"Siapa yang membaca tiap habis shalat, Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali, lalu untuk mencukupkan bilangan seratus membaca 'Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku walahul-hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir' maka akan diampuni semua dosa-dosanya meskipun sebanyak buih air laut." (HR Muslim)
Dalam mengarungi kehidupan ini kita tidak akan terlepas dari berbuat kesalahan. Memang itulah kodrat sebagai manusia, di mana keinginan ruh yang selalu mengarah ke jalan lurus yang diridhai Allah selalu berhadapan dengan nafsu yang didukung syetan untuk menyesatkan, mendorong dan menjerumuskan manusia ke jalan kemungkaran.
Tarik-menarik kedua kekuatan inilah yang menyebabkan manusia tidak senantiasa hanya berbuat baik, tapi kadang juga memperturutkan hawa nafsu dan kehendak syetan. Dengan kelihaiannya yang mumpuni, syetan sanggup menggelincirkan setiap orang. Mereka sanggup menyeret manusia untuk mendukung, menyokong, dan membela mati-matian program-programnya, yang pada akhirnya tanpa terasa manusia telah bergumul dengan lumpur dosa.
Dosa-dosa manusia itu bisa semakin lama semakin menumpuk dan semakin menenggelamkan ke jurang kenistaan. Dan apabila dibiarkan terus-menerus tanpa ada usaha untuk membersihkannya, ini merupakan suatu malapetaka yang sangat besar, karena jahanam sudah siap untuk melumat tubuh yang penuh noda.
Suatu kebodohan besar bila kehidupan dunia fana ini melalaikan kita dari mengingat Allah. Suatu yang amat sangat disayangkan, bila kehidupan yang sementara ini digunakan hanya untuk kesenangan dan kebahagiaan semu, tanpa dilengkapi persiapan diri untuk menghadap kepada-Nya. Apakah tidak disadari bahwa semua fasilitas hidup yang kita punyai dan semua yang kita cintai akan kita tinggalkan bila maut merenggut dan nyawa melayang? Suatu kerugian perniagaan akan kita dapati, bila kita hanya sibuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan nafsu. Penyesalan kemudian tiada arti bila jatah hidup telah berakhir.
Langkah dan strategi syetan untuk membawa ummat manusia ke jalan kesesatan memang luar biasa. Sesuatu yang sudah jelas-jelas dosa bisa dijadikan samar-samar. Yang menjijikkan dan hina bisa dibikin enak dan terhormat, hingga timbul slogan 'yang haram menyenangkan, yang halal menyusahkan'. Itulah kerja syetan yang tahu akan kelemahan manusia dan mampu menjadikannya bulan-bulanan sasaran ideologinya. Mereka memang mengajak untuk kufur kepada Allah swt agar sama-sama menjadi penghuni neraka.
Perasaan dendam dan sakit hati Iblis terhadap ummat manusia berawal sejak permulaan Adam diciptakan. Iblis telah menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, karena merasa dirinya lebih lebih baik.
Dengan peristiwa itu Iblis diusir dari surga dan bersiap-siap bersama anak cucunya menjadi penghuni neraka di akhirat nanti. Untuk itulah mereka berusaha keras untuk menghalang-halangi manusia dari jalan lurus. Mereka akan mendatangani manusia untuk menggoda dari muka, belakang, kanan dan kiri, dan segala arah yang mungkin. Syetan juga tidak pernah beristirahat dari upayanya itu, baik siang maupun malam.
Repotnya syetan itu boleh dibilang makhluk tanpa bentuk. Jadi tidak ada jalan lain untuk menghadapi tipu daya syetan kecuali selalu meminta lindungan dan pertolongan Allah swt. Tanpa pertolongan dan lindungan-Nya kita akan babak-belur dibuatnya. Kita akan terseret bujuk rayunya dan mengikuti jejaknya.
Pendekatan diri kepada Allah sangatlah penting untuk menangkal segala macam godaan dan bujuk rayunya. Dengan ibadah yang intensif tanpa meninggalkan apa yang Allah wajibkan, ditambah ibadah-ibadah sunnah dan do'a-do'a yang selalu kita panjatkan agar Allah memberikan pertolongan, perlindungan dan ampunan-Nya, insya-Allah syetan tak akan berkutik mengahadapi kita. Apalagi ditambah dengan dzikir yang tak pernah berhenti, tambah menyingkirkan Iblis dengan para pengikutnya.
Dzikir yang khusyu' dan mantap serta manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari akan membuat diri menjadi tenang dan selalu merasa terawasi oleh Allah Sang Maha Tahu. Di samping itu dzikir bisa membuat Allah swt berkenan mengampuni dosa-dosa, seperti bunyi hadits di atas tadi. Karenanya tentang dzikir itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam.
