Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan kondisi dunia maya saat ini semakin memprihatinkan. Dia mengatakan media sosial kini sudah dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk merekrut anggota.
"Cyber terrorism, cyber jihad, istilah mereka, jadi bergerak di dunia cyber untuk melakukan rekrutmen, dan pelatihannya," kata Tito di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (21/12).
Misalnya saja lanjut Tito, terduga teroris Nur Solihin yang ditangkap di Bekasi pada 10 Desember 2016 lalu. Solihin belajar membuat bom dengan cara online, setelah itu mebuat cyber operation, melakukan survei target dan melakukan pendanaan secara online.
Begitupun dengan jaringan-jaringan yang lainnya. Tito menyebut bahkan ada yang sampai membuat uang dunia maya. Oleh karena itu, kata dia, setiap hari perlu ada tim cyber patrol yang terus memantau pergerakan jaringan teroris tersebut.
"Oleh karena itu kita harus menggunakan untuk melakukan cyber counter terrorism juga. Kita melakukan cyber patrol, cyber attack kepada mereka, termasuk melakukan cyber survailance melalui dunia maya," kata dia.
Bahkan, menurut Tito, dewasa ini kelompok radikalisme tersebut dari sisi pendanaanya sudah merambah ke dunia digital. Salah satunya dengan menggunakan uang dunia maya atau 'bitcoin'.
"Itu yang membuat mereka cyber operation mensurvei ke target. Setelah itu mereka pendanaannya melalui online juga ada yang menggunakan bitcoin malah uang dunia maya," ungkapnya.
Mantan Kepala BNPT itu juga menilai, media sosial dewasa ini sudah sangat mengkhawatirkan karena sudah disalahgunakan serta melenceng dari kebutuhannya.
"Ini memperihatinkan dunia maya kita ini, oleh karena itu perlu mungkin regulasi yang kuat atau teknik lain," tutupnya.
"Cyber terrorism, cyber jihad, istilah mereka, jadi bergerak di dunia cyber untuk melakukan rekrutmen, dan pelatihannya," kata Tito di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (21/12).
Misalnya saja lanjut Tito, terduga teroris Nur Solihin yang ditangkap di Bekasi pada 10 Desember 2016 lalu. Solihin belajar membuat bom dengan cara online, setelah itu mebuat cyber operation, melakukan survei target dan melakukan pendanaan secara online.
Begitupun dengan jaringan-jaringan yang lainnya. Tito menyebut bahkan ada yang sampai membuat uang dunia maya. Oleh karena itu, kata dia, setiap hari perlu ada tim cyber patrol yang terus memantau pergerakan jaringan teroris tersebut.
"Oleh karena itu kita harus menggunakan untuk melakukan cyber counter terrorism juga. Kita melakukan cyber patrol, cyber attack kepada mereka, termasuk melakukan cyber survailance melalui dunia maya," kata dia.
Bahkan, menurut Tito, dewasa ini kelompok radikalisme tersebut dari sisi pendanaanya sudah merambah ke dunia digital. Salah satunya dengan menggunakan uang dunia maya atau 'bitcoin'.
"Itu yang membuat mereka cyber operation mensurvei ke target. Setelah itu mereka pendanaannya melalui online juga ada yang menggunakan bitcoin malah uang dunia maya," ungkapnya.
Mantan Kepala BNPT itu juga menilai, media sosial dewasa ini sudah sangat mengkhawatirkan karena sudah disalahgunakan serta melenceng dari kebutuhannya.
"Ini memperihatinkan dunia maya kita ini, oleh karena itu perlu mungkin regulasi yang kuat atau teknik lain," tutupnya.