Sebuah Kisah Cinta Yang Sangat Mengharukan, Seorang Suami Keluar Dari Kerja Demi Merawat Istri Yang Sakit Parah,
"Dia amanah saya. Saya dahan dia, tempat dia bergantung," kata Abil Fikri Ahmad (43) yang mengaku telah berhenti kerja demi menjaga isterinya yang sakit parah sejak setahun lalu.
Sang istri, Fauziah Muhamad (38) diserang penyakit asma sehingga menyebabkan dia mengalami kerusakan parah pada saraf otaknya.
Mungkin tidak semua lelaki yang bergelar suami di dunia ini sanggup melakukan pengorbanan yang dibuat oleh Abil.
Ketika dihubungi di Seremban hari ini, katanya, "saya akan selalu memegang amanah ini."
"Apa yang saya ucapkan sewaktu ijab kabul dulu, saya akan tunaikan sebaik mungkin," katanya seperti dilansir dari Sinar Harian Online.
Diketahui, Pasangan Abil dan Fauziah menikah pada 13 Mei 20019 silam, Dua tahun usai pernikahan fauziah mulai terserang asma.
Abil mengisahkan, pada 22 Juni tahun lalu, kira-kira jam 4.30 pagi, Fauziah mengalami asma yang sangat parah sehingga mengalami kesulitan dalam bernafas dan ketika diantar menuju rumah sakit, isterinya sempat koma dan berhenti bernafas.
"Jantung istri saya sempat berhenti memompa oksigen ke otak lebih 30 menit, 93 persen otaknya sudah tak berfungsi." ungkapnya.
"Setelah dirawat, dokter yang menangani memberitahukan bahwa setelah tiga hari istri saya akan sedar, namun hingga hari kelima, dia masih belum sadar," katanya.
Melihat kenyataan yang mengenaskan tersebut, Abil memutuskan untuk berhenti bekerja demi merawat istri tercinta.
"Usai hari kelima, dia (Fauziah) masih belum sadar, dokter yang merawat menjalankan CT Scan dan diberitahu bahawa saraf otaknya mengalami kerusakan parah," lanjut Abil.
Setelah dua bulan dirawat di rumah sakit, Fauziah kemudian dibawa pulang ke Seremban sementara keluarga Abil menetap di Kuala Lumpur.
Ketika ditanya mengapa tidak memilih tempat yang lebih dekat dengan keluarganya, Abil menjawab, “saya tidak mau merepotkan banyak orang untuk merawatnya."
Tiga bulan pertama mengurus istri yang sakit parah seorang diri cukup memberi tekanan terhadap emosinya, namun setelah bergantung kepada al-Quran, Abil akui mampu menanganinya dengan lebih tenang.
Bertahan hanya dengan uang tabungan selama kerja bertahun-tahun, sumbangan saudara dan tetangga dan bantuan Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) membuat dia berhati-hati dalam pengeluaran.
“Setiap bulan keperluan asas dia mencecah RM2,500 dan jika dia kurang sehat sama ada demam dan sebagainya, belanja bulanan sekitar RM3,500 hingga RM4,000.” kata Abil.
“Dia tidak bisa menelan atau mengunyah, jadi saya perlu memberi makanan dalam bentuk cecair seperti bubur, bijirin dan susu dengan cara meiup saluran selang di mulutnya,” lanjutnya..
Semenjak sakit, Berat badan Fauziah menyusutdari 70 kilogram kini hanya tinggal 30 kilogram.
Menurut Abil, ujian ini ia anggap sebagai 'hadiah' daripada ALLAH ini karena tidak semua orang mendapat apa yang diterimanya.
Bercerita tentang kaedah rawatan yang dicadangkan oleh pihak pakar perubatan, Abil menjelaskan bahwa memang ada cadangan supaya Fauziah menjalani pembedahan, namun setakat ini tiada sebarang jaminan.
“Nak buat boleh, tetapi tiada sebarang jaminan. Saya boleh terima kaedah itu jika ada jaminan," ujarnya.
"Saya sangat berharap dia bisa sembuh namun takdir berkata lain," katanya.
