Indonesia di tahun 2000-an dikenal dengan sebutan “Negeri Berjuta Kesaktian”. Pasalnya pada tahun-tahun tersebut banyak paranormal yang memamerkan aksinya. Bahkan tak jarang mereka membuat perkumpulan agar dikenal luas oleh masyarakat. Namun kini setelah adanya dakwah yang terus menerus, akhirnya kegiatan seperti perdukunan yang nyata pun hilang dengan cepat.
Meski demikian praktek perdukunan di Indonesia masih tetap terjadi. Hanya saja lapisan luarnya begitu nampak samar dan terbalut dalam bentuk padepokan. Padahal ketika didalami ternyata isinya jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Contohnya saja yang saat ini tengah menjadi perbincangan hangat adalah padepokan Gatot Brajamusti yang ternyata di dalamnya terdapat kegiatan yang justru bertentangan dengan hukum negara yakni pemakaian sabu-sabu yang mereka sebut “Asmad”.
Selain itu kasus lainnya adalah Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang mampu menggandakan uang serta membuat masyarakat dari berbagai kalangan terpikat oleh kemampuannya yang belum jelas tersebut.
Yang aneh bahkan seseorang dengan intelektual tinggi dan menjadi tokoh nasional pun bisa percaya kepada dukun putih atau dukun yang tampak seperti guru spiritual tersebut. Naudzubillah.
Ketahuilah bahwa Allah telah melarang seseorang untuk mencari perlindungan ataupun mendatangi dukun dan peramal, sebagaimana yang tertera dalam hadist Rasulullah.
“Barang siapa mendatangi peramal, lalu ia bertanya tentang sesuatu padanya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam.” (HR Muslim)
Dalam hadist lainnya disebutkan siapa yang percaya kepada peramal, maka ia telah kufur kepada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad yakni Al Qur’anul Karim.
“Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang sihir lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR Al Bazzar)
Praktek perdukunan saat ini pun tidak dilakukan secara terang-terangan, namun berusaha mengikuti jaman agar para pengikutnya tetap setia dan bertambah banyak. Maka tidak heran jika saat ini praktek perdukunan tidak lagi dihiasi dengan ornamen tengkorak atau menyan, melainkan kaligrafi arab agar tekesan Islami.
Bahkan mereka berani mencampur adukkan yang hak dengan yang batil yakni menyisipkan ayat-ayat Al Qur’an dan doa berbahasa arab. Padahal sangat jelas bahwa hal tersebut hanya merupakan tipu daya semata.
Baca Juga:
Oleh karena itu sudah sepatutnya bagi masyarakat muslim untuk menguatkan akidah dan mengisi waktu dengan ilmu agama agar tidak mudah terlena oleh ajakan yang nampak Islami namun ternyata merupakan praktek perdukunan. Wallahu A’lam
Meski demikian praktek perdukunan di Indonesia masih tetap terjadi. Hanya saja lapisan luarnya begitu nampak samar dan terbalut dalam bentuk padepokan. Padahal ketika didalami ternyata isinya jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Contohnya saja yang saat ini tengah menjadi perbincangan hangat adalah padepokan Gatot Brajamusti yang ternyata di dalamnya terdapat kegiatan yang justru bertentangan dengan hukum negara yakni pemakaian sabu-sabu yang mereka sebut “Asmad”.
Selain itu kasus lainnya adalah Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang mampu menggandakan uang serta membuat masyarakat dari berbagai kalangan terpikat oleh kemampuannya yang belum jelas tersebut.
Yang aneh bahkan seseorang dengan intelektual tinggi dan menjadi tokoh nasional pun bisa percaya kepada dukun putih atau dukun yang tampak seperti guru spiritual tersebut. Naudzubillah.
Ketahuilah bahwa Allah telah melarang seseorang untuk mencari perlindungan ataupun mendatangi dukun dan peramal, sebagaimana yang tertera dalam hadist Rasulullah.
“Barang siapa mendatangi peramal, lalu ia bertanya tentang sesuatu padanya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam.” (HR Muslim)
Dalam hadist lainnya disebutkan siapa yang percaya kepada peramal, maka ia telah kufur kepada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad yakni Al Qur’anul Karim.
“Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang sihir lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR Al Bazzar)
Praktek perdukunan saat ini pun tidak dilakukan secara terang-terangan, namun berusaha mengikuti jaman agar para pengikutnya tetap setia dan bertambah banyak. Maka tidak heran jika saat ini praktek perdukunan tidak lagi dihiasi dengan ornamen tengkorak atau menyan, melainkan kaligrafi arab agar tekesan Islami.
Bahkan mereka berani mencampur adukkan yang hak dengan yang batil yakni menyisipkan ayat-ayat Al Qur’an dan doa berbahasa arab. Padahal sangat jelas bahwa hal tersebut hanya merupakan tipu daya semata.
Baca Juga:
- Suka Percaya Ramalan? Awas.. Ini Konsekuensinya!!
- Terbongkar! Ini 9 Ciri Dukun Yang Mengaku Ustadz Atau Kyai
- Awas! 10 Perilaku Ini Bisa Batalkan Syahadatmu
Oleh karena itu sudah sepatutnya bagi masyarakat muslim untuk menguatkan akidah dan mengisi waktu dengan ilmu agama agar tidak mudah terlena oleh ajakan yang nampak Islami namun ternyata merupakan praktek perdukunan. Wallahu A’lam