Assalamualaikum Wr Wb.
Ustadz, saya ingin menanyakan bagaimana hukumnya apabila seseorang memamerkan ibadahnya di media sosial? Saya sering sekali membaca media sosial teman - teman saya yang sifatnya seperti memberi tahu kepada khalayak bahwa mereka sedang berpuasa senin kamis, bangun sahur, zikir malam, dan lain sebagainya. Hal itu diupdate di media sosial.
Wallahu A’lam saya juga tidak mengetahui apakah niatan mereka untuk mengumbarnya di media sosial. Bagaimana hukumnya Ustadz? Lalu bagaimana hukumnya untuk kita yang melihat perbuatan tersebut, apa yang sebaiknya kita lakukan? Sekali lagi terima kasih kiranya Ustadz mau menjawab pertanyaan saya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Naomi Khairunnisa
Jawaban
Wa’alaikum Salam Warahmatullah Wabarakatuh
Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini, media sosial sudah menjadi bagian yang dominan dalam kehidupan sehari – hari, melalui media sosial, kita kerapkali menunjukkan eksistensi diri baik melalui status maupun foto yang kita bagikan. Bahkan walaupun itu suatu momentum kecil sekalipun. Maka tidak jarang kita jumpai postingan di media sosial yang di dalamnya mengandung unsur peribadatan kita sehari – hari, lalu bagaimana hukumnya bilamana rutinitas spiritual itu kita tunjukkan ke media sosial baik melalui foto maupun status yang kita bagikan?
Sesungguhnya, setan tak akan pernah hilang akal untuk terus menggelincirkan kita pada dosa. Mungkin agaknya setan gagal dalam membujuk kita untuk meninggalkan bersedekah, meninggalkan sholat, ataupun puasa, misalnya. Namun, patutnya kita lebih waspada dan berhati – hati lagi akan hal ini sebab barangkali mereka hendak memperdaya kita dengan cara lain lagi yang kiranya lebih halus dan tersembunyi.
Yakni dengan cara menunjukkan amal ibadah yang kita kerjakan tersebut supaya terlihat baik atau mendapat pujian di mata manusia. Maka pada akhirnya amal shalih yang kita kerjakan tersebut bukan semata – mata karena Allah lagi, melainkan karena untuk mencari pujian dari manusia. Amal shalih yang ditunjukkan kepada orang lain dengan maksud memperoleh pujian atau terlihat hebat di mata manusia ini disebut Riya. Hal ini tak pelak akan menggugurkan pahala yang kita peroleh secara sia - sia.
Sesungguhnya telah Rasulullah khawatirkan hal ini melalui sabdanya sejak berabad silam, sebab manusia mengerjakan sesuatu bukan untuk meraih ridho Rabbnya lagi, melainkan untuk mencari sanjungan dari sesama. Hal inilah yang barangkali akan menggelincirkan kita pada syirik kecil atau sum’ah.
"Bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya'! Allah berfirman pada hari kiamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: "Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu." (HR Ahmad).
Dan juga firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 264 yang berbunyi;
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”
Kita tidak diperbolehkan pamer atau sengaja menunjukkan amal ibadah yang kita kerjakan kepada orang lain. Dalam ajaran Islam, Amal Ibadah sejatinya hanya boleh ditunjukkan kepada Allah semata saja, dengan begitu kita ikhlas beribadah demi meraih ridhoNya saja, bukan untuk diketahui oleh orang lain. Apalagi dalam jejaring sosial yang konteksnya luas.
Betapa meruginya kita bila pahala yang telah kita peroleh itu harus hangus hanya gara – gara status atau foto yang kita bagikan ke jejaring sosial. Untuk itu, membuat status yang kaitannya dengan amal ibadah yang kita kerjakan sebaiknya tidak perlu, supaya kita lebih berhati – hati dan berwaspada meski pun kita merasa tak sedikitpun tersemat maksud pamer dalam hati kita sekalipun.
Akan tetapi sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa setan memperdaya kita dengan sangat halus dan pelan – pelan. Maka supaya tidak menimbulkan suatu kemudharatan, alangkah lebih baiknya jika kita tidak mengupdate amal ibadah kita ke jejaring sosial.
