Ada banyak kisah atau sejarah di negeri ini yang sepatutnya menjadi pembelajaran bagi kita semua. Salah satunya seperti percakapan antara seorang Gubernur Hindia Belanda bernama Van Der Plas dengan seorang ulama bernama KH A Wahab Chasbullah.
Sebelum masuk kepada pembicaraan inti mengenai diplomasi, terlebih dahulu sang Gubernur hendak menguji kecerdasan KH Wahab terkait ilmu Teologi. Van der Plas kemudian mengajukan satu pertanyaan yang begitu sulit dan beranggapan bahwa KH Wahab bisa terjebak dengan pertanyaan tersebut.
“Kiai, menurut Kiai lebih enak dan nyaman mana antara bernaung di bawah pohon hidup dengan bernaung di bawah pohon yang mati,” tanya Van der Plas.
Kiai Wahab yang sudah lama berguru termasuk salah satunya kepada Syaikhona Kholil Bangkalan mengetahui bahwa pertanyaan yang disampaikan oleh Gubernur Hindia Belanda tersebut bukanlah arti harfiah, melaikan arti majazi. Ada pesan tersirat dalam pertanyaan tersebut yang sengaja digunakan untuk menjebaknya.
Kiai Wahab yang matang dalam ilmu mantiq (logika Aristoteles) dan Balaghoh (susastra arab) tidak terlalu sulit untuk memahami isi atau makna yang terkandung dalam kalimat tersebut.
Menurut keilmuan Kiai Wahab, ‘pohon hidup’ yang dimaksud adalah Nabi Isa yang masih hidup hingga kini dan berada di langit. Dengan kata lain hal ini menjadi representasi agama Kristen yang jadi agamanya Hindia Belanda waktu itu. Sementara ‘pohon mati’ diartikan Nabi Muhammad yang telah wafat dan menjadi representasi agama Islam, agama mayoritas pribumi.
Dengan mantap, Kiai Wahab kemudian menjawab, “Saya lebih memilih berteduh di pohon mati.”
Van der Plas langsung kaget mendengarnya dan tidak menyangka bahwa Kiai Wahab bisa menjawab demikian.
“Bagaimana bisa Kiai memilih berteduh di bawah pohon mati, apa argumentasinya?”
“Sejam saja saya berada di bawah pohon hidup di waktu malam sudah begitu tersiksa, ada gigitan nyamuk, hawa dingin, suasana senyap, semua itu membuat saya tidak tahan. Tapi tiap malam saya berteduh di pohon mati justru begitu nikmat dan nyamannya. Lihat dalam gedung ini, itu reng-reng di atas, balok-balok, bukankah itu semua pohon mati,” jawab Kiai Wahab begitu taktisnya.
Baca Juga:
Sebelum masuk kepada pembicaraan inti mengenai diplomasi, terlebih dahulu sang Gubernur hendak menguji kecerdasan KH Wahab terkait ilmu Teologi. Van der Plas kemudian mengajukan satu pertanyaan yang begitu sulit dan beranggapan bahwa KH Wahab bisa terjebak dengan pertanyaan tersebut.
“Kiai, menurut Kiai lebih enak dan nyaman mana antara bernaung di bawah pohon hidup dengan bernaung di bawah pohon yang mati,” tanya Van der Plas.
Kiai Wahab yang sudah lama berguru termasuk salah satunya kepada Syaikhona Kholil Bangkalan mengetahui bahwa pertanyaan yang disampaikan oleh Gubernur Hindia Belanda tersebut bukanlah arti harfiah, melaikan arti majazi. Ada pesan tersirat dalam pertanyaan tersebut yang sengaja digunakan untuk menjebaknya.
Kiai Wahab yang matang dalam ilmu mantiq (logika Aristoteles) dan Balaghoh (susastra arab) tidak terlalu sulit untuk memahami isi atau makna yang terkandung dalam kalimat tersebut.
Menurut keilmuan Kiai Wahab, ‘pohon hidup’ yang dimaksud adalah Nabi Isa yang masih hidup hingga kini dan berada di langit. Dengan kata lain hal ini menjadi representasi agama Kristen yang jadi agamanya Hindia Belanda waktu itu. Sementara ‘pohon mati’ diartikan Nabi Muhammad yang telah wafat dan menjadi representasi agama Islam, agama mayoritas pribumi.
Dengan mantap, Kiai Wahab kemudian menjawab, “Saya lebih memilih berteduh di pohon mati.”
Van der Plas langsung kaget mendengarnya dan tidak menyangka bahwa Kiai Wahab bisa menjawab demikian.
“Bagaimana bisa Kiai memilih berteduh di bawah pohon mati, apa argumentasinya?”
“Sejam saja saya berada di bawah pohon hidup di waktu malam sudah begitu tersiksa, ada gigitan nyamuk, hawa dingin, suasana senyap, semua itu membuat saya tidak tahan. Tapi tiap malam saya berteduh di pohon mati justru begitu nikmat dan nyamannya. Lihat dalam gedung ini, itu reng-reng di atas, balok-balok, bukankah itu semua pohon mati,” jawab Kiai Wahab begitu taktisnya.
Baca Juga:
- Inilah 7 Ulama Hebat Asal Indonesia Yang Mendunia
- Ingin Dimudahkan Mendapatkan Rezeki? Amalkan Nasehat Dari Syikhona Kholil Bangkalan Ini
- Kisah Nyata Kyai Arwani Kudus Ketika Kecopetan