"Haji... Haji... La Selfie," ujar salah satu askar dengan gerakan melambaikan tangan untuk menegur ibu-ibu para jamaah umroh Indonesia yang sedang melakukan selfie di depan pintu Ka'bah.
Ibu yang menggunakan gamis dan jilbab berwarna hitam itu pun secara spontan langsung menyembunyikan smartphone miliknya yang digunakan untuk berselfie ria.
Hampir di setiap sudut Masjidil Haram yang saya lewati, saya kerap menemukan para jamaah yang sedang asyik selfie atau berfoto beramai-ramai (wefie).
Tidak jarang saya temukan pemandangan jamaah yang nekat selfie berfoto dengan Ka'bah sebagai latar belakang foto. Bahkan ada beberapa yang selfie di depan pintu Ka'bah, di belakang Maqom Ibrahim, di dalam Hijr Ismail, dan tempat mulia yang berada di Masjidil Haram lainnya.
Sebenarnya, ketika memasuki area halaman luar Masjidil Haram, Kerajaan Saudi melalui presidensi Masjidil Haram sudah memberikan rambu-rambu larangan untuk memotret di lingkungan masjid.
Kendati demikian, meski rambu-rambu tersebut banyak dipasang di beberapa sisi Masjidil Haram, namun tetap saja banyak jamaah yang tidak menghiraukan. Diantara mereka ada yang mengabadikan gambar lewat smartphone, kamera saku, hingga kamera DSLR.
Saya pernah ditegur saat sedang mengabadikan Ka'bah dari Rukun Yamani lewat kamera saku. Tapi yang menegur bukan askar atau petugas Masjidil Haram, melainkan seorang perempuan berparas ayu khas Jawa Tengah yang minta tolong difotokan bersama keluarganya.
"Excuse me, could you take my photo. Please," kata dia dengan aksen Jawa sembari menyodorkan ponsel pintarnya.
Ustaz Turmudi, muthawif atau pembimbing umroh saya mengatakan, jika askar di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi di Madinah cukup tegas terkait masalah kamera. "Hati-hati saja kalau mau ambil foto," kata pria asal Ponorogo itu.
Teguran lisan, lambaian tangan atau bahkan bisa menjadi 'penyitaan' ponsel atau kamera sering diterima jamaah Masjidil Haram dan masjid Nabawi yang nekat mengambil foto meski sudah ditegur.
Namun, bagi jamaah yang beruntung bisa leluasa mengabadikan gambar atau foto istimewa atau merekam suasana putaran tawaf tanpa ditegur askar yang sedang bertugas.
Ketika sedang menunggu adzan di shaf kedua, saya juga menyaksikan seorang jamaah pria berdebat meminta smartphone samsung miliknya yang disita askar untuk dikembalikan. Sebelumnya saya melihat pria itu nekat selfie dengan latar belakang pintu Ka'bah saat adzan sedang dikumandangkan. Padahal, beberapa askar sedang berkumpul untuk mensterilkan tempat imam Masjidil Haram memimpin shalat berjamaah.
Baca Juga:
Muthawif saya berpesan, berfoto atau mengambil gambar foto di dalam Masjidil Haram boleh saja, asalkan jangan sampai menimbulkan rasa riya. "Asal tujuannya baik," ucap pria yang sudah puluhan tahun tinggal di Makkah tersebut.
Ibu yang menggunakan gamis dan jilbab berwarna hitam itu pun secara spontan langsung menyembunyikan smartphone miliknya yang digunakan untuk berselfie ria.
Selfie di depan Ka'bah |
Hampir di setiap sudut Masjidil Haram yang saya lewati, saya kerap menemukan para jamaah yang sedang asyik selfie atau berfoto beramai-ramai (wefie).
Tidak jarang saya temukan pemandangan jamaah yang nekat selfie berfoto dengan Ka'bah sebagai latar belakang foto. Bahkan ada beberapa yang selfie di depan pintu Ka'bah, di belakang Maqom Ibrahim, di dalam Hijr Ismail, dan tempat mulia yang berada di Masjidil Haram lainnya.
Sebenarnya, ketika memasuki area halaman luar Masjidil Haram, Kerajaan Saudi melalui presidensi Masjidil Haram sudah memberikan rambu-rambu larangan untuk memotret di lingkungan masjid.
Kendati demikian, meski rambu-rambu tersebut banyak dipasang di beberapa sisi Masjidil Haram, namun tetap saja banyak jamaah yang tidak menghiraukan. Diantara mereka ada yang mengabadikan gambar lewat smartphone, kamera saku, hingga kamera DSLR.
Saya pernah ditegur saat sedang mengabadikan Ka'bah dari Rukun Yamani lewat kamera saku. Tapi yang menegur bukan askar atau petugas Masjidil Haram, melainkan seorang perempuan berparas ayu khas Jawa Tengah yang minta tolong difotokan bersama keluarganya.
"Excuse me, could you take my photo. Please," kata dia dengan aksen Jawa sembari menyodorkan ponsel pintarnya.
Ustaz Turmudi, muthawif atau pembimbing umroh saya mengatakan, jika askar di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi di Madinah cukup tegas terkait masalah kamera. "Hati-hati saja kalau mau ambil foto," kata pria asal Ponorogo itu.
Teguran lisan, lambaian tangan atau bahkan bisa menjadi 'penyitaan' ponsel atau kamera sering diterima jamaah Masjidil Haram dan masjid Nabawi yang nekat mengambil foto meski sudah ditegur.
Namun, bagi jamaah yang beruntung bisa leluasa mengabadikan gambar atau foto istimewa atau merekam suasana putaran tawaf tanpa ditegur askar yang sedang bertugas.
Ketika sedang menunggu adzan di shaf kedua, saya juga menyaksikan seorang jamaah pria berdebat meminta smartphone samsung miliknya yang disita askar untuk dikembalikan. Sebelumnya saya melihat pria itu nekat selfie dengan latar belakang pintu Ka'bah saat adzan sedang dikumandangkan. Padahal, beberapa askar sedang berkumpul untuk mensterilkan tempat imam Masjidil Haram memimpin shalat berjamaah.
Baca Juga:
- 7 Hotel Istimewa Paling Dekat Dengan Masjidil Haram
- Ini Dia Hotel Murah Di Makkah Yang Dekat Dengan Ka'bah
- Inilah 11 Tempat Favorit Jamaah Umroh Dan Haji Untuk Selfie Di Tanah Suci
Muthawif saya berpesan, berfoto atau mengambil gambar foto di dalam Masjidil Haram boleh saja, asalkan jangan sampai menimbulkan rasa riya. "Asal tujuannya baik," ucap pria yang sudah puluhan tahun tinggal di Makkah tersebut.