Assalamu’alaikum warahmatullah wabarokaatuh
Ustadz, perkenalkan nama saya Fitri (22). Saya sudah mengenakan hijab Alhamdulillah sejak tahun 2011 yang lalu. Saya ingin bercerita sedikit Ustadz, mengenai pandangan Allah terhadap wanita berhijab dan pandangan dunia terhadap wanita berhijab.
Selama masa remaja saya (sebelum mengenakan hijab), saya termasuk orang yang dikenal banyak teman dan relasi yang luas. Saya selalu merasa mudah mendapat apa yang saya cita citakan. Saya memiliki banyak teman, lingkungan sosial yang baik, bahkan saya selalu merasa dimudahkan perjalanannya, termasuk dalam hal percintaan. Saat itu, saya juga termasuk golongan orang yang kurang rajin beribadah.
Namun Alhamdulillah, saya terbuka hatinya untuk perlahan mengenakan hijab dan mulai melatih diri mendekatkan diri kpd Allah SWT. Setelah bertahun-tahun setelah saya mengenakan hijab, kehidupan saya mulai berubah ustadz. Saya tidak seperti yang dulu, pergaulan saya tidak seluas dulu, saya merasa (sedikit, mungkin) dikucilkan karena penampilan saya memakai hijab menurut orang lain "tidak menarik" dan "tidak pantas diajak gaul". Padahal saya tipe orang yang adaptif dan bukan tipe introvert.
Saya pernah mengikuti seleksi pemilihan asisten laboratorium di kampus, dan saya ditolak. Alasan saya ditolak pun beredar karena asisten laboratorium harus berpenampilan menarik dan tidak culun. (mereka menganggap wanita berhijab itu = culun). Mereka justru menerima kandidat lain yang bahkan ipk nya tidak mencapai standard yang mereka tetapkan sendiri, padahal ipk saya jauh melebihi standard kandidat lain. Akhirnya saya hanya berpikir "mungkin bukan rejeki dan saya ikhlas menerima.
Perlakuan diskriminatif kembali terjadi, saat dosen saya (pria, muslim) menyuruh saya maju untuk mengerjakan soal. Saya mengerjakan sebenar mungkin (meskipun ada salah), tetapi dosen itu memarahi saya dan mempermalukan saya padahal kesalahan itu tidak fatal, Ustadz. Sedangkan teman saya (perempuan, cantik dan seksi tetapi tidak berkerudung) sama sekali tidak bisa mengerjakan soal tersebut tetapi diperlakukan baik sekali, tata bicaranya jauh sekali saat beliau memarahi saya di depan kelas. Perlakuan itu juga sama dirasakan oleh teman saya yang berhijab, Ustadz. Bukan hanya saya.
Terakhir, saya saat ini sudah lulus dan sedang mencari pekerjaan. Banyak perusahaan menolak saya, padahal kualifikasi saya sudah sangat memenuhi standard. Tetapi banyak teman-teman saya (perempuan) yang tidak berkerudung, justru lolos dengan mudah. Untuk memperjelas kasusnya, saya dan teman-teman saya memiliki kualifikasi yang sama. Rejeki memang di tangan Allah, tetapi ini yang mau saya curahkaan Ustadz : Saya sudah berjanji dalam hati tidak akan meninggalkan hijab dan syariat Islam setelah memutuskan memakai hijab. Akan tetapi, kehidupan saya justru (bisa dibilang) merosot sejak saya mengenakan hijab.
Saya sedih sekali, Ustadz. Apa ini termasuk ujian dari Allah untuk Saya? Atau memang dunia bisa dibeli hanya jika kita melepas syariat-Nya? Mohon pencerahannya Ustadz, saya tidak memiliki siapa-siapa yang bisa diajak berdiskusi soal agama. Sekiranya Ustadz mau menjawab pertanyaan saya. Saya sungguh mengucapkan terima kasih.
Jawaban
Wa’alaikum salam warahmatullah wabarokaatuh
Menutup aurat merupakan salah satu syariatnya yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslimah. Perintahnya telah jelas Allah dzikirkan melalui QS. Al-Ahzab: 59 dan An-Nur: 31.
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri – istrimu, anak – anak perempuanmu dan istri – istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).
“...Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka...” (QS. An-Nur: 31).
Saya mengapresiasi betul keputusan anda dalam menutup aurat secara istiqomah demi menegakkan ajarannya dan melaksanakan perintahNya, yang mana sesungguhnya segala seruanNya kepada para hamba – hambanya itu tidak mengandung unsur mudharat atau sia – sia sedikitpun melainkan pasti memuat hikmah dan ibrah yang hakikatnya demi kebaikan hamba – hambaNya sendiri.
