Saya terima nikah dan kawinnya Siti Aminah dengan Mas Kawin QS. Ar Rahman dan seperangkat alat Shalat dibayar tunai.
Sontak seluruh hadirin ramai gemuruh menyatakan 'SAH' dibarengi decak kagum di dalam hati serta perasaan bergetar dalam jiwa mereka yang beriman, ketika pengantin lelaki membayar maharnya dengan membacakan QS. Ar Rahman yang telah dihafalkannya sebagai mas kawin terindah untuk sang pujaan hati.
Pemuda itu bernama 'Sholeh', Ia dengan tartil membaca surah Ar Rahman sesuai dengan kaidah tajwid dan ilmu qiraat.
Warga yang ikut menyaksikan pun menjadi bertanya-tanya mengenai pernikahan yang tidak umum ini, maka diantara para hadirin ketika di sela-sela istirahat dzuhur, seorang warga yang bernama Pak Asrul mencoba menanyakan ganjalan di hatinya kepada sang ayah dari pengantin wanita. Dan sang ayah itu bernama Pak Muhammad merupakan seorang Da'i yang waktu dan pikirannya telah beliau curahkan untuk dakwah islam.
Dialog kecil pun terjadi
Pak Asrul : Assalamualaikum, Pak Muhammad, boleh saya bertanya sedikit? Mumpung tamu juga belum ada yang datang lagi.
Pak Muhammad : Waalaikumsalam, silahkan. Insya Allah saya jawab sesuai kemampuan.
Pak Asrul : pernikahan anak bapak ini sungguh tidak biasa karena mas kawin yang diberikan hanyalah suatu surat di dalam Al Qur'an dilengkapi hanya dengan seperangkat alat sholat. Apakah memang bapak dan keluarga hanya meminta yang demikian? Dan sebelumnya saya mohon maaf jika tidak berkenan, apakah menantu bapak itu dari kalangan orang tak mampu? Maaf sekali lagi
Pak Muhammad : oh begitu. Baiklah. Pak Asrul, akan saya jawab.
Pertanyaan pertama : Saya dan keluarga memang yang meminta mas kawin tersebut dengan landasan hanya dengan dua hal,
Kesatu : saya dan keluarga hanya ingin mempermudah pernikahan anak saya karena sungguh banyak orang tua yang membiarkan putrinya dibawa kesana kemari dengan pria yang gak jelas namun tanpa diminta apa pun. Seolah putrinya digratiskan. Tidak kah kita khawatir dengan ancaman yang mungkin terjadi pada putri kita?
Namun yang menyedihkan ya Pak Asrul, ketika ada yang datang dengan niat baik dan sesuai dengan kaidah Allah ta'ala, ia datang untuk melamar dan berniat menjadikan putrinya pasangan hidup. Apa yang terjadi kiranya pak Asrul? Pertanyaan demi pertanyaan muncul yang diarahkan keseluruhannya pada masa depan putrinya di dunia, padahal bukankah Allah ta'ala telah menjamin rezeki dan yang miskin akan Allah ta'ala buat kaya ketika keduanya menikah dan membangun keluarga berdasarkan cara Nya yang bertahap.
Bahkan yang lebih parahnya lagi, permintaan mahar dengan angka yang fantastis datang atas permintaan keluarga sehingga sangat memberatkan pemuda yang berniat baik tersebut.
Jika ini terjadi pada kehidupan keluarga kita, sangatlah fatal Pak Asrul karena dengan sikap ini, kita memudahkan peluang maksiat bagi putri kita, dan mempersulit peluang ibadah bagi putri kita. Naudzubillah Pak Asrul.
Pak Muhammad : yang Kedua : Pak Asrul, sebelum menjawab, saya bertanya kepada bapak. Apakah sesungguhnya kunci kebahagiaan itu?
Pak Asrul : kunci kebahagiaan itu kiranya ketika terdapat kepuasan bathin terhadap apa yang telah diraih. Itu menurut saya. Bagaimana pendapat bapak?
Pak Muhammad : saya setuju dengan Pak Asrul, namun apakah yang diraih harus dalam jumlah besar agar hati menjadi puas?
