Dalam salah satu kesempatan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan kekhawatirannya terkait pemberantasan terorisme dimana Indonesia mendapatkan pembiayaan dari negara asing dan yang paling besar adalah dari Australia.
“Terorisme di Indonesia anggaran paling besar masuknya dari Australia. Baru Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina,” ucapnya, seperti yang dikutip dari Kiblat Net, Rabu (7/12/2016).
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kepolisian telah membentuk tim Densus 88 dan dananya merupakan dari negara asing. Selain itu mereka pun mendapatkan bantuan peralatan untuk cyber crime.
Dituturkan oleh Jenderal Gatot bahwa terorisme jangan dilihat dari pelakunya saja, namun juga dari sarana legalitas negara asing yang memasuki negara Indonesia. Dengan kata lain bahwa terorisme saat ini merupakan bentuk legalitas invasi asing ke dalam sebuah negara. Contohnya seperti terorisme yang dilakukan oleh Amerika saat melakukan invasi ke Libya dan Irak.
“Jangan kita melihat (siapa pelaku, red) terorisnya saja. Tapi teroris adalah sarana legalitas negara lain masuk ke suatu negara. Seperti Libya, Iraq, dan sebagainya, ” katanya dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada Rabu (07/12).
Disebutkan oleh Panglima TNI tersebut bahwa jika Indonesia tidak bisa memberantas terorisme, maka alasan tersebut membuat negara asing bisa masuk dan ikut mengendalikan.
“Setelah itu, barulah pemerintahannya dikendalikan oleh mereka, ” tandasnya.
Baca Juga:
“Terorisme di Indonesia anggaran paling besar masuknya dari Australia. Baru Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina,” ucapnya, seperti yang dikutip dari Kiblat Net, Rabu (7/12/2016).
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kepolisian telah membentuk tim Densus 88 dan dananya merupakan dari negara asing. Selain itu mereka pun mendapatkan bantuan peralatan untuk cyber crime.
Dituturkan oleh Jenderal Gatot bahwa terorisme jangan dilihat dari pelakunya saja, namun juga dari sarana legalitas negara asing yang memasuki negara Indonesia. Dengan kata lain bahwa terorisme saat ini merupakan bentuk legalitas invasi asing ke dalam sebuah negara. Contohnya seperti terorisme yang dilakukan oleh Amerika saat melakukan invasi ke Libya dan Irak.
“Jangan kita melihat (siapa pelaku, red) terorisnya saja. Tapi teroris adalah sarana legalitas negara lain masuk ke suatu negara. Seperti Libya, Iraq, dan sebagainya, ” katanya dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada Rabu (07/12).
Disebutkan oleh Panglima TNI tersebut bahwa jika Indonesia tidak bisa memberantas terorisme, maka alasan tersebut membuat negara asing bisa masuk dan ikut mengendalikan.
“Setelah itu, barulah pemerintahannya dikendalikan oleh mereka, ” tandasnya.
Baca Juga:
- Ingin Agar Sudutkan Islam, Jawaban Panglima TNI Ini Justru Permalukan Mata Najwa
- Panglima TNI Nyatakan Habib Rizieq Jadi Korban Propaganda Australia
- Panglima TNI: Tanpa Resolusi Jihad, Indonesia Takkan Pernah Ada