Pertama, Subhanallah. Kata-kata ini senantiasa kita baca setiap selesai shalat dan dalam kesempatan yang lainnya. Apa dampaknya dalam diri, dan apa reaksi, manifestasinya dalam hidup kita?
Subhanallah yang berarti Maha Suci Engkau Ya Allah ini mengandung makna tiada yang suci, tiada yang agung, tiada yang bersih, selain Dia saja. Kita manusia tidak ada satu pun yang suci bersih dari noda dan lumpur dosa. Kita tidak bisa mengklaim diri sebagai manusia suci. Begitu banyak jalan yang membuat manusia terjerumus lumpur dosa.
Noda-noda itu perlu kita bersihkan sebelum menghadap Allah yang memiliki kesucian. Allah tidak akan memasukkan seorang hamba yang kotor penuh noda ke sisi-Nya. Allah akan membersihkan dulu kotoran itu lewat tempat yang sudah disediakan yaitu jahannam.
Usaha yang kita lakukan agar tidak tergolong orang-orang yang mesti melewati jahanam dulu sebelum diterima Allah disurga adalah berusaha keras membiasakan diri hidup suci dan tidak berhenti meminta ampunan kepada-Nya. Bersikap bersih dan suci itu mencakup segala bentuk pekerjaan yang kita geluti. Di kantor kita berusaha keras untuk tidak tergiur oleh lipatan-lipatan uang yang bukan hak kita, yang bisa menodai kesucian. Di pasar kita usahakan jangan mengurangi timbangan dan mendustai orang dengan barang-barang yang kita jual. Baju atau celana palsu dibilang asli, kualitas rendah dibilang kualitas tinggi. Di sawah para petani jangan membelokkan jatah, bujangan dan perawan jangan terjebak oleh nafsu birahi sesaat tanpa akad nikah terlebih dahulu. Bila hal-hal seperti ini sudah bisa dilakukan, barulah dikatakan bacaan Subhanallah kita pada setiap habis shalat ada manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk Allah. Puji dan sanjung sering kita dengar untuk melambungkan perasaan seseorang yang kebanyakan gila sanjungan. Penghormatan yang berlebih-lebihan pada sesama manusia tidak aneh lagi kita dengar. Penghargaan yang melampaui batas sering dilontarkan manusia yang punya jiwa penjilat. Memang sanjungan merupakan senjata untuk melemahkan dan meluluhlantakkan kekerasan hati seseorang. Pujian bisa menghanyutkan kalbu seorang manusia agar bermurah hati memberikan segala yang diminta. Penghormatan dan penghargaan yang berlebihan adalah strategi politik yang halus sehingga membius insan Tuhan yang dimabuk pujaan.
Pujian dan pujaan yang merupakan hak dan milik Allah telah direbut manusia-manusia yang melupakan kodrat sebagai makhluk tiada daya. Manusia lupa akan asal penciptaanya yang hanya dari sesatu yang menjijikkan, yang hina, yang lemah, yang terbuang, yaitu segumpal darah. Manusia terbuai dan merasa memiliki pujian itu. Sungguh keterlaluan dan melampaui batas manusia yang gila hormat. Tuhan yang menciptakannya disejajarkan atau disamakan dengan kedudukannya.
Sesungguhnya puja dan puji sanjung hanyalah milik Allah. Hanya Dia yang patut kita tempatkan pada posisi yang sangat terpuji dan terhormat. Dialah pemilik dari semua penghargaan. Segala puji hanya bagi Allah, bukan bagi yang lain. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Tidak ada yang kekal dan tetap. Segala yang kita raih, prestasi, kejuaraan, atau kekayaan, semuanya akan kita tinggalkan dikarenakan usia yang semakin senja, bencana yang menimpanya, atau kematian yang menyelesaikan perjalanan hidup. Kita akan kembali kepada Allah dengan penyesalan yang tiada tara, bila demikian adanya.
Ketiga, Allahu Akbar, hanya Allah yang Maha Besar. Bila kita renungi dan pikirkan asal kejadian manusia, kejadian alam, bumi langit seisinya yang seolah tiada berbatas, kejadian makhluk-makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, kita akan berucap "Allahu Akbar." Engkau Maha Besar, Engkau Maha Agung, ya Allah.
Kejadian makhluk yang berasal dari saripati tanah, juga menyimpan rahasia yang luar biasa. Dari sperma, yang terbentuk karena dikonsumsinya makanan dengan gizi cukup, setelah bersatu dengan sel telur terjadilah segumpal darah, yang lama-kelamaan berubah bentuk menjadi janin. Setelah Allah meniupkan ruh, janin itu terlahir dalam ujud seorang bayi, lantas berkembang hingga menjadi manusia dewasa. Apakah layak, bila semasa hidup, manusia yang berasal dari zat yang sangat lemah itu berbangga diri dengan berjuta lagak dan gaya? Sementara dengan satu tiupan saja nyawanya bisa melayang, kemudian ia menjadi bukan apa-apa lagi? Betapa yang lebih layak diagungkan adalah sang empunya ide, yakni Allah, yang telah mengatur siklus itu sedemikian bagusnya?