Pak Asrul : tentu tidak, karena kepuasan hati itu unik dan tidak dapat diterka terkadang pencapaian kecil pun akan dirasakan indah. Misal ketika anak saya yang berumur 3 tahun membuatkan teh hangat untuk pelengkap sarapan saya di pagi hari. Saya sangat bahagia melebihi bahagianya saya ketika datang sms banking yang menyatakan "GAJI" saya sudah masuk.
Pak Muhammad : boleh tidak Pak Asrul, jika saya katakan bahwa anda bersyukur dengan apa yang telah anda dapatkan dari anak anda yang berusia 3 tahun tersebut sekalipun secara nilai tidak seberapa?
Pak Asrul : bisa dikatakan begitu juga bahwa saya bersyukur bahwa anak saya sangat menyayangi saya dengan caranya yang sederhana. Karena ia masih sangat anak-anak. Jauh dari dewasa. Ada cinta yang saya rasakan dan cinta dari anak itu tak ternilai dengan besaran uang.
Pak Muhammad : nah, itu alasan kedua saya, mengapa saya mintakan surat Ar Rahman sebagai Mas Kawin yang boleh jadi menantu saya ini bersusah payah menghafalkannya untuk meminang anak saya. Walaupun jika saya mintakan mas kawin mobil sedan baru pun, insya Allah, menantu saya mampu membelinya, karena ia sudah sangat mapan dengan bisnis yang telah sukses dipimpinnya.
Namun perjuangannya menghafalkan QS Ar Rahman yang tidak terlihat secara materi telah menbuktikan bahwa ada cinta yang coba ia berikan secara sederhana namun tak ternilai harganya.
Selanjutnya, Bapak tau kenapa saya mintakan surat Ar Rahman, bukan surat dalam Al Qur'an lainnya?
Pak Asrul : tentunya saya tidak tau, bahkan bagi saya, ini adalah pernikahan dengan mas kawin yang sangat unik
Pak Muhammad : baiklah saya jelaskan, sudah dapat dipastikan bahwa setiap orang sangat ingin anak putrinya mendapatkan kebahagiaan dari seorang suaminya setelah ia menikah, bukan? Dan kita sepakat bahwa kunci kebahagiaan itu tertletak pada bathin yang bersyukur dan akibat upaya seseorang mencurahkan cinta. Nah, oleh karenanya saya mintakan surat Ar Rahman karena Allah ta'ala berulang-ulang bertanya seraya mengingatkan manusia untuk mensyukuri nikmatnya di dalam surat Ar Rahman dengan kalimat "maka nikmat TUHAN kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Saya sangat ingin menantu saya paham betul dengan menghafal surat ini bahwa putri saya yang kini menjadi isterinya merupakan nikmat yang telah Allah swt hadirkan untuk disyukuri dan dengan curahan cintanya yang bersusah payah menghafal kalam Allah swt, sehingga ia akan menyayangi dan memelihara putri saya dengan baik. Begitu kiranya Pak Asrul.
Pak Asrul : Baik Pak Muhammad. Terima kasih banyak atas penjelasannya. Saya doakan agar pernikahan putrinya, Sakinah Mawadah, Warohmah. saya pun mohon bimbingan dalam memahami islam ya Pak Muhammad
Pak Muhammad : Aamiin. Jazakallah khayr atas doa bapak. Dan mengenai bimbingan, Insya Allah kita belajar bersama memahami dan mengaplikasikan islam.
Pak Asrul pun berlalu sambil terus memikirkan penjelasan yang luar biasa dari ketidakumuman pernikahan anak Pak Muhammad. Tanpa terasa ia pun menitikan air mata setelahnya, seraya berkata. Benar yang disampaikan Pak Muhammad. Ya Allah swt, betapa indah islam itu, melebihi apa yang aku pahami.
Selepas diskusi singkat, keduanya pun kembali pada aktivitasnya, Pak Muhammad kembali menerima tamu undangan.
NB : Bersambung hingga 3 hari ke depan.
