Seorang ibu rumah tangga baru-baru ini menuliskan curhatnya setelah beredar klarifikasi produsen roti ternama Sari Roti. Nama ibu tersebut adalah Nurliani Ummu Nashifa Zhafira.
"Baru melihat saya klarifikasi sebuah perusahaan cukup besar di negeri ini. Padahal yang lihat itu postingan juga hampir semua paham. Tukang roti dengan merk ternama itu, kemungkinan besar menuliskan kata "gratis" karena diborong oleh donatur. Atau tukang rotinya secara pribadi menyumbang. Kalaupun iya, tukang roti menyumbang, itupun saya rasa haknya. Dan pastinya akan tetap membayar full ke perusahaan. Terus kenapa jadi emosional begitu, mereka buru-buru klarifikasi?" kata Nurliani.
Dengan adanya klarifikasi seperti itu, dia menganggap Sari Roti telah melakukan blunder. "Pakai embel-embel, mendukung keutuhan NKRI, tidak terlibat aktivitas politik," kata dia.
Sebagai pelanggan setia Sari Roti, Nurliani merasa tersinggung.
"Saya merasa tersinggung. Miris bacanya. Apakah iya, saya ini yang hadir dianggap merusak keutuhan NKRI? Duh, nggak pernah kepikiran. Kaitan sama politik? Hello, kalau cuma itu, duh saya rasa yang hadir nggak akan sebanyak ini. Dari seluruh penjuru daerah," tegas ibu beranak empat ini.
Ia mengungkapkan perusahaan yang produknya dibeli, kemudian digratiskan itu banyak sekali. "Mereka nggak repot tuh pakai klarifikasi segala. Itu mah biasa. Biasa aja dalam dunia bisnis. Produknya dibeli terus disumbangkan."
Malahan, kata dia, kalau ketemu perusahaan yang pakai klarifikasi menunjukkan cara marketing yang salah. "Offside sekali. Rasanya ingin mengakhiri kebersamaan dengan mu Sariroti, tentu menjadi pilihan yang harus segera ku ambil. Masih banyak pilihan roti lain, saya rasa. Dibalik wajah 'kenetralan'mu, sesungguhnya telah menunjukkan 'keberpihakan' yang nyata. Jadi bye-bye Sari Roti tetot, tetot!"
"Baru melihat saya klarifikasi sebuah perusahaan cukup besar di negeri ini. Padahal yang lihat itu postingan juga hampir semua paham. Tukang roti dengan merk ternama itu, kemungkinan besar menuliskan kata "gratis" karena diborong oleh donatur. Atau tukang rotinya secara pribadi menyumbang. Kalaupun iya, tukang roti menyumbang, itupun saya rasa haknya. Dan pastinya akan tetap membayar full ke perusahaan. Terus kenapa jadi emosional begitu, mereka buru-buru klarifikasi?" kata Nurliani.
Dengan adanya klarifikasi seperti itu, dia menganggap Sari Roti telah melakukan blunder. "Pakai embel-embel, mendukung keutuhan NKRI, tidak terlibat aktivitas politik," kata dia.
Sebagai pelanggan setia Sari Roti, Nurliani merasa tersinggung.
"Saya merasa tersinggung. Miris bacanya. Apakah iya, saya ini yang hadir dianggap merusak keutuhan NKRI? Duh, nggak pernah kepikiran. Kaitan sama politik? Hello, kalau cuma itu, duh saya rasa yang hadir nggak akan sebanyak ini. Dari seluruh penjuru daerah," tegas ibu beranak empat ini.
Ia mengungkapkan perusahaan yang produknya dibeli, kemudian digratiskan itu banyak sekali. "Mereka nggak repot tuh pakai klarifikasi segala. Itu mah biasa. Biasa aja dalam dunia bisnis. Produknya dibeli terus disumbangkan."
Malahan, kata dia, kalau ketemu perusahaan yang pakai klarifikasi menunjukkan cara marketing yang salah. "Offside sekali. Rasanya ingin mengakhiri kebersamaan dengan mu Sariroti, tentu menjadi pilihan yang harus segera ku ambil. Masih banyak pilihan roti lain, saya rasa. Dibalik wajah 'kenetralan'mu, sesungguhnya telah menunjukkan 'keberpihakan' yang nyata. Jadi bye-bye Sari Roti tetot, tetot!"