Demikian juga kejadian tumbuhan. Dari bentuk biji yang tertanam, tersirami air, tunas-tunas mulai tumbuh, membelah tanah, mekar menjadi batang dan daun. Batang semakin besar, daun semakin lebar, bungapun merekah, hingga akhirnya muncul buah yang segar dan ranum. Betapa indahnya proses itu. Pada saatnyapun batang, buah, daun, dan seluruh pohon itu akan mati dan kembali menjadi tanah. Luar biasa.
Kejadian manusia dan tumbuhan itu patut menjadi perenungan bagi kita. 'Allahu Akbar', hanya itu yang patut kita ucap atas segala ke-Mahabesar-an dan ke-Mahakuasaan-Nya. Hanya Dia yang Maha Agung, Maha Perkasa, dan Maha Segalanya. Hanya Dia yang kita besarkan, bukan pak RT, bukan raja, bukan kepala bagian, bukan direktur, bukan bintang film, seniman, budayawan, dan bukan pula penyanyi. Semua itu kecil, semua tidak ada arti, apalagi sampai menandingi-Nya.
Tasbih, tahmid, dan takbir yang kita ucapkan setiap saat, ditambah dengan manifestasinya, yaitu dengan berusaha hidup bersih dan suci, tidak tergoda bujuk rayu iblis, ditambah ucapan syukur atas segala nikmat, adalah resep ampuh untuk dekat kepada-Nya. Dan bila manusia telah dekat kepada Allah, maka segala yang bersifat menjauhkan kepada-Nya akan tersingkir dengan sendirinya.
Keutamaan Dzikir 'Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar'
1. Rasulullah SAW. bersabda, “Lazimkan membaca subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akhbar, kerana semua itu dapat menghapuskan dosa sebagaimana gugurnya daun dari pohon”. (HR Ibnu Majah)
2. Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW. berkata : “Membaca Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar lebih aku sukai daripada seisi dunia.” (Hadith Riwayat Muslim)
3. Dari Samuroh bin Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada empat ucapan yang paling disukai oleh Allah: (1) Subhanallah, (2) Alhamdulillah, (3) Laa ilaaha illallah, dan (4) Allahu Akbar. Tidak berdosa bagimu dengan mana saja kamu memulai” (HR. Muslim no. 2137).
4. Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Sesungguhnya membaca “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar)” adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena sinar matahari.” (HR. Muslim no. 2695).
Al Munawi rahimahullah mengatakan, “Segala sesuatu yang dikatakan antara langit dan bumi, atau dikatakan lebih baik dari sesuatu yang terkena sinar matahari atau tenggelamnya, ini adalah ungkapan yang menggambarkan dunia dan seisinya.” Dari sini menunjukkan bahwa keempat kalimat tersebut lebih baik daripada dunia seisinya.
5. Dari Ummi Hani’ binti Abu Thalib dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewatiku pada suatu hari, lalu saya berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, saya sudah tua dan lemah, maka perintahkanlah kepadaku dengan amalan yang bisa saya lakukan dengan duduk.” Beliau bersabda: “Bertasbihlah kepada Allah seratus kali, karena itu sama dengan kamu membebaskan seratus budak dari keturunan Isma’il. Bertahmidlah kepada Allah seratus kali karena itu sama dengan seratus kuda berpelana yang memakai kekang di mulutnya, yang kamu bawa di jalan Allah. Bertakbirlah kepada Allah dengan seratus takbir karena ia sama dengan seratus unta yang menggunakan tali pengekang dan penurut. Bertahlillah kepada Allah seratus kali.” Ibnu Khalaf berkata; saya mengira beliau bersabda: “Karena ia memenuhi di antara langit dan bumi, dan pada hari ini tidaklah amalan seseorang itu diangkat kecuali akan didatangkan dengan semisal yang kamu lakukan itu.” (HR. Ahmad)
6. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang di muka bumi ini mengucapkan: Laa ilaha illallah, wallahu akbar, subhanallah, wal hamdulillah, wa laa hawla wa laa quwwata illa billah, melainkan dosa-dosanya akan dihapus walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Ahmad 2/158, sanadnya hasan)
7. Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda, “Aku pernah bertemu dengan Ibrahim pada malam ketika aku diisra`kan, kemudian ia berkata, ‘Wahai Muhammad, sampaikan salam dariku kepada umatmu, dan beritahukan kepada mereka bahwa Surga debunya harum, airnya segar, dan surga tersebut adalah datar, tanamannya adalah kalimat: Subhaanallaahi wal hamdu lillaahi laa ilaaha illaahu wallaahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar).” (HR. Tirmidzi)
8. Dari Abu Sa’id Al Khudri dan Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memilih empat perkataan: subhanallah (Maha suci Allah) dan alhamdulillah (segala puji bagi Allah) dan laa ilaaha illa allah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) dan Allahu akbar (Allah maha besar). Barangsiapa mengucapkan subhaanallah, maka Allah akan menulis dua puluh kebaikan baginya dan menggugurkan dua puluh dosa darinya, dan barangsiapa mengucapkan Allahu Akbar, maka Allah akan menulis seperti itu juga, dan barangsiapa mengucapkan laa Ilaaha illallah, maka akan seperti itu juga, dan barangsiapa mengucapkan alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin dari relung hatinya maka Allah akan menulis tiga puluh kebaikan untuknya dan digugurkan tiga puluh dosa darinya.” (HR. Ahmad 2/302. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya shahih)
Kedahsyatan Dzikir 'Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar'
Sahabat mulia Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhu menuturkan,
"Ketika Allah SWT menciptakan Arasy, Allah memerintahkan para malaikat pemikul Arasy agar memikul Arasy tersebut. Lalu mereka merasa berat memikulnya, Maka Allah berfirman, "Bacalah, subhanallah," para malaikat pun membaca subhanallah, hingga mereka merasa ringan memikul Arasy.
