' Om Telolet Om… '
Sekarang ini di Indonesia 'Om Telolet Om' menjadi trend di masyarakat, Bagaimana menanggapi fenomena om telolet om dari sisi islam sendiri?
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Saya pikir, 'Om Telolet Om' tidaklah terlalu penting untuk dikaji lebih mendalam, karena ini hanya trend sekilas yang menjadi hiburan masyarakat di pinggir jalan.
Namun ketika saya melihat sendiri di jalan-jalan raya, Fenomene 'Om Telolet Om' tidak seremeh yang saya bayangkan. Dari mulai anak-anak, para remaja, hingga yang sudah lanjut usia, Semua berjejer di pinggir jalan, hanya untuk menunggu bus yang lewat, sambil membawa tulisan pesan 'Om Telolet Om'
Trend 'Om Telolet Om' ini telah banyak menyita waktu kaum muslimin… bahkan ada diantara mereka yang menghadang bus lewat sampai jam 11.30 malam. Subhanallah…
Disini tidak akan dibahas dari segi musiknya. Namun kami akan membandingkan antara jalanan di Indonesia dengan kondisi jalan antara Makkah – Madinah.
Bagi anda yang pernah haji atau umrah, suasana jalan antara Makkah – Madinah insyaallah masih tersimpan rapi dalam ingatan. Jalannya lebar, tidak padat, kanan-kiri pemandangan pegunungan dan bebatuan.
Namun ada satu hal yang sangat menginspirasi, di sepanjang jalanan Makkah – Madinah, anda pasti melihat ada rambu-rambu bertuliskan kalimat-kalimat thayibah… atau ajakan untuk bertasbih, bertahmid dan bertakbir, Selain itu ada juga kalimat perintah untuk bertawakkal, berlindung dari godaan setan, atau meminta perlindungan kepada Allah.
Tak jarang pula, ada kalimat yang mengajak para pengemudi jalanan untuk selalu melantunkan shalawat… ada yang bertuliskan alhamdulillahi rabbil alamin… ada juga yang bertuliskan astaghfirullah… sehingga setiap pengguna jalan yang melintasi rambu itu, merasa diingatkan untuk mengucapkan kalimat thayibah di atas.
Sebagai orang yang beriman, Pasti kalimat thayibah ini sangat berarti.
Orang yang mengajak mengingat pada Allah dan bershalawat akan mendapat pahala. Dan para pengguna jalan yang berdzikir juga dapat pahala. Terlebih yang mengajak, mereka mendapat pahala lebih besar.
Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya orang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain, seperti pelakunya. (HR. Tirmidzi)
Itulah arti sebuah ajakan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Pemerintah Saudi menyadari, mengingatkan orang untuk berdzikir termasuk amal shaleh yang menghasilkan pahala. Karena bagian dari ciri muslim yang baik, hanya akan perhatian terhadap sesuatu yang bermanfaat baginya.
Dari Abu Hurairah dan Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bagian dari tanda sempurnanya islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak berarti baginya. (HR. Ahmad)
Para pengguna jalan bisa menggunakan waktu kosongnya untuk banyak berdzikir. Mengucapkan kalimat thayibah, sebisa yang dia lakukan. Dia bisa membaca tasbih, tahlil, tahmid, atau memperbanyak istighfar, atau memperbanyak membaca shalawat. Buat lisan kita selalu basah dengan dzikir, dengan istighfar, atau dengan shalawat. Sehingga waktu kita di atas kendaraan akan semakin berarti.
Abdullah bin Busr bercerita,
Ada orang badui datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‘Ya Rasulullah, syariat islam sangat banyak. Tolong ajarkan kepadaku perkara yang bisa aku pegangi selalu?’ kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan,
Jaga lisanmu agar selalu basah dalam mengucapkan dzikir kepada Allah. (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Ajakan telolet mungkin bisa ganti dengan semarak,
Om, istighfar Om.
Om, shalawat om…
Om, baca tasbih om.. baca tahlil om, dst.
Kedua, masalah nongkrong di pinggir jalan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tindakan ini kurang baik, kecuali bagi mereka yang bisa menunaikan hak jalan.
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan.”
Para sahabat mengatakan,
“Ya Rasulullah, kami tidak bisa meninggalkan duduk di pinggir jalan, untuk mengobrol.”
Kemudian beliau mengatakan,
Jika kalian enggan untuk tidak duduk-duduk di pinggir jalan, maka kalian harus tunaikan hak jalan. Yaitu, tundukkan pandangan, jangan mengganggu, jawab salam, dan tegakkan amar makruf nahi munkar. (HR. Ahmad)
Mereka yang hanya menunggu bus lewat sambil membawa tulisan berisi pesan, 'Om Telolet Om', jelas ini bukan hak jalan.
Wallahu a’lam. (konsultasisyariah)
Sekarang ini di Indonesia 'Om Telolet Om' menjadi trend di masyarakat, Bagaimana menanggapi fenomena om telolet om dari sisi islam sendiri?
