Banyak para jamaah haji dan umroh yang betah berlama-lama di Masjidil Haram. Setelah menjalani ibadah wajib dan sunnah, tak sedikit dari mereka yang duduk di pinggir area masjidil haram hanya untuk memandangi Ka'bah sambil berzikir, bertasbih, bertahmid dan bertahlil.
Bukan tanpa alasan mereka betah memandangi Ka'bah, karena dalam Islam sendiri, memandang Kabah juga bisa mendatangkan pahala yang besar jika diiringi rasa ta'dzim kepadanya, hal ini disebabkan memandang Kabah adalah salah satu perintah Allah “Maka hadapkan wajahmu ke arah Masjidil Haram yaitu Kabah “ walaupun yang yang dimaksud dalam ayat ini adalah arah sholat, akan tetapi dzohir ayat ini memerintahkan kita untuk memandangnya.
Selain itu, banyak terdapat hadist yang menjelaskan bahwa dengan memandang Kabah akan menambah keimanan kita kepada Allah, sebab membuat kita merenung bahwa bagaimana seluruh umat Islam diperintahkan untuk menyatukan arah ke tempat ini.
Dalam sebuah hadits riwayat Sayyidah Aisyah disebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 'Annadhratu ilal kabati ibaadatun' (memandang Ka`bah itu adalah ibadah).
Betapa mulianya mata seseorang yang dipergunakan untuk memandang Ka`bah, karena sekalipun hanya memandang saja sudah ditulis sebagai ibadah yang pasti diberi pahala oleh Allah.
Sabda Rasulullah : "Setiap hari ada 120 rahmat turun ke Baitullah, Ka`bah, 60 rahmat di antaranya turun untuk orang-orang yang sedang thawaf mengitari Ka`bah, dan 40 rahmat turun untuk orang-orang yang sedang i`tikaf di sekitar Ka`bah, sedangkan 20 rahmat turun untuk orang yang memandang Ka`bah." (HR. Abu Dzar dan Al-arzaqi)
Said bin Musayyib seorang ulama besar di kalangan para tabi`in mengatakan: "Barangsiapa yang memandang Ka`bah atas dasar keimanan dan keyakinan, maka ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti tatkala dilahirkan oleh ibunya."
Subhanallah, Betapa besar pahala orang yang dapat memandang Ka`bah dengan mata yang diberikan oleh Allah kepadanya. Ternyata jika mata ini dipergunakan untuk melihat syiar-syiar agama Allah seperti memandang Ka`bah, maka sama halnya dipergunakan untuk kebaikan.
Sebaliknya jika mata pemberian Allah ini dipergunakan untuk menonton kemaksiatan, maka sudah barang tentu pemilik mata itu telah melakukan keburukan dalam penilaian Allah, dan betapa nista pemiliknya jika demikian.
Sayyid Muhammad Al Maliki pernah mengatakan bahwa memandang tempat-tempat ibadah, atau memandang majelis-majelis dzikir atau ilmu, atau memandang syiar-syiar agama Allah yang lainnya, maka bisa memotivasi dirinya untuk selalu ingat kepada Allah dan rajin beribadah.
Sebaliknya, jika mata itu dipergunakan untuk memandang ahli maksiat, sebut saja memandang wajah para selebritis yang banyak melanggar aturan syariat, mempertontonkan aurat, atau para penyanyi yang tidak mengindahkan batas-batas hukum halal dan haram sebagai aturan agama, atau memandang ahli maksiat lainnya, maka mata yang dipergunakan untuk itu dapat menjerumuskan pemiliknya berbuat keburukan serta kemaksiatan kepada Allah. Naudzubillah min dzalik.
Bukan tanpa alasan mereka betah memandangi Ka'bah, karena dalam Islam sendiri, memandang Kabah juga bisa mendatangkan pahala yang besar jika diiringi rasa ta'dzim kepadanya, hal ini disebabkan memandang Kabah adalah salah satu perintah Allah “Maka hadapkan wajahmu ke arah Masjidil Haram yaitu Kabah “ walaupun yang yang dimaksud dalam ayat ini adalah arah sholat, akan tetapi dzohir ayat ini memerintahkan kita untuk memandangnya.
Selain itu, banyak terdapat hadist yang menjelaskan bahwa dengan memandang Kabah akan menambah keimanan kita kepada Allah, sebab membuat kita merenung bahwa bagaimana seluruh umat Islam diperintahkan untuk menyatukan arah ke tempat ini.
Dalam sebuah hadits riwayat Sayyidah Aisyah disebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 'Annadhratu ilal kabati ibaadatun' (memandang Ka`bah itu adalah ibadah).
Betapa mulianya mata seseorang yang dipergunakan untuk memandang Ka`bah, karena sekalipun hanya memandang saja sudah ditulis sebagai ibadah yang pasti diberi pahala oleh Allah.
Sabda Rasulullah : "Setiap hari ada 120 rahmat turun ke Baitullah, Ka`bah, 60 rahmat di antaranya turun untuk orang-orang yang sedang thawaf mengitari Ka`bah, dan 40 rahmat turun untuk orang-orang yang sedang i`tikaf di sekitar Ka`bah, sedangkan 20 rahmat turun untuk orang yang memandang Ka`bah." (HR. Abu Dzar dan Al-arzaqi)
Said bin Musayyib seorang ulama besar di kalangan para tabi`in mengatakan: "Barangsiapa yang memandang Ka`bah atas dasar keimanan dan keyakinan, maka ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti tatkala dilahirkan oleh ibunya."
Subhanallah, Betapa besar pahala orang yang dapat memandang Ka`bah dengan mata yang diberikan oleh Allah kepadanya. Ternyata jika mata ini dipergunakan untuk melihat syiar-syiar agama Allah seperti memandang Ka`bah, maka sama halnya dipergunakan untuk kebaikan.
Sebaliknya jika mata pemberian Allah ini dipergunakan untuk menonton kemaksiatan, maka sudah barang tentu pemilik mata itu telah melakukan keburukan dalam penilaian Allah, dan betapa nista pemiliknya jika demikian.
Sayyid Muhammad Al Maliki pernah mengatakan bahwa memandang tempat-tempat ibadah, atau memandang majelis-majelis dzikir atau ilmu, atau memandang syiar-syiar agama Allah yang lainnya, maka bisa memotivasi dirinya untuk selalu ingat kepada Allah dan rajin beribadah.
Sebaliknya, jika mata itu dipergunakan untuk memandang ahli maksiat, sebut saja memandang wajah para selebritis yang banyak melanggar aturan syariat, mempertontonkan aurat, atau para penyanyi yang tidak mengindahkan batas-batas hukum halal dan haram sebagai aturan agama, atau memandang ahli maksiat lainnya, maka mata yang dipergunakan untuk itu dapat menjerumuskan pemiliknya berbuat keburukan serta kemaksiatan kepada Allah. Naudzubillah min dzalik.