Semoga kita termasuk golongan orang – orang yang ikhlas dalam beribadah dan senantiasa dilimpahkan hidayah dan taufiq oleh Allah. Aamiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Ustadz, saya ingin menanyakan bagaimana hukumnya apabila seseorang memamerkan ibadahnya di media sosial? Saya sering sekali membaca media sosial teman - teman saya yang sifatnya seperti memberi tahu kepada khalayak bahwa mereka sedang berpuasa senin kamis, bangun sahur, zikir malam, dan lain sebagainya. Hal itu diupdate di media sosial.
Wallahu A’lam saya juga tidak mengetahui apakah niatan mereka untuk mengumbarnya di media sosial. Bagaimana hukumnya Ustadz? Lalu bagaimana hukumnya untuk kita yang melihat perbuatan tersebut, apa yang sebaiknya kita lakukan? Sekali lagi terima kasih kiranya Ustadz mau menjawab pertanyaan saya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Naomi Khairunnisa
Jawaban
Wa’alaikum Salam Warahmatullah Wabarakatuh
Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini, media sosial sudah menjadi bagian yang dominan dalam kehidupan sehari – hari, melalui media sosial, kita kerapkali menunjukkan eksistensi diri baik melalui status maupun foto yang kita bagikan. Bahkan walaupun itu suatu momentum kecil sekalipun. Maka tidak jarang kita jumpai postingan di media sosial yang di dalamnya mengandung unsur peribadatan kita sehari – hari, lalu bagaimana hukumnya bilamana rutinitas spiritual itu kita tunjukkan ke media sosial baik melalui foto maupun status yang kita bagikan?
Sesungguhnya, setan tak akan pernah hilang akal untuk terus menggelincirkan kita pada dosa. Mungkin agaknya setan gagal dalam membujuk kita untuk meninggalkan bersedekah, meninggalkan sholat, ataupun puasa, misalnya. Namun, patutnya kita lebih waspada dan berhati – hati lagi akan hal ini sebab barangkali mereka hendak memperdaya kita dengan cara lain lagi yang kiranya lebih halus dan tersembunyi.
Yakni dengan cara menunjukkan amal ibadah yang kita kerjakan tersebut supaya terlihat baik atau mendapat pujian di mata manusia. Maka pada akhirnya amal shalih yang kita kerjakan tersebut bukan semata – mata karena Allah lagi, melainkan karena untuk mencari pujian dari manusia. Amal shalih yang ditunjukkan kepada orang lain dengan maksud memperoleh pujian atau terlihat hebat di mata manusia ini disebut Riya. Hal ini tak pelak akan menggugurkan pahala yang kita peroleh secara sia - sia.
Sesungguhnya telah Rasulullah khawatirkan hal ini melalui sabdanya sejak berabad silam, sebab manusia mengerjakan sesuatu bukan untuk meraih ridho Rabbnya lagi, melainkan untuk mencari sanjungan dari sesama. Hal inilah yang barangkali akan menggelincirkan kita pada syirik kecil atau sum’ah.
"Bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya'! Allah berfirman pada hari kiamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: "Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu." (HR Ahmad).
Dan juga firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 264 yang berbunyi;
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”
Kita tidak diperbolehkan pamer atau sengaja menunjukkan amal ibadah yang kita kerjakan kepada orang lain. Dalam ajaran Islam, Amal Ibadah sejatinya hanya boleh ditunjukkan kepada Allah semata saja, dengan begitu kita ikhlas beribadah demi meraih ridhoNya saja, bukan untuk diketahui oleh orang lain. Apalagi dalam jejaring sosial yang konteksnya luas.
Betapa meruginya kita bila pahala yang telah kita peroleh itu harus hangus hanya gara – gara status atau foto yang kita bagikan ke jejaring sosial. Untuk itu, membuat status yang kaitannya dengan amal ibadah yang kita kerjakan sebaiknya tidak perlu, supaya kita lebih berhati – hati dan berwaspada meski pun kita merasa tak sedikitpun tersemat maksud pamer dalam hati kita sekalipun.
Akan tetapi sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa setan memperdaya kita dengan sangat halus dan pelan – pelan. Maka supaya tidak menimbulkan suatu kemudharatan, alangkah lebih baiknya jika kita tidak mengupdate amal ibadah kita ke jejaring sosial.
Semoga kita termasuk golongan orang – orang yang ikhlas dalam beribadah dan senantiasa dilimpahkan hidayah dan taufiq oleh Allah. Aamiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh