Kelak tatkala telah tiba masanya, Malaikat Israfil akan meniup sangkakalanya dan semua yang hidup akan mati. Pada tiupan pertama bertujuan untuk membuat takut seluruh jiwa yang hidup, tiupan kedua untuk mematikan seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi dan tiupan yang ketiga bertujuan untuk membangkitkan seluruh makhluk yang telah mati.
Tatkala Malaikat Israfil meniup sangkakalanya tersebut, semua makhluk telah mati tak tersisa kecuali Malaikat Jibril, Malaikat Izrail, Malaikat Israfil dan Hamalatul Arsy. Allah subhanahu wata’ala lantas memerintahkan kepada Izrail untuk mencabut roh – roh para malaikat yang tersisa tersebut. Ia pun memenuhi perintahNya, dan mencabut roh semua malaikat yang tersisa. Maka tinggalan Malaikat Izrail bersama Allah saja saat itu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada Izrail, “Hai Malakulmaut, tidakkah kamu mendengar firmanKu, Kullu Nafsin Dza’iqatul maut, tidakkah engkau tahu setiap yang bernyawa itu akan merasakan mati.”
Allah subhanahu wata’ala berfirman lagi, “Aku jadikan engkau untuk tugas itu dan engkau juga harus mati.”
Dalam riwayat lain, menegaskan bahwa tatkala Allah memerintahkan Izrail untuk mencabut rohnya sendiri, maka pergilah malaikat maut itu ke suatu tempat yang terketak di antara surga dan neraka. Maka disanalah Izrail mencabut rohnya.
Dan ketika rohnya dicabut, malaikat Izrail menjerit sangat keras, sehingga andaikata masih ada makhluk yang masih hidup tatkala itu, mereka akan binasa dan hancur lebur mendengar jeritan sang malaikat maut yang begitu dahsyat dan keras itu.
Malaikat Izrail berkata, “Kalaulah aku tahu bagaimana sakitnya roh dicabut, maka aku sudah barang tentu akan mencabut roh orang – orang mukmin dengan cara yang paling lembut sekali.”
Selepas Malaikat Izrail tercabut rohnya, tinggalah Allah subhanahu wata’ala yang Maha Esa, Maha Hidup, Maha Berdiri lagi Maha Berkuasa. Allah kemudian menghidupkan kembali Malaikat Israfil dan Hamalatul Arsy.
Allah memerintahkan Malaikat Israfil untuk meletakkan terompet sangkakala di mulutnya seraya menunggu perintah dari Yang Maha Berkuasa selanjutnya.
Malaikat ketiga yang dihidupkan yakni Malaikat Jibril, kemudian dihidupkan kembali pula Malaikat Mikail. Selepas kedua malaikat tersebut hidup kembali, maka Allah subhanahu wata’ala memerintahkan mereka untuk pergi ke makam Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam membawa pelbagai perhiasan yang berasal dari Surga dengan mengendarai Buroq (sejenis hewan tunggangan Rasulullah pada saat melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj).
Allah menghidupkan kinasihnya, Muhammad shallallahu’alaihi wasallam diikuti oleh kebangkitan seluruh makhlukNya.
Seluruh manusia keluar dari dalam perut bumi dalam kondisi telanjang bulat, mereka berjalan berduyung – duyung berkumpul ke arah Tuhan mereka. Kemudian para manusia berhenti pada suatu tempat selama tujuh puluh tahun lamanya dan Allah membiarkan mereka. Hanya isak tangis, banjir air mata, hingga sampai mulut manusia itu sendiri. (Riwayat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Demikian Allah berkuasa pada hari itu, hal ini bukan lain supaya manusia mafhum dan menyadari akan tujuan dirinya hidup di dunia ini, yakni hanya untuk melalui rentetan cobaannya, baik yang berupa kedukaan maupun nikmat. Segala apa yang telah manusia itu kerjakan selama di dunia telah tercatat secara rapi oleh para malaikat yang senantiasa menjaga di sisinya. Dan tatkala telah tiba masanya, semua perbuatan itu akan dipertanggung jawabkan oleh manusia setelah berakhirnya kehidupan di dunia ini. Wallahu a’lam.
