Saya memang hanya bekas anak pengungsi, tidak paham kedaulatan, tidak mengerti busuknya politik tapi saya tahu rasanya bagaimana hidup kelaparan, terlunta-lunta, dizholimi dan ditolak sana-sini dengan alasan tak ada dokumen, dicuri hak sebagaimana yang sedang terjadi kepada saudara saya Muslim Rohingya.
Ancaman Anda atau siapapun kepada saya perihal tulisan saya karena dianggap memprovokasi masyarakat tidak membuat saya sedikitpun gentar. Justru saya akan semakin semangat menuliskan provokasi ini. Saya pernah berada di ujung pedang, terisolasi tanpa makanan, tak gentar dengan ocehan Anda wahai pengecut.
Anda bilang saya ibu rumah tangga bodoh. Ya , saya memang bodoh tapi tidak setolol Anda untuk sekadar berbicara sebagai manusia. Fakta tentang Muslim Rohingya telah saya ikuti dari beberapa tahun yang lalu bahkan sebelum saya melahirkan putri saya. Jadi, tolong Anda banyak berwisata ke YouTube atau baca berita dalam bahasa Inggris terkait pembantaian Muslim Rohingya oleh Buddhist yang Anda pikir cinta damai.
Nonton dan baca baik-baik pernyataan pendeta Budha terkait Muslim Rohingya ketika ditanya oleh wartawan.
Pembantaian ini diawali rumor. Kenyataanya pernyataan dari pendeta Budha telah jelas bahwa, “Muslim Tumbuh Dengan Pesat dan Membahayakan Posisi (Agama) Mereka”.
Anda bilang saya sok-sokan mengurus masalah pengungsi sedang negara kita sedang kacau. Bapak-bapak TNI kita menolak pengungsi Rohingya karena ingin melindungi kedaulatan kita dari teroris. Haiiish!
Saya memang tidak tahu dan tidak mau tahu tentang memuja kedaulatan kebinatangan karena saya manusia yang tahu rasanya kelaparan dan kedinginan di rumah pengungsi yang bocor sana-sini.
The Racist Monk of Myanmar
Anda bilang Indonesia sudah terlalu padat, apalagi mau menampung pengungsi. Hai Tuan! Ada banyak pulau di Indonesia yang tak berpenghuni. Itu karunia Allah, Tuhan Pemilik Bumi dan Langit. Hati kebinatangan Anda mungkin senang dan bahagia melihat anak-anak dan perempuan Muslim Rohingya dibunuh tapi saya yakin jutaaan masyarakat Indonesia dengan saudara Aceh sebagai pionir berani berada di garda depan membantu Muslim Rohingya.
Telan kekhawatiran dan rasa pengecut Anda atau tenggelamkan di laut! Jangan hidup sebagai manusia kalau Anda mau menceramahi saya perihal nasionalisme kebinatangan .
Berbicara politiklah dengan para politikus busuk karena saya tidak ingin hati saya terkontaminasi dan meledak amarah karena inbox busuk Anda. Sekai lagi saya katakan kepada Anda, “Saya Tidak Takut Dengan Celaan dan Ancaman Anda Karena Saya Hanya Takut Kepada Azab Allah!”
Camkan itu wahai pengecut! Saya tidak mempublish nama Anda agar Anda tidak dibully atau bahkan membuat orang dengan hati kebinatangan Anda menjadi terkenal di dunia sosmed. Silahkan Anda membaca surat saya ini sambil makan kuaci atau menelan ratusan jarum supaya kesadaran Anda pulih sebelum berdiskusi dengan saya perihal kedaulatan negara.
Sekian dan terima kasih.
Oleh : Raidah Athirah, Muslimah, Penulis, tinggal di Norwegia
Ancaman Anda atau siapapun kepada saya perihal tulisan saya karena dianggap memprovokasi masyarakat tidak membuat saya sedikitpun gentar. Justru saya akan semakin semangat menuliskan provokasi ini. Saya pernah berada di ujung pedang, terisolasi tanpa makanan, tak gentar dengan ocehan Anda wahai pengecut.
Anda bilang saya ibu rumah tangga bodoh. Ya , saya memang bodoh tapi tidak setolol Anda untuk sekadar berbicara sebagai manusia. Fakta tentang Muslim Rohingya telah saya ikuti dari beberapa tahun yang lalu bahkan sebelum saya melahirkan putri saya. Jadi, tolong Anda banyak berwisata ke YouTube atau baca berita dalam bahasa Inggris terkait pembantaian Muslim Rohingya oleh Buddhist yang Anda pikir cinta damai.
Nonton dan baca baik-baik pernyataan pendeta Budha terkait Muslim Rohingya ketika ditanya oleh wartawan.
Pembantaian ini diawali rumor. Kenyataanya pernyataan dari pendeta Budha telah jelas bahwa, “Muslim Tumbuh Dengan Pesat dan Membahayakan Posisi (Agama) Mereka”.
Anda bilang saya sok-sokan mengurus masalah pengungsi sedang negara kita sedang kacau. Bapak-bapak TNI kita menolak pengungsi Rohingya karena ingin melindungi kedaulatan kita dari teroris. Haiiish!
Saya memang tidak tahu dan tidak mau tahu tentang memuja kedaulatan kebinatangan karena saya manusia yang tahu rasanya kelaparan dan kedinginan di rumah pengungsi yang bocor sana-sini.
The Racist Monk of Myanmar
Anda bilang Indonesia sudah terlalu padat, apalagi mau menampung pengungsi. Hai Tuan! Ada banyak pulau di Indonesia yang tak berpenghuni. Itu karunia Allah, Tuhan Pemilik Bumi dan Langit. Hati kebinatangan Anda mungkin senang dan bahagia melihat anak-anak dan perempuan Muslim Rohingya dibunuh tapi saya yakin jutaaan masyarakat Indonesia dengan saudara Aceh sebagai pionir berani berada di garda depan membantu Muslim Rohingya.
Telan kekhawatiran dan rasa pengecut Anda atau tenggelamkan di laut! Jangan hidup sebagai manusia kalau Anda mau menceramahi saya perihal nasionalisme kebinatangan .
Berbicara politiklah dengan para politikus busuk karena saya tidak ingin hati saya terkontaminasi dan meledak amarah karena inbox busuk Anda. Sekai lagi saya katakan kepada Anda, “Saya Tidak Takut Dengan Celaan dan Ancaman Anda Karena Saya Hanya Takut Kepada Azab Allah!”
Camkan itu wahai pengecut! Saya tidak mempublish nama Anda agar Anda tidak dibully atau bahkan membuat orang dengan hati kebinatangan Anda menjadi terkenal di dunia sosmed. Silahkan Anda membaca surat saya ini sambil makan kuaci atau menelan ratusan jarum supaya kesadaran Anda pulih sebelum berdiskusi dengan saya perihal kedaulatan negara.
Sekian dan terima kasih.
Oleh : Raidah Athirah, Muslimah, Penulis, tinggal di Norwegia