Hijrah yang awalnya dikarenakan niat duniawi ternyata menjadi jalan seseorang memperoleh hidayah untuk mencintai agama Islam. Itulah yang terjadi pada sosok gadis bernama Cindy Pravitri dimana ia terlebih dahulu mengucapkan kalimat syahadat lantaran berniat mempermalukan keluarganya yang taat.
Cindy sendiri lahir dari keluarga Katolik dan tinggal di Lumajang. Di sana keluarganya dikenal luas sebagai orang yang taat. Terlahir sebagai muslim, ibunya kemudian berpindah agama setelah dinikahi oleh sang ayah yang seorang Katolik.
Sebelumnya kehidupan keluarga Cindy terbilang harmonis, hingga suatu ketika sebuah masalah menyebabkan kedua orangtuanya bercerai. Cindy yang masih duduk di SMA merasa terpukul dengan kondisi tersebut dan tidak menerima jika kedua orangtuanya harus berpisah.
Di saat itu, muncullah ide untuk membuat malu keluarganya dengan cara berpindah agama menjadi muslim. Ini karena di Katolik, agama Islam merupakan agama yang rendahan. Tentu keluarganya akan merasa malu ketika Cindy yang lahir dari keluarga taat harus pindah agama ke Islam.
“Menurut keyakinan yang dulu, Islam kan agama bawaanya Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim punya dua orang istri, yang satu Siti Sarah dan satu Siti Hajar. Siti Hajar kan adalah seorang budak yang dimerdekakan oleh Nabi Ibrahim dan Islam lahir dari keturunannya Siti Hajar yaitu Nabi Ismail dan dari keturunan ini lahirnya Nabi Muhammad SAW. Karena itu, Nasrani menganggap Islam itu agama yang rendah karena lahir dari keturunan budak,” ucapnya, seperti yang dikutip dari Republika.
Dikatakannya bahwa alasan kenapa tidak memilih agama lain karena agama seperti Budha dan Hindu memiliki strata yang sama dengan Katolik sehingga hanya masuk Islam-lah keluarganya akan menjadi malu.
Setelah yakin dengan keputusannya, Cindy pun meminta bantuan temannya yang muslim untuk mengajarkan agama Islam, meski niatnya hanya untuk memberontak dan rasa dendam. Ucapan syahadat kemudian mengalir dari lisannya, meski di hatinya belum mencintai agama Islam.
Hingga suatu hari ada seorang guru yang mengetahui hijrahnya Cindy dan mengajaknya berbicara serius tentang Islam.
“Aku dipanggil ke kantor guru. Dan guruku nanya, apakah aku sudah benar-benar mengenal Islam?" katanya.
Sang guru kemudian menjelaskan tentang ketauhidan terlebih dahulu dimana Islam hanya mengakui satu Tuhan saja yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berbeda dengan Kristen yang mengakui adanya tiga Tuhan.
Dijelaskan juga bahwa Yesus dalam agama Kristen merupakan Nabi Isa ‘Alaihi Salam dan bukanlah anak Tuhan.
"Terus guruku jelasin kalau agama yang tidak meyakini Islam itu adalah kafir. Dan kafir itu memang ada dalam Alquran bukan stereotype-nya orang Muslim terhadap pemeluk agama lain. Jujur, aku sangat kaget ketika itu dan sedih karena keluargaku ternyata kafir," ujarnya.
Sejak saat itu hatinya mulai goyah dan kembali lagi ke gereja. Namun hatinya berontak melihat tata cara ibadah Kristen dan khotbahnya. Cindy pun lantas memberanikan diri menyatakan kepada ibunya bahwa ia telah menjadi seorang muslim.
Tentu saja sang ibu menangis dan membujuk Cindy untuk kembali menjadi seorang nasrani serta memintanya untuk kembali ke gereja. Cindy akhirnya mau menuruti ibunya, meski hatinya kini menolak.
Selama 2 tahun Cindy tidak menganut agama apapun, namun di saat yang sama juga ia tetap mempelajari agama Islam hingga akhirnya ia menemukan ketenangan yang luar biasa.
“Setelah mempelajari Islam lebih dalam, aku selalu nangis ngeliat matahari dan ciptaan-ciptaan Allah. Aku merasa kaya ada cahaya yang nembus di hati aku. Mungkin ini kedengaranya berlebihan ya, tapi itu yang aku rasa. Aku takjub dengan kekuasaan Allah.”
Ketika memasuki masa kuliah, perlahan tapi pasti Allah membimbingnya untuk mengenal Islam lewat temannya dan diperkenalkan kepada seorang guru ngaji bernama Ibu Dewi. Sejak itu ia mulai bisa menjalankan shalat, baca qur’an dan memahami ajaran Islam hingga membuatnya benar-benar jatuh cinta pada Islam.
“Islam itu agama yang logis dan jelas, kalau di Alqitab ada larangan untuk minum khamr dan makan babi, tapi nggak dijelaskan secara rinci dan pemeluk agamanya pun tetap saja banyak yang makan-makanan itu. Beda dengan Islam yang dijelaskan kenapa dilarang dan umat Muslim pun enggak makan-makanan itu kan! Di situlah aku semakin cinta dan yakin dengan Islam," ujarnya.