Sebenarnya tidak ada suatu hal pelik yang mesti dikhawatirkan berkaitan dengan masalah berhijab ini, apabila setiap orang mau menjalankan aturan dan ketentuanNya dengan khusyu’ dalam keimanannya masing - masing.
Namun hakikatnya di era globalisasi sekarang ini rupanya masih begitu banyak pihak yang berasumsi bahwa pakaian tertutup (hijab) sama sekali tidak dapat mewakili para muslimah untuk mengapresiasikan kebebasan hak asasi mereka dalam berpakaian, padahal sebagaimana yang kita ketahui bersama diantara para muslimah di Indonesia, banyak sekali yang berusaha ingin menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah sejati dan beristiqomah dalam menutup aurat, akan tapi realitanya berbeda, begitu banyak tudingan yang menyudutkan para muslimah yang menutup aurat seolah - olah mereka adalah perempuan yang tak tahu modernitas serta cara berpakaian yang benar.
Padahal, hijab merupakan bagian dari ajaran Islam yang patutnya ditaati bagi setiap kaum wanita yang beragama muslim. Namun dengan berbagai dalih supaya mereka berpenampilan lebih official, bagian personalia perusahaan – perusahaan menolak mereka yang berpenampilan tertutup/berhijab seakan - akan muslimah berjilbab kuno yang tidak tahu – menahu ihwal perkantoran, teknologi, pekerjaan, dan lain – lain.
Anda tidak perlu berfikir bahwa kini hijab telah menghalangi segala keberuntungan yang selayaknya anda peroleh, anda tidak perlu bersedih. Sesungguhnya segala kehendak itu pasti diselingi cobaan dan hambatan di setiap jalannya. Sekalipun itu niat baik yakni sebuah kehendak untuk melaksanakan perintahNya dan meraih ridhoNya. Sebagaimana firman Allah berikut :
“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu” (QS. Muhammad: 31)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami Telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-‘Ankabut: 2)
“Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar gangguan yang banyak yang menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah” (QS. Ali Imrân: 186)
Adapun sabda Rasulullah, “Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya”
Jalan terbaik bagi anda kini adalah ikhlas dan bersabar sembari terus berdoa diiringi rasa yakin bahwa Allah pasti akan menunjukkan penerangNya, sebab sesungguhnya orang – orang yang bersabar dalam menghadapi segala ujian dariNya akan memperoleh hikmah dan hal – hal terpuji, di antaranya :
1. Dia akan mendapatkan pahala seperti para nabi yang memiliki keteguhan hati (ulul-‘azm).
2. Dia akan mendapatkan keberkatan yang sempurna, rahmat dan petunjuk dari Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya: “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 157)
3. Dia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya: “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar” (Fushshilat: 35)
4. Dia akan mendapatkan pahala tanpa batas. Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)
5. Dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allâh membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa.”
Menjemput Rezeki, tanpa Melanggar Larangan Syariat
Sesungguhnya rezeki 100% datang dari Allah. Inilah konsep yang selayaknya kita tanamkan dalam diri kita, sebagaimana yang Allah tegaskan dalam Al-Quran,
“Tidak ada satupun makhluk yang hidup di muka bumi ini, kecuali rezekinya ditanggung Allah…” (QS. Hud: 6).
Kita camkan dalam lubuk hati kita, rezeki itu datang dari Allah, sementara kerja yang kita lakukan, sejatinya hanyalah sebab untuk menjemput rezeki itu. Dan tentu saja, yang namanya sebab untuk mendapatkan rezeki itu, tidak hanya satu, namun beraneka ragam.
Kaitannya dengan hal ini, perlu kita sadari, tidak mungkin Allah simpan sebagian rezeki salah seorang hamba-Nya, sementara dia hanya bisa memperolehnya dengan cara melanggar larangannya. Karena jika demikian, berarti Allah telah mendzalimi hamba-Nya.
Dengan demikian, rezeki Allah pasti bisa diperoleh dengan cara yang halal, tanpa harus menerjang aturan syariat. Sejuta jalan halal yang bisa ditempuh untuk menjemput rezeki.
Jilbab Adalah Kehormatan Wanita
Allah mewajibkan wanita berjilbab, tujuan terbesarnya adalah untuk menjunjung tinggi kedudukan dan martabat wanita.
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59)
Allah Dzat yang paling tahu karakter manusia. Allah tahu bagaimana kecenderungan lelaki fasik terhadap wanita. Mereka begitu bersemangat untuk mengganggu wanita yang mereka nilai kurang terhormat. Namun semangat itu akan hilang, ketika wanita yang ada di hadapan mereka mengenakan jilbab dan menjaga kehormatan. Dan itu wujud dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Karena itulah, Allah akhiri ayat ini dengan menyebutkan dua nama-Nya yang mulia: “Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (simak Tafsir As-Sa’di, hlm. 671).
