Tim gabungan Resmob dan Reskrim Polsek Tegalrejo, Rabu (4/1/2017), telah menangkap Haris Fauzi bin Sukarlan, politisi PDIP yang juga Ketua RT 04/02, No 89, Dusun Krajan, Kecamatan Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, yang diduga pelaku tindak pidana terorisme berencana melakukan pengeboman di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam, Tegalrejo, Magelang.
“Ya benar, pelaku bernama Haris Fauzi telah ditangkap,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Rikwanto, di Jakarta, Kamis (5/1), dikutip mediaindonesia.com.
Dia mengungkapkan, bersama pelaku diamankan beberapa barang bukti, di antaranya satu unit sepeda motor Suzuki Shogun 125 dengan nomor polisi AA-2770-JK berwarna hitam, sebuah helm, berbagai jenis perkakas dan alat tulis, kartu perdana, isolasi, kabel, paralon listrik, arang, dan satu unit telepon seluler merek Nokia seri C3-00 berwarna hitam.
Kata Rikwanto, pelaku berencana melakukan pengeboman karena sakit hati atas perlakuan Gus Yusuf selaku pimpinan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (Ponpes API) yang tidak menghargai pengabdiannya di ponpes tersebut dengan tidak memberikan dukungan atas pencalonan dirinya sebagai anggota legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Setelah keluar dari PKB, pelaku memutuskan untuk bergabung ke PDI Perjuangan. Namun, kepindahan dirinya ke partai lain tersebut membuat Gus Yusuf menuduhnya sebagai anggota PKI.
“Dia dibilang, kamu itu PKI dan bahaya laten, pasang bendera merah di Tegalrejo,” katanya lagi.
Tersangka Haris mengaku jika dirinya sakit hati karena gagal untuk maju sebagai anggota legislatif alias menjadi caleg (nyaleg) di Kabupaten Magelang pada tahun 2010 yang lalu. Kemudian, dia mengundurkan diri dari PKB yang saat itu, KH Yusuf Chudlori yang merupakan pimpinan Ponpes API Magelang menjabat sebagai Ketua DPC PKB Kabupaten Magelang.
"Pelaku sakit hati terhadap Gus Yusuf selaku pimpinan Ponpes API karena setelah lama pengabdiannya kepada Gus Yusuf merasa tidak dihargai dan pada saat pelaku mencalonkan menjadi Caleg PKB tidak didukung oleh Gus Yusuf, sehingga pelaku memutuskan mengundurkan diri dari PKB dan pindah menjadi anggota partai PDIP, namun pelaku masih merasa di ganggu oleh Gus Yusuf dengan dibilang 'kamu itu PKI dan bahaya laten, pasang bendera merah di tegalrejo'. Pelaku ingin menjatuhkan nama baik Ponpes API sehingga pelaku memasang Bom bertujuan agar Ponpes API tidak ada lagi santri yang mendaftar di Ponpes API," demikian bunyi pesan singkat yang tersebar baik melalui Blackberry Masangger (BBM) maupun Whastap (WA).
Ketika dikonfirmasi, Pimpinan Ponpes API Tegalrejo KH Yusuf Chudlori membenarkan jika pada tahun 2010, saat dirinya menjadi Ketua DPC PKB Magelang tersangka Haris mengajukan diri menjadi calon anggota legislatif (caleg). Namun, tersangka gagal karena kalah kompetensi dan kapasitasnya dengan kader PKB Kabupaten Magelang lainya.
"Ya itu terjadi sudah lama. Saat saya masih menjadi Ketua DPC PKB Kabupaten Magelang sekitar tahun 2010 lalu. Lalu yang bersangkutan memutuskan diri untuk pindah ke partai lain yaitu PDI P. Entah ono sing ngompori atau kepiye (Mungkin ada yang memprovokasi)," aku Gus Yusuf.
Gus Yusuf membantah jika dirinya menuding tersangka Haris Fauzi usai gagal nyaleg di PKB pindah ke PDI P dan menuding tersangka sebagai PKI. Pasalnya, sejak kecil hingga saat ini dekat dan akrab denganya dan paham betul silsilah keluarganya.
"Saya tahu siapa dia (tersangka Haris), siapa saja saudaranya dan keluarganya. Dia bukan mantan santri sini (Ponpes API Tegalrejo, Magelang). Jadi kalau saya menuduh dia PKI tidak betul itu," ujarnya.
Gus Yusuf awalnya tidak mengetahui aksi penangkapan terhadap Haris, tersangka peneror bom yang berencana akan meledakan Ponpes API yang dikelolanya sudah puluhan tahun oleh kakaknya Abdurrahman Chudlori dan diwariskan kepadanya itu.