Setelah beberapa bulan mengaji, Ibu Dewi kemudian mempertanyakan tentang kesiapan Cindy untuk berhijab. Karena takut dengan respon orangtua dan tak ingin beradu argumen dengan guru ngajinya tersebut, Cindy pun menjawab sekenanya yakni bulan April.
Maka ketika masuk bulan April, Ibu Dewi mempertanyakan kembali tentang kesiapan Cindy untuk berhijab. Kali ini Cindy menyebutkan tidak memiliki uang dan guru ngajinya tersebut lantas memberikan baju gamis dan kerudung syar’i untuk Cindy. Namun Cindy tetap belum mantap untuk berhijab.
Hingga suatu hari Cindy terkena cacar sehingga membuat bekas di sekujur tubuhnya.
“Aku ditanya sama Bu Dewi kenapa aku nggak ngaji-ngaji? Aku jelasin bahwa aku kena cacar air dan malu untuk ke luar rumah. Bu Dewi ingatin kalau aku bisa pakai baju panjang dan hijab darinya. Di situ juga aku berpikir, apa ini ya teguran dari Allah karena aku sudah janji mau berhijab waktu itu. Ya sudah, setelah itu aku pakai hijab sampai saat ini,” tuturnya.
Lantaran mengenakan pakaian muslimah, pihak keluarga akhirnya tahu dan membencinya. Hati Cindy yang begitu sedih kemudian diingatkan oleh tetangganya yang muslim bahwa sikap keluarga bukanlah benci tetapi merupakan tanda sayang lantaran sudah keluar dari keimanan mereka.
Cindy akhirnya menerima sikap keluarganya yang tetap marah kepadanya. Hingga akhirnya sang ayah menikah kembali dengan seorang muslimah dan memeluk agama Islam. Cindy pun merasa senang dan bersemangat untuk mengajak ibu beserta adik-adiknya menjadi mualaf.
“Sering aku berdoa biar keluarga dapat hidayah. Sering juga aku ajak mama untuk kembali masuk Islam, tapi mama malah semakin benci Islam sampai aku ada di titik menyerah, nggak mau ngajakin mama masuk Islam lagi,” kenangnya.
Kini Cindy telah menikah dan dikaruniai suami yang baik dan shaleh. Sang ibu pun lantas masuk Islam setelah bertemu dengan seorang ustad yang menasehatinya untuk kembali pada Islam. Cindy pun bersyukur karena anggota keluarga yang lain perlahan-lahan hijrah menjadi muslim.
Cindy sendiri lahir dari keluarga Katolik dan tinggal di Lumajang. Di sana keluarganya dikenal luas sebagai orang yang taat. Terlahir sebagai muslim, ibunya kemudian berpindah agama setelah dinikahi oleh sang ayah yang seorang Katolik.
Sebelumnya kehidupan keluarga Cindy terbilang harmonis, hingga suatu ketika sebuah masalah menyebabkan kedua orangtuanya bercerai. Cindy yang masih duduk di SMA merasa terpukul dengan kondisi tersebut dan tidak menerima jika kedua orangtuanya harus berpisah.
Di saat itu, muncullah ide untuk membuat malu keluarganya dengan cara berpindah agama menjadi muslim. Ini karena di Katolik, agama Islam merupakan agama yang rendahan. Tentu keluarganya akan merasa malu ketika Cindy yang lahir dari keluarga taat harus pindah agama ke Islam.
“Menurut keyakinan yang dulu, Islam kan agama bawaanya Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim punya dua orang istri, yang satu Siti Sarah dan satu Siti Hajar. Siti Hajar kan adalah seorang budak yang dimerdekakan oleh Nabi Ibrahim dan Islam lahir dari keturunannya Siti Hajar yaitu Nabi Ismail dan dari keturunan ini lahirnya Nabi Muhammad SAW. Karena itu, Nasrani menganggap Islam itu agama yang rendah karena lahir dari keturunan budak,” ucapnya, seperti yang dikutip dari Republika.
Dikatakannya bahwa alasan kenapa tidak memilih agama lain karena agama seperti Budha dan Hindu memiliki strata yang sama dengan Katolik sehingga hanya masuk Islam-lah keluarganya akan menjadi malu.
Setelah yakin dengan keputusannya, Cindy pun meminta bantuan temannya yang muslim untuk mengajarkan agama Islam, meski niatnya hanya untuk memberontak dan rasa dendam. Ucapan syahadat kemudian mengalir dari lisannya, meski di hatinya belum mencintai agama Islam.
Hingga suatu hari ada seorang guru yang mengetahui hijrahnya Cindy dan mengajaknya berbicara serius tentang Islam.
“Aku dipanggil ke kantor guru. Dan guruku nanya, apakah aku sudah benar-benar mengenal Islam?" katanya.