Wallahu a'lam. [Seri Cerita Pendek oleh Maulana Ishak, S.Pi / Mozaik Inilah]
Sontak seluruh hadirin ramai gemuruh menyatakan 'SAH' dibarengi decak kagum di dalam hati serta perasaan bergetar dalam jiwa mereka yang beriman, ketika pengantin lelaki membayar maharnya dengan membacakan QS. Ar Rahman yang telah dihafalkannya sebagai mas kawin terindah untuk sang pujaan hati.
Pemuda itu bernama 'Sholeh', Ia dengan tartil membaca surah Ar Rahman sesuai dengan kaidah tajwid dan ilmu qiraat.
Warga yang ikut menyaksikan pun menjadi bertanya-tanya mengenai pernikahan yang tidak umum ini, maka diantara para hadirin ketika di sela-sela istirahat dzuhur, seorang warga yang bernama Pak Asrul mencoba menanyakan ganjalan di hatinya kepada sang ayah dari pengantin wanita. Dan sang ayah itu bernama Pak Muhammad merupakan seorang Da'i yang waktu dan pikirannya telah beliau curahkan untuk dakwah islam.
Dialog kecil pun terjadi
Pak Asrul : Assalamualaikum, Pak Muhammad, boleh saya bertanya sedikit? Mumpung tamu juga belum ada yang datang lagi.
Pak Muhammad : Waalaikumsalam, silahkan. Insya Allah saya jawab sesuai kemampuan.
Pak Asrul : pernikahan anak bapak ini sungguh tidak biasa karena mas kawin yang diberikan hanyalah suatu surat di dalam Al Qur'an dilengkapi hanya dengan seperangkat alat sholat. Apakah memang bapak dan keluarga hanya meminta yang demikian? Dan sebelumnya saya mohon maaf jika tidak berkenan, apakah menantu bapak itu dari kalangan orang tak mampu? Maaf sekali lagi
Pak Muhammad : oh begitu. Baiklah. Pak Asrul, akan saya jawab.
Pertanyaan pertama : Saya dan keluarga memang yang meminta mas kawin tersebut dengan landasan hanya dengan dua hal,
Kesatu : saya dan keluarga hanya ingin mempermudah pernikahan anak saya karena sungguh banyak orang tua yang membiarkan putrinya dibawa kesana kemari dengan pria yang gak jelas namun tanpa diminta apa pun. Seolah putrinya digratiskan. Tidak kah kita khawatir dengan ancaman yang mungkin terjadi pada putri kita?
Namun yang menyedihkan ya Pak Asrul, ketika ada yang datang dengan niat baik dan sesuai dengan kaidah Allah ta'ala, ia datang untuk melamar dan berniat menjadikan putrinya pasangan hidup. Apa yang terjadi kiranya pak Asrul? Pertanyaan demi pertanyaan muncul yang diarahkan keseluruhannya pada masa depan putrinya di dunia, padahal bukankah Allah ta'ala telah menjamin rezeki dan yang miskin akan Allah ta'ala buat kaya ketika keduanya menikah dan membangun keluarga berdasarkan cara Nya yang bertahap.
Bahkan yang lebih parahnya lagi, permintaan mahar dengan angka yang fantastis datang atas permintaan keluarga sehingga sangat memberatkan pemuda yang berniat baik tersebut.
Jika ini terjadi pada kehidupan keluarga kita, sangatlah fatal Pak Asrul karena dengan sikap ini, kita memudahkan peluang maksiat bagi putri kita, dan mempersulit peluang ibadah bagi putri kita. Naudzubillah Pak Asrul.
Pak Muhammad : yang Kedua : Pak Asrul, sebelum menjawab, saya bertanya kepada bapak. Apakah sesungguhnya kunci kebahagiaan itu?
Pak Asrul : kunci kebahagiaan itu kiranya ketika terdapat kepuasan bathin terhadap apa yang telah diraih. Itu menurut saya. Bagaimana pendapat bapak?
Pak Muhammad : saya setuju dengan Pak Asrul, namun apakah yang diraih harus dalam jumlah besar agar hati menjadi puas?
