Saat ini banyak yang begitu takut dengan ucapan ‘Jihad’ karena orang yang melakukannya sudah tidak mempedulikan diri mereka sendiri demi satu tujuan, bahkan siap mati sekalipun. Konsep ini pun dilayangkan kepada umat Islam karena seringkali membahas tentang pentingnya jihad. Padahal salah seorang Guru Besar Filsafat Islam di Universitas Paramadina yakni Prof DR Abdul Hadi WM menyebutkan dengan jelas bahwa konsep tersebut sudah ada di setiap agama dan budaya di dunia.
“Hanya pengertian dan coraknya saja berbeda-beda. Dalam budaya Jepang misalnya, kita kenal bushido. Perang antara Pandawa dan Kurawa di Padang Kuru dalam epik Mahabharata adalah paparan tentang perang yang disebut jihad besar,” kata Abdul Hadi, yang juga pelopor sastra sufi dan penyair terkemuka Indonesia, seperti yang dikutip dari Republika, Sabtu (21/1).
Meski konsep tersebut ada di semua agama, bangsa barat dan eropa begitu takut dengan konsep jihad di agama Islam. Mengapa bisa demikian?
Diungkapkan oleh Abdul Hadi bahwa jihad Islam begitu ditakuti karena merupakan rintangan yang paling sukar dan berat oleh kolonial barat dalam memperluas wilayah seperti di Asia dan Afrika. Kaum musliminlah yang paling gigih dalam menentang kehadiran bangsa Eropa yang hendak menjajah.
“Barat memang bisa menaklukkan wilayah-wilayah kaum Muslimin (Darul Islam), mengendalikan kehidupan ekonomi dan politiknya. Tetapi mereka tidak mampu mengubah keyakinan agama mereka. Mereka juga tidak mampu menghancurkan sepenuhnya kebudayaan Islam,’’ tegasnya.
Kehebatan Jihad Islam juga terlihat pada masa Perang Salib yang terjadi sejak abad ke 11 hingga ke 13 Masehi.
Diungkapkan oleh Abdul Hadi bahwa generasi umat Islam tidak boleh takut dalam menghadapi masa depan karena jihad bukan berarti harus selalu perang.
“Jihad memiliki arti luas yaitu ikhtiar sungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu dan ikhtiar itu bisa dilakukan secara fisik dan spiritual. Jangan pula sampai lupa bahwa umur penguasa boleh jadi hanya semusim dan umur umat berabad-abad,’’ tandas Abdul Hadi.
Adapun dalam sejarah islam di Indonesia, fatwa tentang jihad dikemukakan oleh Syekh Abdul Samad Al Palembani pada akhir 18 Masehi yang merupakan pengikut ajaran imam Al Ghazali serta pendiri Thariqat Sammaniyah.
Dengan fatwa itulah Pangeran Diponegoro berani angkat senjata terhadap Belanda. Bahkan saking takutnya, pemerintah Belanda melarang kajian kitab kuning di pesantren.
''Jadi jelas sejak dulu, menentang kolonialisme dan antek-anteknya itu haram bagi Islam. Tetapi memerangi dan menista Islam itu halal bagi penjajah dan agen-agennya,'' tandas Abdul Hadi.
Baca Juga:
“Hanya pengertian dan coraknya saja berbeda-beda. Dalam budaya Jepang misalnya, kita kenal bushido. Perang antara Pandawa dan Kurawa di Padang Kuru dalam epik Mahabharata adalah paparan tentang perang yang disebut jihad besar,” kata Abdul Hadi, yang juga pelopor sastra sufi dan penyair terkemuka Indonesia, seperti yang dikutip dari Republika, Sabtu (21/1).
Meski konsep tersebut ada di semua agama, bangsa barat dan eropa begitu takut dengan konsep jihad di agama Islam. Mengapa bisa demikian?
Diungkapkan oleh Abdul Hadi bahwa jihad Islam begitu ditakuti karena merupakan rintangan yang paling sukar dan berat oleh kolonial barat dalam memperluas wilayah seperti di Asia dan Afrika. Kaum musliminlah yang paling gigih dalam menentang kehadiran bangsa Eropa yang hendak menjajah.
“Barat memang bisa menaklukkan wilayah-wilayah kaum Muslimin (Darul Islam), mengendalikan kehidupan ekonomi dan politiknya. Tetapi mereka tidak mampu mengubah keyakinan agama mereka. Mereka juga tidak mampu menghancurkan sepenuhnya kebudayaan Islam,’’ tegasnya.
Kehebatan Jihad Islam juga terlihat pada masa Perang Salib yang terjadi sejak abad ke 11 hingga ke 13 Masehi.
Diungkapkan oleh Abdul Hadi bahwa generasi umat Islam tidak boleh takut dalam menghadapi masa depan karena jihad bukan berarti harus selalu perang.
“Jihad memiliki arti luas yaitu ikhtiar sungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu dan ikhtiar itu bisa dilakukan secara fisik dan spiritual. Jangan pula sampai lupa bahwa umur penguasa boleh jadi hanya semusim dan umur umat berabad-abad,’’ tandas Abdul Hadi.
Adapun dalam sejarah islam di Indonesia, fatwa tentang jihad dikemukakan oleh Syekh Abdul Samad Al Palembani pada akhir 18 Masehi yang merupakan pengikut ajaran imam Al Ghazali serta pendiri Thariqat Sammaniyah.
Dengan fatwa itulah Pangeran Diponegoro berani angkat senjata terhadap Belanda. Bahkan saking takutnya, pemerintah Belanda melarang kajian kitab kuning di pesantren.
''Jadi jelas sejak dulu, menentang kolonialisme dan antek-anteknya itu haram bagi Islam. Tetapi memerangi dan menista Islam itu halal bagi penjajah dan agen-agennya,'' tandas Abdul Hadi.
Baca Juga:
- Jihad Yang Paling Afdhol Itu Bernama ‘Haji’
- Mengerjakan Amalan Ini Di 10 Hari Bulan Dzulhijjah Lebih Utama Daripada Jihad Fi Sabilillah
- Islam Dan Tuhan Tidak Perlu Dibela, Benarkah?