"Saya tahunya semalam Kapolres Magelang telpon ke saya cerita soal penangkapan itu," ungkapnya.
Gus Yusuf meragukan alasan Haris Fauzi meneror Ponpes API karena merasa tidak didukung dalam Pemilu 2004. Pasalnya, kejadian tersebut sudah terjadi 12 tahun silam. Selain itu, selama ini Gus Yusuf juga memiliki hubungan yang baik dengan Haris Fauzi dan keluarganya. “Hubungan silaturahim kami baik. Sebelum naik haji dia pamitan minta doa, saya juga ke rumahnya, pulang haji kami juga silaturahim. Bahkan seminggu sebelum teror bom Mas Haris juga datang saat ada pertemuan jamaah haji. Saya kenal baik dengan keluarganya, selama ini kami tidak ada masalah,” jelas Gus Yusuf.
Ketua DPW PKB Jawa Tengah tersebut juga membantah tegas bahwa dirinya pernah menuduh Haris Fauzi sebagai anggota Partai Komunis Indonesia. “Dengan lawan politik saya tidak pernah mengumpat. Kalau dikatakan sakit hatinya dituduh PKI itu tidak benar dan itu bukan karakter saya sebagai politisi dan kyai. Wong dengan PKI saja saya berteman,” kata dia.
Gus Yusuf menjelaskan bukan dirinya yang menjegal keinginan Haris Fauzi menjadi caleg PKB. Pasalnya mekanisme partai PKB memutuskan untuk mencalonkan lagi incumbent saat itu Nur Salim untuk maju lagi. “Waktu itu kami berharap Mas Haris bersabar karena calon lain banyak termasuk incumbent dan dia masih muda. Ia lalu pindah partai dan saya mengizinkannya, hubungan silaturahim kami tetap baik. Makanya saya kaget dia pelakunya. Saya sangat menyesalkan kejadian ini,” ujar Gus Yusuf.
Ia menilai teror bom ini merupakan kecelakaan kecil yang bisa menjadi pelajaran bersama untuk lebih berhati-hati agar jangan sampai menimbulkan keresahan masyarakat. Gus Yusuf pun berencana menjenguk Haris Fauzi jika kondisi memungkinkan. “Ini mungkin kekecewaan secara politis, namun kasus seperti ini banyak dan terjadi di semua partai. Teror bom ini salah alamat kalau dikaitkan ke pesantren. Saya berharap bisa diselesaikan kekeluargaan tapi kalau pendalaman ada fakta-fakta lain ya kita serahkan ke polisi,” pungkasnya.
“Ya benar, pelaku bernama Haris Fauzi telah ditangkap,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Rikwanto, di Jakarta, Kamis (5/1), dikutip mediaindonesia.com.
Dia mengungkapkan, bersama pelaku diamankan beberapa barang bukti, di antaranya satu unit sepeda motor Suzuki Shogun 125 dengan nomor polisi AA-2770-JK berwarna hitam, sebuah helm, berbagai jenis perkakas dan alat tulis, kartu perdana, isolasi, kabel, paralon listrik, arang, dan satu unit telepon seluler merek Nokia seri C3-00 berwarna hitam.
Kata Rikwanto, pelaku berencana melakukan pengeboman karena sakit hati atas perlakuan Gus Yusuf selaku pimpinan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (Ponpes API) yang tidak menghargai pengabdiannya di ponpes tersebut dengan tidak memberikan dukungan atas pencalonan dirinya sebagai anggota legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Setelah keluar dari PKB, pelaku memutuskan untuk bergabung ke PDI Perjuangan. Namun, kepindahan dirinya ke partai lain tersebut membuat Gus Yusuf menuduhnya sebagai anggota PKI.
“Dia dibilang, kamu itu PKI dan bahaya laten, pasang bendera merah di Tegalrejo,” katanya lagi.
Tersangka Haris mengaku jika dirinya sakit hati karena gagal untuk maju sebagai anggota legislatif alias menjadi caleg (nyaleg) di Kabupaten Magelang pada tahun 2010 yang lalu. Kemudian, dia mengundurkan diri dari PKB yang saat itu, KH Yusuf Chudlori yang merupakan pimpinan Ponpes API Magelang menjabat sebagai Ketua DPC PKB Kabupaten Magelang.
"Pelaku sakit hati terhadap Gus Yusuf selaku pimpinan Ponpes API karena setelah lama pengabdiannya kepada Gus Yusuf merasa tidak dihargai dan pada saat pelaku mencalonkan menjadi Caleg PKB tidak didukung oleh Gus Yusuf, sehingga pelaku memutuskan mengundurkan diri dari PKB dan pindah menjadi anggota partai PDIP, namun pelaku masih merasa di ganggu oleh Gus Yusuf dengan dibilang 'kamu itu PKI dan bahaya laten, pasang bendera merah di tegalrejo'. Pelaku ingin menjatuhkan nama baik Ponpes API sehingga pelaku memasang Bom bertujuan agar Ponpes API tidak ada lagi santri yang mendaftar di Ponpes API," demikian bunyi pesan singkat yang tersebar baik melalui Blackberry Masangger (BBM) maupun Whastap (WA).