Malaikat-malaikat terus membaca subhanallah sepanjang masa sampai Allah menciptakan Nabi Adam as. Ketika Nabi Adam as bersin, Allah mengilhami kepadanya agar membaca Al-hamdulillah. Maka Allah berfirman, "Yarhamuk rabbuk (semoga Allah memberkatimu). Karena itulah Aku menciptakanmu, wahai Adam".
Para malaikat berkata, ini adalah kalimat kedua yang Agung, dan kami tidak boleh melupakan kalimat ini. Mereka menyambungkan kalimat tersebut dengan kalimat pertama sehingga sepanjang masa malaikat membaca, "Subhanallah wal hamdu lillah". Malaikat-malaikat terus membaca kalimat tersebut sampai Allah mengutus Nabi Nuh as.
Dalam sejarah disebutkan bahwa kaum Nabi Nuh as adalah orang pertama yang menjadikan berhala sebagai sesembahan. Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh as agar ia menyuruh kaumnya untuk mengatakan "Laa Ila ha Illallah", hingga Allah meridhai mereka.
Malaikat berkata, Ini adalah kalimat ketiga yang agung yang kami gabungkan dengan dua kalimat sebelumnya. Mereka pun mulai membaca, "Subhanallah Walhamdulillah Wala Ilaha Illallah". Kalimat ini terus diucapkan para malaikat sampai Allah mengutus Nabi Ibrahim alaihissalaam.
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar mengurbankan anak kesayangannya, Ismail. Kemudian Allah menggantikannya dengan seekor domba. Ketika Nabi Ibrahim melihat domba itu ia berkata, "Allahu Akbar", sebagai luapan kegembiraannya.
Malaikat berkata, ini adalah kalimat keempat yang agung. Kami akan menggabungkannya dengan ketiga kalimat sebelimnya, Akhirnya para malaikat itu mulai membaca "Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahu Akbar".
Waktu malaikat Jibril menceritakan hal ini kepada Rasulullah, maka karena kekagumannya, berilau berkata "La hawla wala quwwata illa billahi'l-'Aliyyi'l-Adhim" Maka, Jibril berkata, Ini adalah kalimat penutup dari empat kalimat agung sebelumnya.
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa as berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana saya dapat membedakan antara orang yang Engkau cintai dan orang yang Engkau benci?"
Allah menjawab, "Hai Musa, sesungguhnya jika Aku mencintai seorang hamba, maka Aku akan menjadikan dua tanda kepadanya"
Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apa kedua tanda itu?" Allah menjawab,
"Aku akan mengilhami kepadanya agar ia bedzikir kepada-Ku, agar Aku dapat menyebutnya di kerajaan-Ku, agar ia tidak terjerumus ke dalam azab dan siksa-Ku".
"Hai Musa, jika Aku membenci seorang hamba, maka aku akan menjadikan dua tanda kepadanya."
Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apa kedua tanda itu?" Allah menjawab,
"Aku akan melupakannya berdzikir kepada-Ku dan Aku akan melepaskan ikatan antara dirinya dan jiwanya, agar dia terjerumus ke dalam lautan murka-Ku sehingga ia merasa siksa-Ku".
Sahabat mulia Mu'adz ibn Jabal berpesan, "Tidak ada satu amalan pun yang dapat menyelamatkan manusia dari siksa Allah, selain zikir kepada Allah." Ditanyakan kepadanya, "Tidak juga jihad di Jalan Allah?"
Mu'adz menjawab, "Tidak juga jihad di jalan Allah. Bukankah Allah telah berfirman, "...dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah–ibadah lainnya (QS. al_ankabut 45)
Wallahu’alam bishshawab.
