Ngobrol, bercerita itu sangat penting bagi keluarga, walaupun yang di obrolkan itu sesuatu yang biasa atau remeh temeh, tetapi bagi seorang istri obrolan itu benar-benar luar biasa. Bukan karena materi obrolan yang menarik dan menghebohkan, tetapi karena orang yang menceritakan itu adalah suaminya sendiri, yaitu orang yang paling dicintainya.
Sebagaimana seorang istri menyiapkan teh/kopi, bukan kopinya yang enak dan manis, tetapi karena yang menyuguhkan itu adalah istrinya sendiri, yaitu wanita orang yang dicintai dan cara mengaduk kopi dan menyuguhkanya benar-benar dengan cinta.
Beruntung sekali bagi seorang wanita yang mempunyai suami yang setia. Setiap hari bisa bertemu, bercerita, serta bercandaria bersama-sama. Ketika seorang istri sedang galau karena banyaknya pekerjaan dan tugas, semua bisa diceritakan kepada pasangan hidupnya. Suami-pun mendengarkan dengan seksama. Dengan begitu rasa galau itu bisa sedikit berkurang, karena ada orang yang bisa diajak berbagi rasa.
Derita yang paling berat bagi seorang wanita itu, ketika jauh jarang bertemu dengan suaminya. Ketika masing-masing sibuk dengan pekerjaan dan tugasnya. Juga, tidak bisa menceritakan apa yang dilihat dan disaksikan sepanjang hari kepada pasangan hidupnya.
Lebih menderita lagi, ketika laki-laki itu jutru lebih suka berbagi cerita dengan wanita lain di kantornya. Karena memang waktu bersama pasangan hidupnya lebih sedikit dari pada bersama dengan rekan-rekan kerjanya. Dan inilah awal dari sebuah pertaka keluarga.
Setiap keluarga sudah pasti memiliki cara khusus di dalam menghidupkan keluarganya, serta bagaimana menciptakan keharmonisanya. Suami harus tahu bagaiamana menjadikan istri bahagia, dan apa yang menjadi kesukaanya.
Begitu juga dengan seorang istri, dia harus tahu bagaimana bisa memberikan yang terbaik kepada suaminya, baik penampilan, busana, atau kebiaasaan yang paling di sukai suaminya. Tentunya, juga harus tahu makanan apa yang menjadi favorit suaminaya.
Biasanya, saya sepulang dari ngajar di kampus, atau pengajian rutin, rapat, atau keluar kota orang yang paling menunggu adalah istri dan anak. Ketika sampai dirumah, orang yang paling pertama menyambut dan menjawab salam adalah seorang istri. Ketika melihat istri dan anak sedang bercengkrama, atau sedang ngobrol rasanya hati bahagia. Barangkali, itu bagian dari ungkan sekian banyak seorang suami di dunia.
Barangkali sangat pas jika Rasulullah SAW pernah menyampaikan “Ada empat diantara tanda-tanda kebahagiaan seseorang: istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman. Ada empat tanda-tanda kesengsaraan seseorang: tetangga yang buruk, istri yang buruk, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk.”(HR. Ibnu Hibban). Dalam riwayat lain, dikatakan “memiliki anak-anak yang baik (abrar)”.
Kebetulan pasangan hidupku termasuk sosok yang suka di critani. Makanya, ketika aku sedang keluar kota, selalu ditunggu agar segar pulang. Bukan meminta oleh-oleh, tetapi selalu menunggu cerita-cerita dari suaminya. Akupun bercerita dengan semangat apa yang saya dengar, apa yang saya saksikan, dan apa yang saya rasakan selama di luar rumah. Rupanya, cerita-cerita pendek ini membuat pasangan hidupku merasa nyaman dan senang. Dengan begitu seorang suami ingin segera balik kerumah, karena anak dan istri sedang menunggu oleh-oleh berupa cerita.
Ngobrol, cerita ngalor ngidul bersama istri itu sangat menyenangkan. Akan semakin bermakna, jika cerita disampaikan dengan santai dan kadang diselingi dengan guyonan. Karena itu bagian dari tarwihu al-nafsi (rehat jiwa). Setelah seharian bekerja, sibuk dengan pekerjaan, maka waktu bersama keluarga harus benar-benar berkualitas dan menyenangkan. Itulah yang dilakukan Rasulullah SAW bersama-sama istrinya.
