dalam sebuah kotak yang tidak bisa dibuka, tersegel, tidak bisa disentuh dan harganya mahal.
Sebaliknya, perempuan yang membuka auratnya (betis, paha, lengan, rambut, leher dan dada, apalagi lebih dari itu) adalah “barang obralan” yang murah tidak perlu repot-repot, ingin membukanya karena ia sudah terbuka (tidak ditutup) silahkan bebas menatap dan menyentuh, dan “merasakannya” (dalam pacaran). Kalau sudah tidak suka lagi atau tidak cocok, boleh tidak jadi memilikinya.
Jadilah, ia barang bekas. Barang bekas tentu tidak berkualitas, murah, karena sudah dipakai orang.