Sang guru kemudian menjelaskan tentang ketauhidan terlebih dahulu dimana Islam hanya mengakui satu Tuhan saja yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berbeda dengan Kristen yang mengakui adanya tiga Tuhan.
Dijelaskan juga bahwa Yesus dalam agama Kristen merupakan Nabi Isa ‘Alaihi Salam dan bukanlah anak Tuhan.
"Terus guruku jelasin kalau agama yang tidak meyakini Islam itu adalah kafir. Dan kafir itu memang ada dalam Alquran bukan stereotype-nya orang Muslim terhadap pemeluk agama lain. Jujur, aku sangat kaget ketika itu dan sedih karena keluargaku ternyata kafir," ujarnya.
Sejak saat itu hatinya mulai goyah dan kembali lagi ke gereja. Namun hatinya berontak melihat tata cara ibadah Kristen dan khotbahnya. Cindy pun lantas memberanikan diri menyatakan kepada ibunya bahwa ia telah menjadi seorang muslim.
Tentu saja sang ibu menangis dan membujuk Cindy untuk kembali menjadi seorang nasrani serta memintanya untuk kembali ke gereja. Cindy akhirnya mau menuruti ibunya, meski hatinya kini menolak.
Selama 2 tahun Cindy tidak menganut agama apapun, namun di saat yang sama juga ia tetap mempelajari agama Islam hingga akhirnya ia menemukan ketenangan yang luar biasa.
“Setelah mempelajari Islam lebih dalam, aku selalu nangis ngeliat matahari dan ciptaan-ciptaan Allah. Aku merasa kaya ada cahaya yang nembus di hati aku. Mungkin ini kedengaranya berlebihan ya, tapi itu yang aku rasa. Aku takjub dengan kekuasaan Allah.”
Ketika memasuki masa kuliah, perlahan tapi pasti Allah membimbingnya untuk mengenal Islam lewat temannya dan diperkenalkan kepada seorang guru ngaji bernama Ibu Dewi. Sejak itu ia mulai bisa menjalankan shalat, baca qur’an dan memahami ajaran Islam hingga membuatnya benar-benar jatuh cinta pada Islam.
“Islam itu agama yang logis dan jelas, kalau di Alqitab ada larangan untuk minum khamr dan makan babi, tapi nggak dijelaskan secara rinci dan pemeluk agamanya pun tetap saja banyak yang makan-makanan itu. Beda dengan Islam yang dijelaskan kenapa dilarang dan umat Muslim pun enggak makan-makanan itu kan! Di situlah aku semakin cinta dan yakin dengan Islam," ujarnya.
Setelah beberapa bulan mengaji, Ibu Dewi kemudian mempertanyakan tentang kesiapan Cindy untuk berhijab. Karena takut dengan respon orangtua dan tak ingin beradu argumen dengan guru ngajinya tersebut, Cindy pun menjawab sekenanya yakni bulan April.
Maka ketika masuk bulan April, Ibu Dewi mempertanyakan kembali tentang kesiapan Cindy untuk berhijab. Kali ini Cindy menyebutkan tidak memiliki uang dan guru ngajinya tersebut lantas memberikan baju gamis dan kerudung syar’i untuk Cindy. Namun Cindy tetap belum mantap untuk berhijab.
Hingga suatu hari Cindy terkena cacar sehingga membuat bekas di sekujur tubuhnya.
“Aku ditanya sama Bu Dewi kenapa aku nggak ngaji-ngaji? Aku jelasin bahwa aku kena cacar air dan malu untuk ke luar rumah. Bu Dewi ingatin kalau aku bisa pakai baju panjang dan hijab darinya. Di situ juga aku berpikir, apa ini ya teguran dari Allah karena aku sudah janji mau berhijab waktu itu. Ya sudah, setelah itu aku pakai hijab sampai saat ini,” tuturnya.
Lantaran mengenakan pakaian muslimah, pihak keluarga akhirnya tahu dan membencinya. Hati Cindy yang begitu sedih kemudian diingatkan oleh tetangganya yang muslim bahwa sikap keluarga bukanlah benci tetapi merupakan tanda sayang lantaran sudah keluar dari keimanan mereka.
Cindy akhirnya menerima sikap keluarganya yang tetap marah kepadanya. Hingga akhirnya sang ayah menikah kembali dengan seorang muslimah dan memeluk agama Islam. Cindy pun merasa senang dan bersemangat untuk mengajak ibu beserta adik-adiknya menjadi mualaf.
“Sering aku berdoa biar keluarga dapat hidayah. Sering juga aku ajak mama untuk kembali masuk Islam, tapi mama malah semakin benci Islam sampai aku ada di titik menyerah, nggak mau ngajakin mama masuk Islam lagi,” kenangnya.
Kini Cindy telah menikah dan dikaruniai suami yang baik dan shaleh. Sang ibu pun lantas masuk Islam setelah bertemu dengan seorang ustad yang menasehatinya untuk kembali pada Islam. Cindy pun bersyukur karena anggota keluarga yang lain perlahan-lahan hijrah menjadi muslim.