Tatkala Malaikat Israfil meniup sangkakalanya tersebut, semua makhluk telah mati tak tersisa kecuali Malaikat Jibril, Malaikat Izrail, Malaikat Israfil dan Hamalatul Arsy. Allah subhanahu wata’ala lantas memerintahkan kepada Izrail untuk mencabut roh – roh para malaikat yang tersisa tersebut. Ia pun memenuhi perintahNya, dan mencabut roh semua malaikat yang tersisa. Maka tinggalan Malaikat Izrail bersama Allah saja saat itu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada Izrail, “Hai Malakulmaut, tidakkah kamu mendengar firmanKu, Kullu Nafsin Dza’iqatul maut, tidakkah engkau tahu setiap yang bernyawa itu akan merasakan mati.”
Allah subhanahu wata’ala berfirman lagi, “Aku jadikan engkau untuk tugas itu dan engkau juga harus mati.”
Dalam riwayat lain, menegaskan bahwa tatkala Allah memerintahkan Izrail untuk mencabut rohnya sendiri, maka pergilah malaikat maut itu ke suatu tempat yang terketak di antara surga dan neraka. Maka disanalah Izrail mencabut rohnya.
Dan ketika rohnya dicabut, malaikat Izrail menjerit sangat keras, sehingga andaikata masih ada makhluk yang masih hidup tatkala itu, mereka akan binasa dan hancur lebur mendengar jeritan sang malaikat maut yang begitu dahsyat dan keras itu.
Malaikat Izrail berkata, “Kalaulah aku tahu bagaimana sakitnya roh dicabut, maka aku sudah barang tentu akan mencabut roh orang – orang mukmin dengan cara yang paling lembut sekali.”
Selepas Malaikat Izrail tercabut rohnya, tinggalah Allah subhanahu wata’ala yang Maha Esa, Maha Hidup, Maha Berdiri lagi Maha Berkuasa. Allah kemudian menghidupkan kembali Malaikat Israfil dan Hamalatul Arsy.
Allah memerintahkan Malaikat Israfil untuk meletakkan terompet sangkakala di mulutnya seraya menunggu perintah dari Yang Maha Berkuasa selanjutnya.
Malaikat ketiga yang dihidupkan yakni Malaikat Jibril, kemudian dihidupkan kembali pula Malaikat Mikail. Selepas kedua malaikat tersebut hidup kembali, maka Allah subhanahu wata’ala memerintahkan mereka untuk pergi ke makam Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam membawa pelbagai perhiasan yang berasal dari Surga dengan mengendarai Buroq (sejenis hewan tunggangan Rasulullah pada saat melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj).
Allah menghidupkan kinasihnya, Muhammad shallallahu’alaihi wasallam diikuti oleh kebangkitan seluruh makhlukNya.
Seluruh manusia keluar dari dalam perut bumi dalam kondisi telanjang bulat, mereka berjalan berduyung – duyung berkumpul ke arah Tuhan mereka. Kemudian para manusia berhenti pada suatu tempat selama tujuh puluh tahun lamanya dan Allah membiarkan mereka. Hanya isak tangis, banjir air mata, hingga sampai mulut manusia itu sendiri. (Riwayat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Demikian Allah berkuasa pada hari itu, hal ini bukan lain supaya manusia mafhum dan menyadari akan tujuan dirinya hidup di dunia ini, yakni hanya untuk melalui rentetan cobaannya, baik yang berupa kedukaan maupun nikmat. Segala apa yang telah manusia itu kerjakan selama di dunia telah tercatat secara rapi oleh para malaikat yang senantiasa menjaga di sisinya. Dan tatkala telah tiba masanya, semua perbuatan itu akan dipertanggung jawabkan oleh manusia setelah berakhirnya kehidupan di dunia ini. Wallahu a’lam.