Demikian, semoga Allah senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada anda dan kita semua supaya dipermudah urusan kita dalam menegakkan segala ajaranNya. Aamiin.
Ustadz, perkenalkan nama saya Fitri (22). Saya sudah mengenakan hijab Alhamdulillah sejak tahun 2011 yang lalu. Saya ingin bercerita sedikit Ustadz, mengenai pandangan Allah terhadap wanita berhijab dan pandangan dunia terhadap wanita berhijab.
Selama masa remaja saya (sebelum mengenakan hijab), saya termasuk orang yang dikenal banyak teman dan relasi yang luas. Saya selalu merasa mudah mendapat apa yang saya cita citakan. Saya memiliki banyak teman, lingkungan sosial yang baik, bahkan saya selalu merasa dimudahkan perjalanannya, termasuk dalam hal percintaan. Saat itu, saya juga termasuk golongan orang yang kurang rajin beribadah.
Namun Alhamdulillah, saya terbuka hatinya untuk perlahan mengenakan hijab dan mulai melatih diri mendekatkan diri kpd Allah SWT. Setelah bertahun-tahun setelah saya mengenakan hijab, kehidupan saya mulai berubah ustadz. Saya tidak seperti yang dulu, pergaulan saya tidak seluas dulu, saya merasa (sedikit, mungkin) dikucilkan karena penampilan saya memakai hijab menurut orang lain "tidak menarik" dan "tidak pantas diajak gaul". Padahal saya tipe orang yang adaptif dan bukan tipe introvert.
Saya pernah mengikuti seleksi pemilihan asisten laboratorium di kampus, dan saya ditolak. Alasan saya ditolak pun beredar karena asisten laboratorium harus berpenampilan menarik dan tidak culun. (mereka menganggap wanita berhijab itu = culun). Mereka justru menerima kandidat lain yang bahkan ipk nya tidak mencapai standard yang mereka tetapkan sendiri, padahal ipk saya jauh melebihi standard kandidat lain. Akhirnya saya hanya berpikir "mungkin bukan rejeki dan saya ikhlas menerima.
Perlakuan diskriminatif kembali terjadi, saat dosen saya (pria, muslim) menyuruh saya maju untuk mengerjakan soal. Saya mengerjakan sebenar mungkin (meskipun ada salah), tetapi dosen itu memarahi saya dan mempermalukan saya padahal kesalahan itu tidak fatal, Ustadz. Sedangkan teman saya (perempuan, cantik dan seksi tetapi tidak berkerudung) sama sekali tidak bisa mengerjakan soal tersebut tetapi diperlakukan baik sekali, tata bicaranya jauh sekali saat beliau memarahi saya di depan kelas. Perlakuan itu juga sama dirasakan oleh teman saya yang berhijab, Ustadz. Bukan hanya saya.
Terakhir, saya saat ini sudah lulus dan sedang mencari pekerjaan. Banyak perusahaan menolak saya, padahal kualifikasi saya sudah sangat memenuhi standard. Tetapi banyak teman-teman saya (perempuan) yang tidak berkerudung, justru lolos dengan mudah. Untuk memperjelas kasusnya, saya dan teman-teman saya memiliki kualifikasi yang sama. Rejeki memang di tangan Allah, tetapi ini yang mau saya curahkaan Ustadz : Saya sudah berjanji dalam hati tidak akan meninggalkan hijab dan syariat Islam setelah memutuskan memakai hijab. Akan tetapi, kehidupan saya justru (bisa dibilang) merosot sejak saya mengenakan hijab.
Saya sedih sekali, Ustadz. Apa ini termasuk ujian dari Allah untuk Saya? Atau memang dunia bisa dibeli hanya jika kita melepas syariat-Nya? Mohon pencerahannya Ustadz, saya tidak memiliki siapa-siapa yang bisa diajak berdiskusi soal agama. Sekiranya Ustadz mau menjawab pertanyaan saya. Saya sungguh mengucapkan terima kasih.
Jawaban
Wa’alaikum salam warahmatullah wabarokaatuh
Menutup aurat merupakan salah satu syariatnya yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslimah. Perintahnya telah jelas Allah dzikirkan melalui QS. Al-Ahzab: 59 dan An-Nur: 31.
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri – istrimu, anak – anak perempuanmu dan istri – istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).
“...Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka...” (QS. An-Nur: 31).
Saya mengapresiasi betul keputusan anda dalam menutup aurat secara istiqomah demi menegakkan ajarannya dan melaksanakan perintahNya, yang mana sesungguhnya segala seruanNya kepada para hamba – hambanya itu tidak mengandung unsur mudharat atau sia – sia sedikitpun melainkan pasti memuat hikmah dan ibrah yang hakikatnya demi kebaikan hamba – hambaNya sendiri.