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk istiqomah mengamalkan zikir “Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar” dalam kehidupan sehari-hari. Insyaallah.
Dalam mengarungi kehidupan ini kita tidak akan terlepas dari berbuat kesalahan. Memang itulah kodrat sebagai manusia, di mana keinginan ruh yang selalu mengarah ke jalan lurus yang diridhai Allah selalu berhadapan dengan nafsu yang didukung syetan untuk menyesatkan, mendorong dan menjerumuskan manusia ke jalan kemungkaran.
Tarik-menarik kedua kekuatan inilah yang menyebabkan manusia tidak senantiasa hanya berbuat baik, tapi kadang juga memperturutkan hawa nafsu dan kehendak syetan. Dengan kelihaiannya yang mumpuni, syetan sanggup menggelincirkan setiap orang. Mereka sanggup menyeret manusia untuk mendukung, menyokong, dan membela mati-matian program-programnya, yang pada akhirnya tanpa terasa manusia telah bergumul dengan lumpur dosa.
Dosa-dosa manusia itu bisa semakin lama semakin menumpuk dan semakin menenggelamkan ke jurang kenistaan. Dan apabila dibiarkan terus-menerus tanpa ada usaha untuk membersihkannya, ini merupakan suatu malapetaka yang sangat besar, karena jahanam sudah siap untuk melumat tubuh yang penuh noda.
Suatu kebodohan besar bila kehidupan dunia fana ini melalaikan kita dari mengingat Allah. Suatu yang amat sangat disayangkan, bila kehidupan yang sementara ini digunakan hanya untuk kesenangan dan kebahagiaan semu, tanpa dilengkapi persiapan diri untuk menghadap kepada-Nya. Apakah tidak disadari bahwa semua fasilitas hidup yang kita punyai dan semua yang kita cintai akan kita tinggalkan bila maut merenggut dan nyawa melayang? Suatu kerugian perniagaan akan kita dapati, bila kita hanya sibuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan nafsu. Penyesalan kemudian tiada arti bila jatah hidup telah berakhir.
Langkah dan strategi syetan untuk membawa ummat manusia ke jalan kesesatan memang luar biasa. Sesuatu yang sudah jelas-jelas dosa bisa dijadikan samar-samar. Yang menjijikkan dan hina bisa dibikin enak dan terhormat, hingga timbul slogan 'yang haram menyenangkan, yang halal menyusahkan'. Itulah kerja syetan yang tahu akan kelemahan manusia dan mampu menjadikannya bulan-bulanan sasaran ideologinya. Mereka memang mengajak untuk kufur kepada Allah swt agar sama-sama menjadi penghuni neraka.
Perasaan dendam dan sakit hati Iblis terhadap ummat manusia berawal sejak permulaan Adam diciptakan. Iblis telah menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, karena merasa dirinya lebih lebih baik.
Dengan peristiwa itu Iblis diusir dari surga dan bersiap-siap bersama anak cucunya menjadi penghuni neraka di akhirat nanti. Untuk itulah mereka berusaha keras untuk menghalang-halangi manusia dari jalan lurus. Mereka akan mendatangani manusia untuk menggoda dari muka, belakang, kanan dan kiri, dan segala arah yang mungkin. Syetan juga tidak pernah beristirahat dari upayanya itu, baik siang maupun malam.
Repotnya syetan itu boleh dibilang makhluk tanpa bentuk. Jadi tidak ada jalan lain untuk menghadapi tipu daya syetan kecuali selalu meminta lindungan dan pertolongan Allah swt. Tanpa pertolongan dan lindungan-Nya kita akan babak-belur dibuatnya. Kita akan terseret bujuk rayunya dan mengikuti jejaknya.
Pendekatan diri kepada Allah sangatlah penting untuk menangkal segala macam godaan dan bujuk rayunya. Dengan ibadah yang intensif tanpa meninggalkan apa yang Allah wajibkan, ditambah ibadah-ibadah sunnah dan do'a-do'a yang selalu kita panjatkan agar Allah memberikan pertolongan, perlindungan dan ampunan-Nya, insya-Allah syetan tak akan berkutik mengahadapi kita. Apalagi ditambah dengan dzikir yang tak pernah berhenti, tambah menyingkirkan Iblis dengan para pengikutnya.
Dzikir yang khusyu' dan mantap serta manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari akan membuat diri menjadi tenang dan selalu merasa terawasi oleh Allah Sang Maha Tahu. Di samping itu dzikir bisa membuat Allah swt berkenan mengampuni dosa-dosa, seperti bunyi hadits di atas tadi. Karenanya tentang dzikir itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam.
Pertama, Subhanallah. Kata-kata ini senantiasa kita baca setiap selesai shalat dan dalam kesempatan yang lainnya. Apa dampaknya dalam diri, dan apa reaksi, manifestasinya dalam hidup kita?