Pak Asrul : tentu tidak, karena kepuasan hati itu unik dan tidak dapat diterka terkadang pencapaian kecil pun akan dirasakan indah. Misal ketika anak saya yang berumur 3 tahun membuatkan teh hangat untuk pelengkap sarapan saya di pagi hari. Saya sangat bahagia melebihi bahagianya saya ketika datang sms banking yang menyatakan "GAJI" saya sudah masuk.
Pak Muhammad : boleh tidak Pak Asrul, jika saya katakan bahwa anda bersyukur dengan apa yang telah anda dapatkan dari anak anda yang berusia 3 tahun tersebut sekalipun secara nilai tidak seberapa?
Pak Asrul : bisa dikatakan begitu juga bahwa saya bersyukur bahwa anak saya sangat menyayangi saya dengan caranya yang sederhana. Karena ia masih sangat anak-anak. Jauh dari dewasa. Ada cinta yang saya rasakan dan cinta dari anak itu tak ternilai dengan besaran uang.
Pak Muhammad : nah, itu alasan kedua saya, mengapa saya mintakan surat Ar Rahman sebagai Mas Kawin yang boleh jadi menantu saya ini bersusah payah menghafalkannya untuk meminang anak saya. Walaupun jika saya mintakan mas kawin mobil sedan baru pun, insya Allah, menantu saya mampu membelinya, karena ia sudah sangat mapan dengan bisnis yang telah sukses dipimpinnya.
Namun perjuangannya menghafalkan QS Ar Rahman yang tidak terlihat secara materi telah menbuktikan bahwa ada cinta yang coba ia berikan secara sederhana namun tak ternilai harganya.
Selanjutnya, Bapak tau kenapa saya mintakan surat Ar Rahman, bukan surat dalam Al Qur'an lainnya?
Pak Asrul : tentunya saya tidak tau, bahkan bagi saya, ini adalah pernikahan dengan mas kawin yang sangat unik
Pak Muhammad : baiklah saya jelaskan, sudah dapat dipastikan bahwa setiap orang sangat ingin anak putrinya mendapatkan kebahagiaan dari seorang suaminya setelah ia menikah, bukan? Dan kita sepakat bahwa kunci kebahagiaan itu tertletak pada bathin yang bersyukur dan akibat upaya seseorang mencurahkan cinta. Nah, oleh karenanya saya mintakan surat Ar Rahman karena Allah ta'ala berulang-ulang bertanya seraya mengingatkan manusia untuk mensyukuri nikmatnya di dalam surat Ar Rahman dengan kalimat "maka nikmat TUHAN kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Saya sangat ingin menantu saya paham betul dengan menghafal surat ini bahwa putri saya yang kini menjadi isterinya merupakan nikmat yang telah Allah swt hadirkan untuk disyukuri dan dengan curahan cintanya yang bersusah payah menghafal kalam Allah swt, sehingga ia akan menyayangi dan memelihara putri saya dengan baik. Begitu kiranya Pak Asrul.
Pak Asrul : Baik Pak Muhammad. Terima kasih banyak atas penjelasannya. Saya doakan agar pernikahan putrinya, Sakinah Mawadah, Warohmah. saya pun mohon bimbingan dalam memahami islam ya Pak Muhammad
Pak Muhammad : Aamiin. Jazakallah khayr atas doa bapak. Dan mengenai bimbingan, Insya Allah kita belajar bersama memahami dan mengaplikasikan islam.
Pak Asrul pun berlalu sambil terus memikirkan penjelasan yang luar biasa dari ketidakumuman pernikahan anak Pak Muhammad. Tanpa terasa ia pun menitikan air mata setelahnya, seraya berkata. Benar yang disampaikan Pak Muhammad. Ya Allah swt, betapa indah islam itu, melebihi apa yang aku pahami.
Selepas diskusi singkat, keduanya pun kembali pada aktivitasnya, Pak Muhammad kembali menerima tamu undangan.
NB : Bersambung hingga 3 hari ke depan.
Wallahu a'lam. [Seri Cerita Pendek oleh Maulana Ishak, S.Pi / Mozaik Inilah]