Sebenarnya tidak ada suatu hal pelik yang mesti dikhawatirkan berkaitan dengan masalah berhijab ini, apabila setiap orang mau menjalankan aturan dan ketentuanNya dengan khusyu’ dalam keimanannya masing - masing.
Namun hakikatnya di era globalisasi sekarang ini rupanya masih begitu banyak pihak yang berasumsi bahwa pakaian tertutup (hijab) sama sekali tidak dapat mewakili para muslimah untuk mengapresiasikan kebebasan hak asasi mereka dalam berpakaian, padahal sebagaimana yang kita ketahui bersama diantara para muslimah di Indonesia, banyak sekali yang berusaha ingin menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah sejati dan beristiqomah dalam menutup aurat, akan tapi realitanya berbeda, begitu banyak tudingan yang menyudutkan para muslimah yang menutup aurat seolah - olah mereka adalah perempuan yang tak tahu modernitas serta cara berpakaian yang benar.
Padahal, hijab merupakan bagian dari ajaran Islam yang patutnya ditaati bagi setiap kaum wanita yang beragama muslim. Namun dengan berbagai dalih supaya mereka berpenampilan lebih official, bagian personalia perusahaan – perusahaan menolak mereka yang berpenampilan tertutup/berhijab seakan - akan muslimah berjilbab kuno yang tidak tahu – menahu ihwal perkantoran, teknologi, pekerjaan, dan lain – lain.
Anda tidak perlu berfikir bahwa kini hijab telah menghalangi segala keberuntungan yang selayaknya anda peroleh, anda tidak perlu bersedih. Sesungguhnya segala kehendak itu pasti diselingi cobaan dan hambatan di setiap jalannya. Sekalipun itu niat baik yakni sebuah kehendak untuk melaksanakan perintahNya dan meraih ridhoNya. Sebagaimana firman Allah berikut :
“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu” (QS. Muhammad: 31)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami Telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-‘Ankabut: 2)
“Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar gangguan yang banyak yang menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah” (QS. Ali Imrân: 186)
Adapun sabda Rasulullah, “Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya”
Jalan terbaik bagi anda kini adalah ikhlas dan bersabar sembari terus berdoa diiringi rasa yakin bahwa Allah pasti akan menunjukkan penerangNya, sebab sesungguhnya orang – orang yang bersabar dalam menghadapi segala ujian dariNya akan memperoleh hikmah dan hal – hal terpuji, di antaranya :
1. Dia akan mendapatkan pahala seperti para nabi yang memiliki keteguhan hati (ulul-‘azm).
2. Dia akan mendapatkan keberkatan yang sempurna, rahmat dan petunjuk dari Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya: “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 157)
3. Dia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya: “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar” (Fushshilat: 35)
4. Dia akan mendapatkan pahala tanpa batas. Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)
5. Dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allâh membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa.”
Menjemput Rezeki, tanpa Melanggar Larangan Syariat
Sesungguhnya rezeki 100% datang dari Allah. Inilah konsep yang selayaknya kita tanamkan dalam diri kita, sebagaimana yang Allah tegaskan dalam Al-Quran,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Kita camkan dalam lubuk hati kita, rezeki itu datang dari Allah, sementara kerja yang kita lakukan, sejatinya hanyalah sebab untuk menjemput rezeki itu. Dan tentu saja, yang namanya sebab untuk mendapatkan rezeki itu, tidak hanya satu, namun beraneka ragam.
Kaitannya dengan hal ini, perlu kita sadari, tidak mungkin Allah simpan sebagian rezeki salah seorang hamba-Nya, sementara dia hanya bisa memperolehnya dengan cara melanggar larangannya. Karena jika demikian, berarti Allah telah mendzalimi hamba-Nya.
Dengan demikian, rezeki Allah pasti bisa diperoleh dengan cara yang halal, tanpa harus menerjang aturan syariat. Sejuta jalan halal yang bisa ditempuh untuk menjemput rezeki.
Jilbab Adalah Kehormatan Wanita
Allah mewajibkan wanita berjilbab, tujuan terbesarnya adalah untuk menjunjung tinggi kedudukan dan martabat wanita.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Allah Dzat yang paling tahu karakter manusia. Allah tahu bagaimana kecenderungan lelaki fasik terhadap wanita. Mereka begitu bersemangat untuk mengganggu wanita yang mereka nilai kurang terhormat. Namun semangat itu akan hilang, ketika wanita yang ada di hadapan mereka mengenakan jilbab dan menjaga kehormatan. Dan itu wujud dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Karena itulah, Allah akhiri ayat ini dengan menyebutkan dua nama-Nya yang mulia: “Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (simak Tafsir As-Sa’di, hlm. 671).
Demikian, semoga Allah senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada anda dan kita semua supaya dipermudah urusan kita dalam menegakkan segala ajaranNya. Aamiin.