Pembuatan tugu tauhid berbentuk lafadz Allah ternyata menuai kecaman dari umat Islam sendiri. Diketahui bahwa tugu tersebut berada di Kabupaten Cianjur, tepatnya di pertigaan Jalan Siliwangi-Jalan Siti Jenab. Tugu itu pun memiliki tinggi 2 meter dan lebar 3 meter dengan latar warna kuning.
Alasan umat muslim mengecam adanya tugu tersebut dikarenakan posisinya yang rendah. Seorang warga bernama Zulkarnaen (52 tahun) yang merupakan warga Pasar Baru Kelurahan Pamoyanan Kecamatan Cianjur mengatakan bahwa tidak sedikit orang yang sengaja berfoto di dekat tugu tersebut. Alhasil lafadz Allah itu tersentuh dan bahkan terinjak oleh mereka yang hendak naik ke bagian atas.
“Tidak wajar kalau ayat-ayat suci dan lafadz Allah ditempatkan di tempat yang rendah. Sudah di masjid saja kalau tulisan-tulisan begitu,” ucap Zulkarnaen, sebagaimana dikutip dari Tribun, Sabtu (24/12/2016).
Tugu yang tidak jauh dari Masjid Agung Cianjur dan sudah terpasang selama tiga hari itu pun akhirnya dibongkar pada Jumat (23/12/2016) malam.
Sementara itu menurut warga Gadung Permai Kecamatan Karang Tengah bernama Eman Sulaeman (65 tahun), jika membuat tugu berlafadz Allah harusnya diletakkan diatas tinggi rata-rata orang dewasa.
“Saya tidak hafal alasan Pemkab membangun ini (tugu) kalaupun akan mengagungkan kalimat Allah, ya masak disimpan di bawah,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ahmad Yani selaku Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cianjur bahwa seharusnya lafadz suci disimpan di tempat yang suci dan seharusnya dibuat tiga dimensi.
“Itu hanya satu dimensi, kalau dibaca dari arah berlawanan, huruf ‘H’ pada lafadz Allah akan berada di awal. Seharusnya kalau di pertigaan, dibangun tiga dimensi supaya jelas,” ungkap Ahmad Yani.
Terkait pembongkaran tugu tersebut, Kepala Bagian Humas Pemkab Cianjur, Pratama Nugraha Emmawan menjelaskan bahwa tugu tersebut dinamai tugu ketauhidan dengan tujuan agar masyarakat selalu ingat kepada Allah.
“Tugunya dibongkar dahulu untuk diperbaiki, disempurnakan karena ada sambungan-sambungan di lafadz itu yang tidak tertutup rapi. Kalau ada kontroversi, itu sebuah kewajaran,” ucapnya.
Tugu tauhid berlafadz Allah di Cianjur dibongkar (Dian Nugraha Ramdani/Tribunnews.com) |
“Tidak wajar kalau ayat-ayat suci dan lafadz Allah ditempatkan di tempat yang rendah. Sudah di masjid saja kalau tulisan-tulisan begitu,” ucap Zulkarnaen, sebagaimana dikutip dari Tribun, Sabtu (24/12/2016).
Tugu yang tidak jauh dari Masjid Agung Cianjur dan sudah terpasang selama tiga hari itu pun akhirnya dibongkar pada Jumat (23/12/2016) malam.
Sementara itu menurut warga Gadung Permai Kecamatan Karang Tengah bernama Eman Sulaeman (65 tahun), jika membuat tugu berlafadz Allah harusnya diletakkan diatas tinggi rata-rata orang dewasa.
“Saya tidak hafal alasan Pemkab membangun ini (tugu) kalaupun akan mengagungkan kalimat Allah, ya masak disimpan di bawah,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ahmad Yani selaku Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cianjur bahwa seharusnya lafadz suci disimpan di tempat yang suci dan seharusnya dibuat tiga dimensi.
“Itu hanya satu dimensi, kalau dibaca dari arah berlawanan, huruf ‘H’ pada lafadz Allah akan berada di awal. Seharusnya kalau di pertigaan, dibangun tiga dimensi supaya jelas,” ungkap Ahmad Yani.
Terkait pembongkaran tugu tersebut, Kepala Bagian Humas Pemkab Cianjur, Pratama Nugraha Emmawan menjelaskan bahwa tugu tersebut dinamai tugu ketauhidan dengan tujuan agar masyarakat selalu ingat kepada Allah.
“Tugunya dibongkar dahulu untuk diperbaiki, disempurnakan karena ada sambungan-sambungan di lafadz itu yang tidak tertutup rapi. Kalau ada kontroversi, itu sebuah kewajaran,” ucapnya.
Baca Juga: Astagfirullah, Di Hotel Ini Ada Pohon Natal Diberi Karpet Bertuliskan Lafadz Allah