Pimpinan Ponpes API Tegalrejo KH Yusuf Chudlori |
Ketika dikonfirmasi, Pimpinan Ponpes API Tegalrejo KH Yusuf Chudlori membenarkan jika pada tahun 2010, saat dirinya menjadi Ketua DPC PKB Magelang tersangka Haris mengajukan diri menjadi calon anggota legislatif (caleg). Namun, tersangka gagal karena kalah kompetensi dan kapasitasnya dengan kader PKB Kabupaten Magelang lainya.
"Ya itu terjadi sudah lama. Saat saya masih menjadi Ketua DPC PKB Kabupaten Magelang sekitar tahun 2010 lalu. Lalu yang bersangkutan memutuskan diri untuk pindah ke partai lain yaitu PDI P. Entah ono sing ngompori atau kepiye (Mungkin ada yang memprovokasi)," aku Gus Yusuf.
Gus Yusuf membantah jika dirinya menuding tersangka Haris Fauzi usai gagal nyaleg di PKB pindah ke PDI P dan menuding tersangka sebagai PKI. Pasalnya, sejak kecil hingga saat ini dekat dan akrab denganya dan paham betul silsilah keluarganya.
"Saya tahu siapa dia (tersangka Haris), siapa saja saudaranya dan keluarganya. Dia bukan mantan santri sini (Ponpes API Tegalrejo, Magelang). Jadi kalau saya menuduh dia PKI tidak betul itu," ujarnya.
Gus Yusuf awalnya tidak mengetahui aksi penangkapan terhadap Haris, tersangka peneror bom yang berencana akan meledakan Ponpes API yang dikelolanya sudah puluhan tahun oleh kakaknya Abdurrahman Chudlori dan diwariskan kepadanya itu.
"Saya tahunya semalam Kapolres Magelang telpon ke saya cerita soal penangkapan itu," ungkapnya.
Gus Yusuf meragukan alasan Haris Fauzi meneror Ponpes API karena merasa tidak didukung dalam Pemilu 2004. Pasalnya, kejadian tersebut sudah terjadi 12 tahun silam. Selain itu, selama ini Gus Yusuf juga memiliki hubungan yang baik dengan Haris Fauzi dan keluarganya. “Hubungan silaturahim kami baik. Sebelum naik haji dia pamitan minta doa, saya juga ke rumahnya, pulang haji kami juga silaturahim. Bahkan seminggu sebelum teror bom Mas Haris juga datang saat ada pertemuan jamaah haji. Saya kenal baik dengan keluarganya, selama ini kami tidak ada masalah,” jelas Gus Yusuf.
Ketua DPW PKB Jawa Tengah tersebut juga membantah tegas bahwa dirinya pernah menuduh Haris Fauzi sebagai anggota Partai Komunis Indonesia. “Dengan lawan politik saya tidak pernah mengumpat. Kalau dikatakan sakit hatinya dituduh PKI itu tidak benar dan itu bukan karakter saya sebagai politisi dan kyai. Wong dengan PKI saja saya berteman,” kata dia.
Gus Yusuf menjelaskan bukan dirinya yang menjegal keinginan Haris Fauzi menjadi caleg PKB. Pasalnya mekanisme partai PKB memutuskan untuk mencalonkan lagi incumbent saat itu Nur Salim untuk maju lagi. “Waktu itu kami berharap Mas Haris bersabar karena calon lain banyak termasuk incumbent dan dia masih muda. Ia lalu pindah partai dan saya mengizinkannya, hubungan silaturahim kami tetap baik. Makanya saya kaget dia pelakunya. Saya sangat menyesalkan kejadian ini,” ujar Gus Yusuf.
Ia menilai teror bom ini merupakan kecelakaan kecil yang bisa menjadi pelajaran bersama untuk lebih berhati-hati agar jangan sampai menimbulkan keresahan masyarakat. Gus Yusuf pun berencana menjenguk Haris Fauzi jika kondisi memungkinkan. “Ini mungkin kekecewaan secara politis, namun kasus seperti ini banyak dan terjadi di semua partai. Teror bom ini salah alamat kalau dikaitkan ke pesantren. Saya berharap bisa diselesaikan kekeluargaan tapi kalau pendalaman ada fakta-fakta lain ya kita serahkan ke polisi,” pungkasnya.