Subhanallah yang berarti Maha Suci Engkau Ya Allah ini mengandung makna tiada yang suci, tiada yang agung, tiada yang bersih, selain Dia saja. Kita manusia tidak ada satu pun yang suci bersih dari noda dan lumpur dosa. Kita tidak bisa mengklaim diri sebagai manusia suci. Begitu banyak jalan yang membuat manusia terjerumus lumpur dosa.
Noda-noda itu perlu kita bersihkan sebelum menghadap Allah yang memiliki kesucian. Allah tidak akan memasukkan seorang hamba yang kotor penuh noda ke sisi-Nya. Allah akan membersihkan dulu kotoran itu lewat tempat yang sudah disediakan yaitu jahannam.
Usaha yang kita lakukan agar tidak tergolong orang-orang yang mesti melewati jahanam dulu sebelum diterima Allah disurga adalah berusaha keras membiasakan diri hidup suci dan tidak berhenti meminta ampunan kepada-Nya. Bersikap bersih dan suci itu mencakup segala bentuk pekerjaan yang kita geluti. Di kantor kita berusaha keras untuk tidak tergiur oleh lipatan-lipatan uang yang bukan hak kita, yang bisa menodai kesucian. Di pasar kita usahakan jangan mengurangi timbangan dan mendustai orang dengan barang-barang yang kita jual. Baju atau celana palsu dibilang asli, kualitas rendah dibilang kualitas tinggi. Di sawah para petani jangan membelokkan jatah, bujangan dan perawan jangan terjebak oleh nafsu birahi sesaat tanpa akad nikah terlebih dahulu. Bila hal-hal seperti ini sudah bisa dilakukan, barulah dikatakan bacaan Subhanallah kita pada setiap habis shalat ada manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk Allah. Puji dan sanjung sering kita dengar untuk melambungkan perasaan seseorang yang kebanyakan gila sanjungan. Penghormatan yang berlebih-lebihan pada sesama manusia tidak aneh lagi kita dengar. Penghargaan yang melampaui batas sering dilontarkan manusia yang punya jiwa penjilat. Memang sanjungan merupakan senjata untuk melemahkan dan meluluhlantakkan kekerasan hati seseorang. Pujian bisa menghanyutkan kalbu seorang manusia agar bermurah hati memberikan segala yang diminta. Penghormatan dan penghargaan yang berlebihan adalah strategi politik yang halus sehingga membius insan Tuhan yang dimabuk pujaan.
Pujian dan pujaan yang merupakan hak dan milik Allah telah direbut manusia-manusia yang melupakan kodrat sebagai makhluk tiada daya. Manusia lupa akan asal penciptaanya yang hanya dari sesatu yang menjijikkan, yang hina, yang lemah, yang terbuang, yaitu segumpal darah. Manusia terbuai dan merasa memiliki pujian itu. Sungguh keterlaluan dan melampaui batas manusia yang gila hormat. Tuhan yang menciptakannya disejajarkan atau disamakan dengan kedudukannya.
Sesungguhnya puja dan puji sanjung hanyalah milik Allah. Hanya Dia yang patut kita tempatkan pada posisi yang sangat terpuji dan terhormat. Dialah pemilik dari semua penghargaan. Segala puji hanya bagi Allah, bukan bagi yang lain. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Tidak ada yang kekal dan tetap. Segala yang kita raih, prestasi, kejuaraan, atau kekayaan, semuanya akan kita tinggalkan dikarenakan usia yang semakin senja, bencana yang menimpanya, atau kematian yang menyelesaikan perjalanan hidup. Kita akan kembali kepada Allah dengan penyesalan yang tiada tara, bila demikian adanya.
Ketiga, Allahu Akbar, hanya Allah yang Maha Besar. Bila kita renungi dan pikirkan asal kejadian manusia, kejadian alam, bumi langit seisinya yang seolah tiada berbatas, kejadian makhluk-makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, kita akan berucap "Allahu Akbar." Engkau Maha Besar, Engkau Maha Agung, ya Allah.
Kejadian makhluk yang berasal dari saripati tanah, juga menyimpan rahasia yang luar biasa. Dari sperma, yang terbentuk karena dikonsumsinya makanan dengan gizi cukup, setelah bersatu dengan sel telur terjadilah segumpal darah, yang lama-kelamaan berubah bentuk menjadi janin. Setelah Allah meniupkan ruh, janin itu terlahir dalam ujud seorang bayi, lantas berkembang hingga menjadi manusia dewasa. Apakah layak, bila semasa hidup, manusia yang berasal dari zat yang sangat lemah itu berbangga diri dengan berjuta lagak dan gaya? Sementara dengan satu tiupan saja nyawanya bisa melayang, kemudian ia menjadi bukan apa-apa lagi? Betapa yang lebih layak diagungkan adalah sang empunya ide, yakni Allah, yang telah mengatur siklus itu sedemikian bagusnya?