Fenomena 'Om Telolet Om' yang jadi trend masyarakat Indonesia |
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Saya pikir, 'Om Telolet Om' tidaklah terlalu penting untuk dikaji lebih mendalam, karena ini hanya trend sekilas yang menjadi hiburan masyarakat di pinggir jalan.
Namun ketika saya melihat sendiri di jalan-jalan raya, Fenomene 'Om Telolet Om' tidak seremeh yang saya bayangkan. Dari mulai anak-anak, para remaja, hingga yang sudah lanjut usia, Semua berjejer di pinggir jalan, hanya untuk menunggu bus yang lewat, sambil membawa tulisan pesan 'Om Telolet Om'
Trend 'Om Telolet Om' ini telah banyak menyita waktu kaum muslimin… bahkan ada diantara mereka yang menghadang bus lewat sampai jam 11.30 malam. Subhanallah…
Disini tidak akan dibahas dari segi musiknya. Namun kami akan membandingkan antara jalanan di Indonesia dengan kondisi jalan antara Makkah – Madinah.
Bagi anda yang pernah haji atau umrah, suasana jalan antara Makkah – Madinah insyaallah masih tersimpan rapi dalam ingatan. Jalannya lebar, tidak padat, kanan-kiri pemandangan pegunungan dan bebatuan.
Namun ada satu hal yang sangat menginspirasi, di sepanjang jalanan Makkah – Madinah, anda pasti melihat ada rambu-rambu bertuliskan kalimat-kalimat thayibah… atau ajakan untuk bertasbih, bertahmid dan bertakbir, Selain itu ada juga kalimat perintah untuk bertawakkal, berlindung dari godaan setan, atau meminta perlindungan kepada Allah.
Tak jarang pula, ada kalimat yang mengajak para pengemudi jalanan untuk selalu melantunkan shalawat… ada yang bertuliskan alhamdulillahi rabbil alamin… ada juga yang bertuliskan astaghfirullah… sehingga setiap pengguna jalan yang melintasi rambu itu, merasa diingatkan untuk mengucapkan kalimat thayibah di atas.
Sebagai orang yang beriman, Pasti kalimat thayibah ini sangat berarti.
Orang yang mengajak mengingat pada Allah dan bershalawat akan mendapat pahala. Dan para pengguna jalan yang berdzikir juga dapat pahala. Terlebih yang mengajak, mereka mendapat pahala lebih besar.
Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدَّالَّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ
Sesungguhnya orang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain, seperti pelakunya. (HR. Tirmidzi)
Itulah arti sebuah ajakan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Pemerintah Saudi menyadari, mengingatkan orang untuk berdzikir termasuk amal shaleh yang menghasilkan pahala. Karena bagian dari ciri muslim yang baik, hanya akan perhatian terhadap sesuatu yang bermanfaat baginya.
Dari Abu Hurairah dan Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
Bagian dari tanda sempurnanya islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak berarti baginya. (HR. Ahmad)
Para pengguna jalan bisa menggunakan waktu kosongnya untuk banyak berdzikir. Mengucapkan kalimat thayibah, sebisa yang dia lakukan. Dia bisa membaca tasbih, tahlil, tahmid, atau memperbanyak istighfar, atau memperbanyak membaca shalawat. Buat lisan kita selalu basah dengan dzikir, dengan istighfar, atau dengan shalawat. Sehingga waktu kita di atas kendaraan akan semakin berarti.
Abdullah bin Busr bercerita,
Ada orang badui datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‘Ya Rasulullah, syariat islam sangat banyak. Tolong ajarkan kepadaku perkara yang bisa aku pegangi selalu?’ kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan,
لاَ يَزَالُ لِسَانُك رَطْبًا بِذِكْرِ اللهِ
Jaga lisanmu agar selalu basah dalam mengucapkan dzikir kepada Allah. (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Ajakan telolet mungkin bisa ganti dengan semarak,
Om, istighfar Om.
Om, shalawat om…
Om, baca tasbih om.. baca tahlil om, dst.
Kedua, masalah nongkrong di pinggir jalan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tindakan ini kurang baik, kecuali bagi mereka yang bisa menunaikan hak jalan.
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ فِى الطُّرُقَاتِ
“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan.”
Para sahabat mengatakan,
“Ya Rasulullah, kami tidak bisa meninggalkan duduk di pinggir jalan, untuk mengobrol.”
Kemudian beliau mengatakan,
فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلاَّ الْمَجْلِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ . قَالُوا وَمَا حَقُّهُ قَالَ « غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ الأَذَى وَرَدُّ السَّلاَمِ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْىُ عَنِ الْمُنْكَرِ
Jika kalian enggan untuk tidak duduk-duduk di pinggir jalan, maka kalian harus tunaikan hak jalan. Yaitu, tundukkan pandangan, jangan mengganggu, jawab salam, dan tegakkan amar makruf nahi munkar. (HR. Ahmad)
Mereka yang hanya menunggu bus lewat sambil membawa tulisan berisi pesan, 'Om Telolet Om', jelas ini bukan hak jalan.
Wallahu a’lam. (konsultasisyariah)