Dalam sebuah hadits, suatu saat istri-istri Rasulullah SAW sedang berkumpul dan bercerita, sebagaimana seorang laki-laki cerita kepada keluarganya. Aisyah ra menuturkan “ pada suatu malam, Rasulullah SAW bercerita kepada istri-istrinya. “salah satu dari istri Rasulullah SAW berkata “cerita itu hanya sebuah dongeng Khurafat. Kemudian Rasulullah SAW bertanya “Tahukah kalian itu apa itu Khurafat?. Khurafat itu salah seorang laki-laki dari suku Uzdrah (suku terkenal dari Yaman) yang ditawan oleh bangsa Jin hingga tinggal bersama jin dalam waktu yang cukup lama (setahun). Kemudian jin itu mengembalikannya ke dunia manusia, sehingga Khurafat itu menceritakan kepada orang-orang tentang keanehan-keanehan yang ia lihat di dunia jin. Maka, orang-orang yang mendengar cerita itu berkata “itu hanya cerita Khurafat” (HR Tirmidzi, Ahmad). Imam Al-Manawi menceritakan bahwa Khurafat itu seorang laki-laki yang sholih.
Hadits ini menceritakan, betapa pentingnya ngobrol bersama istri dan anak-anak, karena ini bagian dari menghidupkan keharmonisan. Apa yang disaksikan sepanjang hari oleh suami, seorang istri kadang ingin sekali mendengarkan cerita itu, begitu juga sebaliknya. Hanya dengan itulah, wanita kadang bisa bahagia.
Begitu juga dengan wanita, kadang sering bercerita kepada suaminya. Walaupun kadang, seorang istri bercerita berkali-kali, namun tetaplah menjadi seorang pendengar yang budiman ketika pasangan hidup sedang cerita. Jangan sampai ketika berkumpul dengan pasangan hidupnya justru sibuk dengan WA, BB dengan teman-temannya. Sementara itu pasangan hidupnya berada disampingnya.
Oleh: Abdul Adzim Irsyad, Lc
Sebagaimana seorang istri menyiapkan teh/kopi, bukan kopinya yang enak dan manis, tetapi karena yang menyuguhkan itu adalah istrinya sendiri, yaitu wanita orang yang dicintai dan cara mengaduk kopi dan menyuguhkanya benar-benar dengan cinta.
Beruntung sekali bagi seorang wanita yang mempunyai suami yang setia. Setiap hari bisa bertemu, bercerita, serta bercandaria bersama-sama. Ketika seorang istri sedang galau karena banyaknya pekerjaan dan tugas, semua bisa diceritakan kepada pasangan hidupnya. Suami-pun mendengarkan dengan seksama. Dengan begitu rasa galau itu bisa sedikit berkurang, karena ada orang yang bisa diajak berbagi rasa.
Derita yang paling berat bagi seorang wanita itu, ketika jauh jarang bertemu dengan suaminya. Ketika masing-masing sibuk dengan pekerjaan dan tugasnya. Juga, tidak bisa menceritakan apa yang dilihat dan disaksikan sepanjang hari kepada pasangan hidupnya.
Lebih menderita lagi, ketika laki-laki itu jutru lebih suka berbagi cerita dengan wanita lain di kantornya. Karena memang waktu bersama pasangan hidupnya lebih sedikit dari pada bersama dengan rekan-rekan kerjanya. Dan inilah awal dari sebuah pertaka keluarga.
Setiap keluarga sudah pasti memiliki cara khusus di dalam menghidupkan keluarganya, serta bagaimana menciptakan keharmonisanya. Suami harus tahu bagaiamana menjadikan istri bahagia, dan apa yang menjadi kesukaanya.
Begitu juga dengan seorang istri, dia harus tahu bagaimana bisa memberikan yang terbaik kepada suaminya, baik penampilan, busana, atau kebiaasaan yang paling di sukai suaminya. Tentunya, juga harus tahu makanan apa yang menjadi favorit suaminaya.