Demikian juga kejadian tumbuhan. Dari bentuk biji yang tertanam, tersirami air, tunas-tunas mulai tumbuh, membelah tanah, mekar menjadi batang dan daun. Batang semakin besar, daun semakin lebar, bungapun merekah, hingga akhirnya muncul buah yang segar dan ranum. Betapa indahnya proses itu. Pada saatnyapun batang, buah, daun, dan seluruh pohon itu akan mati dan kembali menjadi tanah. Luar biasa.
Kejadian manusia dan tumbuhan itu patut menjadi perenungan bagi kita. 'Allahu Akbar', hanya itu yang patut kita ucap atas segala ke-Mahabesar-an dan ke-Mahakuasaan-Nya. Hanya Dia yang Maha Agung, Maha Perkasa, dan Maha Segalanya. Hanya Dia yang kita besarkan, bukan pak RT, bukan raja, bukan kepala bagian, bukan direktur, bukan bintang film, seniman, budayawan, dan bukan pula penyanyi. Semua itu kecil, semua tidak ada arti, apalagi sampai menandingi-Nya.
Tasbih, tahmid, dan takbir yang kita ucapkan setiap saat, ditambah dengan manifestasinya, yaitu dengan berusaha hidup bersih dan suci, tidak tergoda bujuk rayu iblis, ditambah ucapan syukur atas segala nikmat, adalah resep ampuh untuk dekat kepada-Nya. Dan bila manusia telah dekat kepada Allah, maka segala yang bersifat menjauhkan kepada-Nya akan tersingkir dengan sendirinya.
Keutamaan Dzikir 'Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar'
1. Rasulullah SAW. bersabda, “Lazimkan membaca subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akhbar, kerana semua itu dapat menghapuskan dosa sebagaimana gugurnya daun dari pohon”. (HR Ibnu Majah)
2. Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW. berkata : “Membaca Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar lebih aku sukai daripada seisi dunia.” (Hadith Riwayat Muslim)
3. Dari Samuroh bin Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada empat ucapan yang paling disukai oleh Allah: (1) Subhanallah, (2) Alhamdulillah, (3) Laa ilaaha illallah, dan (4) Allahu Akbar. Tidak berdosa bagimu dengan mana saja kamu memulai” (HR. Muslim no. 2137).
4. Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Sesungguhnya membaca “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar)” adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena sinar matahari.” (HR. Muslim no. 2695).
Al Munawi rahimahullah mengatakan, “Segala sesuatu yang dikatakan antara langit dan bumi, atau dikatakan lebih baik dari sesuatu yang terkena sinar matahari atau tenggelamnya, ini adalah ungkapan yang menggambarkan dunia dan seisinya.” Dari sini menunjukkan bahwa keempat kalimat tersebut lebih baik daripada dunia seisinya.
5. Dari Ummi Hani’ binti Abu Thalib dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewatiku pada suatu hari, lalu saya berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, saya sudah tua dan lemah, maka perintahkanlah kepadaku dengan amalan yang bisa saya lakukan dengan duduk.” Beliau bersabda: “Bertasbihlah kepada Allah seratus kali, karena itu sama dengan kamu membebaskan seratus budak dari keturunan Isma’il. Bertahmidlah kepada Allah seratus kali karena itu sama dengan seratus kuda berpelana yang memakai kekang di mulutnya, yang kamu bawa di jalan Allah. Bertakbirlah kepada Allah dengan seratus takbir karena ia sama dengan seratus unta yang menggunakan tali pengekang dan penurut. Bertahlillah kepada Allah seratus kali.” Ibnu Khalaf berkata; saya mengira beliau bersabda: “Karena ia memenuhi di antara langit dan bumi, dan pada hari ini tidaklah amalan seseorang itu diangkat kecuali akan didatangkan dengan semisal yang kamu lakukan itu.” (HR. Ahmad)
6. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang di muka bumi ini mengucapkan: Laa ilaha illallah, wallahu akbar, subhanallah, wal hamdulillah, wa laa hawla wa laa quwwata illa billah, melainkan dosa-dosanya akan dihapus walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Ahmad 2/158, sanadnya hasan)
7. Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda, “Aku pernah bertemu dengan Ibrahim pada malam ketika aku diisra`kan, kemudian ia berkata, ‘Wahai Muhammad, sampaikan salam dariku kepada umatmu, dan beritahukan kepada mereka bahwa Surga debunya harum, airnya segar, dan surga tersebut adalah datar, tanamannya adalah kalimat: Subhaanallaahi wal hamdu lillaahi laa ilaaha illaahu wallaahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar).” (HR. Tirmidzi)
8. Dari Abu Sa’id Al Khudri dan Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memilih empat perkataan: subhanallah (Maha suci Allah) dan alhamdulillah (segala puji bagi Allah) dan laa ilaaha illa allah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) dan Allahu akbar (Allah maha besar). Barangsiapa mengucapkan subhaanallah, maka Allah akan menulis dua puluh kebaikan baginya dan menggugurkan dua puluh dosa darinya, dan barangsiapa mengucapkan Allahu Akbar, maka Allah akan menulis seperti itu juga, dan barangsiapa mengucapkan laa Ilaaha illallah, maka akan seperti itu juga, dan barangsiapa mengucapkan alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin dari relung hatinya maka Allah akan menulis tiga puluh kebaikan untuknya dan digugurkan tiga puluh dosa darinya.” (HR. Ahmad 2/302. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya shahih)
Kedahsyatan Dzikir 'Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar'
Sahabat mulia Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhu menuturkan,
"Ketika Allah SWT menciptakan Arasy, Allah memerintahkan para malaikat pemikul Arasy agar memikul Arasy tersebut. Lalu mereka merasa berat memikulnya, Maka Allah berfirman, "Bacalah, subhanallah," para malaikat pun membaca subhanallah, hingga mereka merasa ringan memikul Arasy.