Subhanaallah, Satu banding sejuta. Adakah para suami lain yang sanggup melakukan hal sama jika istrinya terkena sakit parah?
"Dia amanah saya. Saya dahan dia, tempat dia bergantung," kata Abil Fikri Ahmad (43) yang mengaku telah berhenti kerja demi menjaga isterinya yang sakit parah sejak setahun lalu.
Sang istri, Fauziah Muhamad (38) diserang penyakit asma sehingga menyebabkan dia mengalami kerusakan parah pada saraf otaknya.
Mungkin tidak semua lelaki yang bergelar suami di dunia ini sanggup melakukan pengorbanan yang dibuat oleh Abil.
Ketika dihubungi di Seremban hari ini, katanya, "saya akan selalu memegang amanah ini."
"Apa yang saya ucapkan sewaktu ijab kabul dulu, saya akan tunaikan sebaik mungkin," katanya seperti dilansir dari Sinar Harian Online.
Diketahui, Pasangan Abil dan Fauziah menikah pada 13 Mei 20019 silam, Dua tahun usai pernikahan fauziah mulai terserang asma.
Abil mengisahkan, pada 22 Juni tahun lalu, kira-kira jam 4.30 pagi, Fauziah mengalami asma yang sangat parah sehingga mengalami kesulitan dalam bernafas dan ketika diantar menuju rumah sakit, isterinya sempat koma dan berhenti bernafas.
"Jantung istri saya sempat berhenti memompa oksigen ke otak lebih 30 menit, 93 persen otaknya sudah tak berfungsi." ungkapnya.
"Setelah dirawat, dokter yang menangani memberitahukan bahwa setelah tiga hari istri saya akan sedar, namun hingga hari kelima, dia masih belum sadar," katanya.
Melihat kenyataan yang mengenaskan tersebut, Abil memutuskan untuk berhenti bekerja demi merawat istri tercinta.
"Usai hari kelima, dia (Fauziah) masih belum sadar, dokter yang merawat menjalankan CT Scan dan diberitahu bahawa saraf otaknya mengalami kerusakan parah," lanjut Abil.
Setelah dua bulan dirawat di rumah sakit, Fauziah kemudian dibawa pulang ke Seremban sementara keluarga Abil menetap di Kuala Lumpur.
Ketika ditanya mengapa tidak memilih tempat yang lebih dekat dengan keluarganya, Abil menjawab, “saya tidak mau merepotkan banyak orang untuk merawatnya."
Tiga bulan pertama mengurus istri yang sakit parah seorang diri cukup memberi tekanan terhadap emosinya, namun setelah bergantung kepada al-Quran, Abil akui mampu menanganinya dengan lebih tenang.
Bertahan hanya dengan uang tabungan selama kerja bertahun-tahun, sumbangan saudara dan tetangga dan bantuan Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) membuat dia berhati-hati dalam pengeluaran.
“Setiap bulan keperluan asas dia mencecah RM2,500 dan jika dia kurang sehat sama ada demam dan sebagainya, belanja bulanan sekitar RM3,500 hingga RM4,000.” kata Abil.
“Dia tidak bisa menelan atau mengunyah, jadi saya perlu memberi makanan dalam bentuk cecair seperti bubur, bijirin dan susu dengan cara meiup saluran selang di mulutnya,” lanjutnya..
Semenjak sakit, Berat badan Fauziah menyusutdari 70 kilogram kini hanya tinggal 30 kilogram.
Menurut Abil, ujian ini ia anggap sebagai 'hadiah' daripada ALLAH ini karena tidak semua orang mendapat apa yang diterimanya.
Bercerita tentang kaedah rawatan yang dicadangkan oleh pihak pakar perubatan, Abil menjelaskan bahwa memang ada cadangan supaya Fauziah menjalani pembedahan, namun setakat ini tiada sebarang jaminan.
“Nak buat boleh, tetapi tiada sebarang jaminan. Saya boleh terima kaedah itu jika ada jaminan," ujarnya.
"Saya sangat berharap dia bisa sembuh namun takdir berkata lain," katanya.
Subhanaallah, Satu banding sejuta. Adakah para suami lain yang sanggup melakukan hal sama jika istrinya terkena sakit parah?