Biasanya, saya sepulang dari ngajar di kampus, atau pengajian rutin, rapat, atau keluar kota orang yang paling menunggu adalah istri dan anak. Ketika sampai dirumah, orang yang paling pertama menyambut dan menjawab salam adalah seorang istri. Ketika melihat istri dan anak sedang bercengkrama, atau sedang ngobrol rasanya hati bahagia. Barangkali, itu bagian dari ungkan sekian banyak seorang suami di dunia.
Barangkali sangat pas jika Rasulullah SAW pernah menyampaikan “Ada empat diantara tanda-tanda kebahagiaan seseorang: istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman. Ada empat tanda-tanda kesengsaraan seseorang: tetangga yang buruk, istri yang buruk, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk.”(HR. Ibnu Hibban). Dalam riwayat lain, dikatakan “memiliki anak-anak yang baik (abrar)”.
Kebetulan pasangan hidupku termasuk sosok yang suka di critani. Makanya, ketika aku sedang keluar kota, selalu ditunggu agar segar pulang. Bukan meminta oleh-oleh, tetapi selalu menunggu cerita-cerita dari suaminya. Akupun bercerita dengan semangat apa yang saya dengar, apa yang saya saksikan, dan apa yang saya rasakan selama di luar rumah. Rupanya, cerita-cerita pendek ini membuat pasangan hidupku merasa nyaman dan senang. Dengan begitu seorang suami ingin segera balik kerumah, karena anak dan istri sedang menunggu oleh-oleh berupa cerita.
Ngobrol, cerita ngalor ngidul bersama istri itu sangat menyenangkan. Akan semakin bermakna, jika cerita disampaikan dengan santai dan kadang diselingi dengan guyonan. Karena itu bagian dari tarwihu al-nafsi (rehat jiwa). Setelah seharian bekerja, sibuk dengan pekerjaan, maka waktu bersama keluarga harus benar-benar berkualitas dan menyenangkan. Itulah yang dilakukan Rasulullah SAW bersama-sama istrinya.
Dalam sebuah hadits, suatu saat istri-istri Rasulullah SAW sedang berkumpul dan bercerita, sebagaimana seorang laki-laki cerita kepada keluarganya. Aisyah ra menuturkan “ pada suatu malam, Rasulullah SAW bercerita kepada istri-istrinya. “salah satu dari istri Rasulullah SAW berkata “cerita itu hanya sebuah dongeng Khurafat. Kemudian Rasulullah SAW bertanya “Tahukah kalian itu apa itu Khurafat?. Khurafat itu salah seorang laki-laki dari suku Uzdrah (suku terkenal dari Yaman) yang ditawan oleh bangsa Jin hingga tinggal bersama jin dalam waktu yang cukup lama (setahun). Kemudian jin itu mengembalikannya ke dunia manusia, sehingga Khurafat itu menceritakan kepada orang-orang tentang keanehan-keanehan yang ia lihat di dunia jin. Maka, orang-orang yang mendengar cerita itu berkata “itu hanya cerita Khurafat” (HR Tirmidzi, Ahmad). Imam Al-Manawi menceritakan bahwa Khurafat itu seorang laki-laki yang sholih.
Hadits ini menceritakan, betapa pentingnya ngobrol bersama istri dan anak-anak, karena ini bagian dari menghidupkan keharmonisan. Apa yang disaksikan sepanjang hari oleh suami, seorang istri kadang ingin sekali mendengarkan cerita itu, begitu juga sebaliknya. Hanya dengan itulah, wanita kadang bisa bahagia.
Begitu juga dengan wanita, kadang sering bercerita kepada suaminya. Walaupun kadang, seorang istri bercerita berkali-kali, namun tetaplah menjadi seorang pendengar yang budiman ketika pasangan hidup sedang cerita. Jangan sampai ketika berkumpul dengan pasangan hidupnya justru sibuk dengan WA, BB dengan teman-temannya. Sementara itu pasangan hidupnya berada disampingnya.
Oleh: Abdul Adzim Irsyad, Lc