Malaikat-malaikat terus membaca subhanallah sepanjang masa sampai Allah menciptakan Nabi Adam as. Ketika Nabi Adam as bersin, Allah mengilhami kepadanya agar membaca Al-hamdulillah. Maka Allah berfirman, "Yarhamuk rabbuk (semoga Allah memberkatimu). Karena itulah Aku menciptakanmu, wahai Adam".
Para malaikat berkata, ini adalah kalimat kedua yang Agung, dan kami tidak boleh melupakan kalimat ini. Mereka menyambungkan kalimat tersebut dengan kalimat pertama sehingga sepanjang masa malaikat membaca, "Subhanallah wal hamdu lillah". Malaikat-malaikat terus membaca kalimat tersebut sampai Allah mengutus Nabi Nuh as.
Dalam sejarah disebutkan bahwa kaum Nabi Nuh as adalah orang pertama yang menjadikan berhala sebagai sesembahan. Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh as agar ia menyuruh kaumnya untuk mengatakan "Laa Ila ha Illallah", hingga Allah meridhai mereka.
Malaikat berkata, Ini adalah kalimat ketiga yang agung yang kami gabungkan dengan dua kalimat sebelumnya. Mereka pun mulai membaca, "Subhanallah Walhamdulillah Wala Ilaha Illallah". Kalimat ini terus diucapkan para malaikat sampai Allah mengutus Nabi Ibrahim alaihissalaam.
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar mengurbankan anak kesayangannya, Ismail. Kemudian Allah menggantikannya dengan seekor domba. Ketika Nabi Ibrahim melihat domba itu ia berkata, "Allahu Akbar", sebagai luapan kegembiraannya.
Malaikat berkata, ini adalah kalimat keempat yang agung. Kami akan menggabungkannya dengan ketiga kalimat sebelimnya, Akhirnya para malaikat itu mulai membaca "Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahu Akbar".
Waktu malaikat Jibril menceritakan hal ini kepada Rasulullah, maka karena kekagumannya, berilau berkata "La hawla wala quwwata illa billahi'l-'Aliyyi'l-Adhim" Maka, Jibril berkata, Ini adalah kalimat penutup dari empat kalimat agung sebelumnya.
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa as berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana saya dapat membedakan antara orang yang Engkau cintai dan orang yang Engkau benci?"
Allah menjawab, "Hai Musa, sesungguhnya jika Aku mencintai seorang hamba, maka Aku akan menjadikan dua tanda kepadanya"
Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apa kedua tanda itu?" Allah menjawab,
"Aku akan mengilhami kepadanya agar ia bedzikir kepada-Ku, agar Aku dapat menyebutnya di kerajaan-Ku, agar ia tidak terjerumus ke dalam azab dan siksa-Ku".
"Hai Musa, jika Aku membenci seorang hamba, maka aku akan menjadikan dua tanda kepadanya."
Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apa kedua tanda itu?" Allah menjawab,
"Aku akan melupakannya berdzikir kepada-Ku dan Aku akan melepaskan ikatan antara dirinya dan jiwanya, agar dia terjerumus ke dalam lautan murka-Ku sehingga ia merasa siksa-Ku".
Sahabat mulia Mu'adz ibn Jabal berpesan, "Tidak ada satu amalan pun yang dapat menyelamatkan manusia dari siksa Allah, selain zikir kepada Allah." Ditanyakan kepadanya, "Tidak juga jihad di Jalan Allah?"
Mu'adz menjawab, "Tidak juga jihad di jalan Allah. Bukankah Allah telah berfirman, "...dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah–ibadah lainnya (QS. al_ankabut 45)
Wallahu’alam bishshawab.
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk istiqomah mengamalkan zikir “Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar” dalam kehidupan sehari-hari. Insyaallah.